AS Tepis Gulingkan Sheikh Hasina karena Menolak Pangkalan Amerika di Bangladesh

Selasa, 13 Agustus 2024 - 08:25 WIB
loading...
AS Tepis Gulingkan Sheikh...
AS menepis tuduhan terlibat penggulingan PM Bangladesh Sheikh Hasina karena pemimpin perempuan itu menolak keinginan Amerika mendirikan pangkalan militer di Bangladesh. Foto/PID via Dhaka Tribune
A A A
DHAKA - Sheikh Hasina mengeklaim pengunduran dirinya sebagai Perdana Menteri (PM) Bangladesh adalah penggulingan yang melibatkan Amerika Serikat (AS). Menurutnya, Amerika dendam karena keinginannya memiliki pangkalan militer di Bangladesh ditolak.

Washington bergegas membantah tuduhan keterlibatannya dalam krisis Bangladesh.

"Jadi, kami sama sekali tidak terlibat. Laporan atau rumor apa pun yang menyebutkan bahwa pemerintah Amerika Serikat terlibat dalam peristiwa ini, sama sekali tidak benar. Itu tidak benar," kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean Pierre mengatakan dalam jumpa pers hari Senin waktu setempat.



Jean Pierre menyatakan bahwa rakyat Bangladesh harus menentukan masa depan pemerintahnya.

"Ini adalah pilihan untuk dan oleh rakyat Bangladesh. Kami percaya bahwa rakyat Bangladesh harus menentukan masa depan pemerintah Bangladesh, dan di situlah posisi kami. Setiap tuduhan, tentu akan terus kami katakan, dan apa yang saya katakan di sini sama sekali tidak benar," ujar Pierre, seperti dikutip NDTV, Selasa (13/8/2024).

Sebelumnya, Hasina melontarkan tuduhannya terhadap Amerika dalam sebuah pesan yang dilansir Economic Times pada hari Minggu.

“Saya mengundurkan diri, sehingga saya tidak harus melihat prosesi mayat. Mereka ingin berkuasa atas mayat-mayat mahasiswa, tetapi saya tidak mengizinkannya, saya mengundurkan diri dari jabatan perdana menteri,” kata Hasina.

“Saya bisa tetap berkuasa jika saya menyerahkan kedaulatan Pulau Saint Martin dan membiarkan Amerika menguasai Teluk Benggala. Saya mohon kepada rakyat negeri saya, janganlah dimanipulasi oleh kaum radikal," lanjut dia.

Hasina merujuk pada pulau terumbu karang Bangladesh di bagian timur laut Teluk Benggala dan dugaan upaya Washington untuk menguasainya.

Sejumlah pejabat Bangladesh mengeklaim selama beberapa bulan terakhir bahwa AS telah mengusulkan untuk menyewakan pulau itu pada beberapa kesempatan, tetapi ditolak.

Hasina mengatakan bahwa “orang kulit putih”—istilahnya untuk pejabat AS—bertemu dengannya sebelum pemilu sebelumnya dan meminta dukungannya dalam membangun pangkalan udara di Saint Martin.



Michael Kugelman, seorang pakar Foreign Policy yang berbasis di AS, dan Direktur South Asia Institute di The Wilson Center, membantah tuduhan adanya campur tangan asing di balik pemberontakan massal yang menyebabkan penggulingan Sheikh Hasina.

Dia mengatakan dirinya belum melihat "bukti yang masuk akal" untuk mendukung klaim semacam itu.

Dia mencatat bahwa tindakan keras pemerintah Hasina terhadap para pengunjuk rasa meningkatkan gerakan tersebut.

"Pandangan saya sangat sederhana. Saya melihat ini sebagai krisis yang didorong oleh faktor internal semata, oleh mahasiswa yang tidak senang dengan isu tertentu, kuota pekerjaan yang tidak mereka sukai, dan mereka khawatir dengan pemerintah. Pemerintah Sheikh Hasina menindak tegas mahasiswa dan kemudian mengubah gerakan itu menjadi sesuatu yang jauh lebih besar. Dan ini hanya didorong oleh faktor internal," kata Kugelman.

Kugelman menepis tuduhan dari putra Sheikh Hasina, Sajeeb Wazed Joy, yang mengeklaim adanya campur tangan asing di balik protes tersebut, dengan mengatakan bahwa kerusuhan itu didorong oleh "faktor internal."

"Sekarang, Anda tahu, ketika ada teori konspirasi yang berakar pada isu pengaruh asing, seseorang tidak dapat menyangkal jenis tuduhan seperti itu. Selain itu, pada saat yang sama, seseorang tidak dapat membuktikannya secara meyakinkan. Saya pikir tanggung jawabnya adalah untuk memberikan penjelasan yang masuk akal tentang bagaimana hal itu bisa benar. Saya belum mendengar hal itu dari putra Sheikh Hasina, dari siapa pun," imbuh dia.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0988 seconds (0.1#10.140)