Filipina Sebut Pelaku Pemboman di Jolo 2 Wanita, Salah Satunya WNI
loading...
A
A
A
MANILA - Komandan militer Filipina mengatakan pelaku pemboman di Jolo adalah dua orang wanita, salah satunya adalah warga negara Indonesia (WNI) . Hal itu diumumkan ketika pemerintah di daerah itu ditempatkan dalam "siaga tinggi".
Sedikitnya 14 orang, termasuk tentara dan warga sipil, tewas dalam serangan di Ibu Kota Sulu. Serangan tersebut juga melukai 75 orang lainnya dalam serangan di salah satu provinsi paling selatan negara itu yang dikenal sebagai benteng pertahanan kelompok bersenjata Abu Sayyaf . (Baca: Bom Kembar Guncang Filipina, 10 Tewas Termasuk 5 Tentara )
Letnan Jenderal Cirilito Sobejana, panglima militer Filipina, mengatakan kepada berita digital ABS-CBN bahwa salah satu penyerang mungkin adalah istri warga negara Indonesia yang menjadi pelaku bom bunuh diri di luar kamp militer di kota Indanan, juga di Sulu, pada 2019 lalu seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa (25/8/2020).
Sulu adalah salah satu rangkaian pulau yang mayoritas penduduknya Muslim di barat daya negara mayoritas Katolik Roma.
Sobejana mengatakan penyidik telah mengumpulkan jenazah para tersangka untuk tes forensik,untuk mengetahui siapa warga negara Indonesia, dan siapa yang melakukan penyerangan.
Ada juga laporan bahwa salah satu penyerangnya adalah putri pasangan Indonesia yang berada di balik pemboman bunuh diri di gereja Katolik di Jolo pada Januari 2019 - sebuah insiden yang menewaskan lebih dari 20 orang.
Dua insiden yang terjadi pada Senin kemarin, tidak jauh dari gereja, adalah salah satu dari setidaknya enam bom bunuh diri dalam tiga tahun terakhir, sebuah modus serangan yang sebelumnya jarang terjadi di Filipina.
Laporan awal mengatakan sebuah sepeda motor yang dipasang dengan bahan peledak rakitan digunakan untuk pengeboman pertama, tetapi sekarang tampaknya seorang pembom wanita juga terlibat.
Ketika pihak berwenang menutup lokasi ledakan pertama, diperkirakan seorang wanita kedua meledakkan dirinya yang menyebabkan lebih banyak kematian dan kerusakan.
Tidak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab langsung atas serangan itu.
Sobejana juga mengatakan, dua wanita pelaku bom bunuh diri tersebut kemungkinan adalah tersangka yang sama yang sedang dilacak oleh empat perwira intelijen militer. Keempat petugas tersebut tewas dalam konfrontasi dengan petugas polisi Jolo pada bulan Juni.
Dalam sidang Senat di Manila pada hari Senin, tak lama sebelum serangan di Jolo, Mayor Jenderal Corleto Vinluan, seorang komandan militer di Mindanao, juga mengatakan "mungkin" petugas polisi yang terlibat dalam penembakan terhadap perwira militer tersebut terkait dengan anggota Abu Sayyaf.
"Itu mungkin, karena hampir semua orang berhubungan satu sama lain di Sulu. Ada ASG (Kelompok Abu Sayyaf) yang punya kerabat di kepolisian Sulu kecil," ujarnya.
Dalam pernyataan terpisah yang diperoleh Al Jazeera, Mayor Jenderal Edgard Arevalo, juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina, mengatakan militer siaga tinggi setelah insiden ini.
"Kami menyarankan masyarakat untuk tetap tenang, namun waspada untuk memantau dan melaporkan setiap orang atau barang yang mencurigakan atau aktivitas yang tidak biasa di daerah tersebut," katanya.
Abu Sayyaf telah lama berjuang untuk kemerdekaan di wilayah selatan Mindanao, yang mereka anggap sebagai tanah air leluhur mereka sejak masa penjajahan pra-Spanyol.
Kelompok ini terkenal karena penculikan, perampokan, dan pemboman mematikan. Kelompok ini juga bersekutu dengan kelompok bersenjata ISIS.
Kurang dari dua minggu lalu, pihak berwenang menangkap sub-komandan Abu Sayyaf Idang Susukan saat dia mengunjungi pemimpin Front Pembebasan Islam Moro Nur Misuari di kota Davao, kota kelahiran Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Kehadiran Susukan di Davao telah menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan di Mindanao. Selama bertahun-tahun, Susukan dicari atas berbagai tuduhan pembunuhan di selatan negara yang bergolak.
Sedikitnya 14 orang, termasuk tentara dan warga sipil, tewas dalam serangan di Ibu Kota Sulu. Serangan tersebut juga melukai 75 orang lainnya dalam serangan di salah satu provinsi paling selatan negara itu yang dikenal sebagai benteng pertahanan kelompok bersenjata Abu Sayyaf . (Baca: Bom Kembar Guncang Filipina, 10 Tewas Termasuk 5 Tentara )
Letnan Jenderal Cirilito Sobejana, panglima militer Filipina, mengatakan kepada berita digital ABS-CBN bahwa salah satu penyerang mungkin adalah istri warga negara Indonesia yang menjadi pelaku bom bunuh diri di luar kamp militer di kota Indanan, juga di Sulu, pada 2019 lalu seperti dikutip dari Al Jazeera, Selasa (25/8/2020).
Sulu adalah salah satu rangkaian pulau yang mayoritas penduduknya Muslim di barat daya negara mayoritas Katolik Roma.
Sobejana mengatakan penyidik telah mengumpulkan jenazah para tersangka untuk tes forensik,untuk mengetahui siapa warga negara Indonesia, dan siapa yang melakukan penyerangan.
Ada juga laporan bahwa salah satu penyerangnya adalah putri pasangan Indonesia yang berada di balik pemboman bunuh diri di gereja Katolik di Jolo pada Januari 2019 - sebuah insiden yang menewaskan lebih dari 20 orang.
Dua insiden yang terjadi pada Senin kemarin, tidak jauh dari gereja, adalah salah satu dari setidaknya enam bom bunuh diri dalam tiga tahun terakhir, sebuah modus serangan yang sebelumnya jarang terjadi di Filipina.
Laporan awal mengatakan sebuah sepeda motor yang dipasang dengan bahan peledak rakitan digunakan untuk pengeboman pertama, tetapi sekarang tampaknya seorang pembom wanita juga terlibat.
Ketika pihak berwenang menutup lokasi ledakan pertama, diperkirakan seorang wanita kedua meledakkan dirinya yang menyebabkan lebih banyak kematian dan kerusakan.
Tidak ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab langsung atas serangan itu.
Sobejana juga mengatakan, dua wanita pelaku bom bunuh diri tersebut kemungkinan adalah tersangka yang sama yang sedang dilacak oleh empat perwira intelijen militer. Keempat petugas tersebut tewas dalam konfrontasi dengan petugas polisi Jolo pada bulan Juni.
Dalam sidang Senat di Manila pada hari Senin, tak lama sebelum serangan di Jolo, Mayor Jenderal Corleto Vinluan, seorang komandan militer di Mindanao, juga mengatakan "mungkin" petugas polisi yang terlibat dalam penembakan terhadap perwira militer tersebut terkait dengan anggota Abu Sayyaf.
"Itu mungkin, karena hampir semua orang berhubungan satu sama lain di Sulu. Ada ASG (Kelompok Abu Sayyaf) yang punya kerabat di kepolisian Sulu kecil," ujarnya.
Dalam pernyataan terpisah yang diperoleh Al Jazeera, Mayor Jenderal Edgard Arevalo, juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina, mengatakan militer siaga tinggi setelah insiden ini.
"Kami menyarankan masyarakat untuk tetap tenang, namun waspada untuk memantau dan melaporkan setiap orang atau barang yang mencurigakan atau aktivitas yang tidak biasa di daerah tersebut," katanya.
Abu Sayyaf telah lama berjuang untuk kemerdekaan di wilayah selatan Mindanao, yang mereka anggap sebagai tanah air leluhur mereka sejak masa penjajahan pra-Spanyol.
Kelompok ini terkenal karena penculikan, perampokan, dan pemboman mematikan. Kelompok ini juga bersekutu dengan kelompok bersenjata ISIS.
Kurang dari dua minggu lalu, pihak berwenang menangkap sub-komandan Abu Sayyaf Idang Susukan saat dia mengunjungi pemimpin Front Pembebasan Islam Moro Nur Misuari di kota Davao, kota kelahiran Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Kehadiran Susukan di Davao telah menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan di Mindanao. Selama bertahun-tahun, Susukan dicari atas berbagai tuduhan pembunuhan di selatan negara yang bergolak.
(ber)