Pilot AS dan Belanda Jatuhkan 16 Bom GBU-39 dari Jet Tempur Siluman F-35
loading...
A
A
A
MARICOPA COUNTY - Pilot Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) dan pilot Angkatan Udara Kerajaan Belanda (RNLAF) menjalankan serangkaian misi tes bersama baru-baru ini dengan jet tempur siluman F-35 . Salah satu tes tersebut adalah menjatuhkan total 16 bom GBU-39 Small Diameter Bomb (SDB).
Tes peluncuran bom dengan pesawat tempur canggih itu terungkap setelah pilot Belanda, Ian Knight, mengunggah foto dan rekaman video tes tersebut di Twitter pada akhir pekan lalu. Foto dan video tersebut menunjukkan misi uji penjatuhan GBU SDB berlangsung Pangkalan Angkatan Udara Luke di Maricopa County, Arizona, Amerika Serikat (AS).
Video yang diyakini direkam di pangkalan uji coba China Lake menunjukkan jet tempur F-35A dari RNLAF mengerahkan delapan SDB muatan penuh dari tempat senjata (weapon bay)-nya.
Knight mem-posting hasil dari salah satu dari dua serangan, yang menunjukkan jangkauan pemboman massal, yang menyerang area tertentu dalam formasi payung.
Menurut laporan Tyler Rogoway dari The Drive, bom luncur—yang telah digunakan secara operasional selama 14 tahun—memiliki label harga USD39.000 dan, tergantung pada kecepatan dan ketinggian peluncurannya, mampu menyerang target sejauh 60 mil.
Sebanyak 16 SDB dikerahkan selama uji operasional, yang diklaim Knight "100 persen berhasil". (Baca: Kushner Menantu Trump di Balik Ide AS Jual Jet Tempur Siluman F-35 ke UEA )
Rilis berita 20 Agustus 2020 dari Joint Program Office (JPO) F-35 mengonfirmasi bahwa pilot F-35 Lightning II Joint Strike Fighter dari AS dan Belanda berpartisipasi dalam serangkaian misi pada 13 dan 14 Agustus yang diarahkan untuk meningkatkan interoperabilitas dan mendemonstrasikan kemampuan kinerja masa depan menggunakan data misi koalisi.
“Kami perlu berpikir secara berbeda di seluruh F-35 Enterprise tentang bagaimana kami memberikan data misi berkualitas tinggi kepada mitra koalisi kami sehingga kami dapat mengoptimalkan gambaran pengoperasian umum yang mereka tuntut, sambil mengurangi biaya yang terkait dengan produksi kumpulan data misi unik untuk memperluas basis pelanggan," kata Pejabat Eksekutif JPO F-35 Letnan Jenderal Eric Fick dalam rilisnya.
"Demonstrasi ini membuka jalan bagi tingkat baru efektivitas pertempuran dan keterjangkauan di arena pemrograman ulang," ujarnya.
The Small Diameter Bomb II, juga dikenal sebagai GBU-53 StormBreaker, adalah iterasi glide bomb berikutnya yang direncanakan. Namun, menurut laporan bulan Juni, produksi telah sangat tertunda sejak 2019, ketika ditemukan beberapa kekurangan terkait keselamatan.
"Meskipun masalah ini dapat memengaruhi semua pesawat yang membawa bom, para pejabat mengatakan dampak terbesar adalah pada F-35, karena bom tersebut dibawa ke dalam teluk atau senjata internal pesawat dan dapat menyebabkan kerusakan serius jika sirip menyebar saat bom berada di dalam pesawat," bunyi laporan JPO F-35 bulan Juni, mengacu pada sirip yang digunakan amunisi untuk meluncur. (Baca juga: Rusia Rilis Video Ledakan Tsar Bomba, Bom Nuklir Terkuat Sejagad )
Juru bicara Angkatan Udara AS Kapten Jake Bailey mengklarifikasi kepada wartawan bahwa klip yang bertindak "sebagai perangkat penyimpanan sirip cadangan" ditemukan selama audit Raytheon telah mengalami kelelahan getaran selama jam penerbangan yang panjang.
“Kegagalan klip sirip adalah satu-satunya alasan produksi sebagian dihentikan; setelah persetujuan akhir pemerintah diperoleh, produksi 'all up round' dapat dilanjutkan," katanya.
Tes peluncuran bom dengan pesawat tempur canggih itu terungkap setelah pilot Belanda, Ian Knight, mengunggah foto dan rekaman video tes tersebut di Twitter pada akhir pekan lalu. Foto dan video tersebut menunjukkan misi uji penjatuhan GBU SDB berlangsung Pangkalan Angkatan Udara Luke di Maricopa County, Arizona, Amerika Serikat (AS).
Video yang diyakini direkam di pangkalan uji coba China Lake menunjukkan jet tempur F-35A dari RNLAF mengerahkan delapan SDB muatan penuh dari tempat senjata (weapon bay)-nya.
Knight mem-posting hasil dari salah satu dari dua serangan, yang menunjukkan jangkauan pemboman massal, yang menyerang area tertentu dalam formasi payung.
Menurut laporan Tyler Rogoway dari The Drive, bom luncur—yang telah digunakan secara operasional selama 14 tahun—memiliki label harga USD39.000 dan, tergantung pada kecepatan dan ketinggian peluncurannya, mampu menyerang target sejauh 60 mil.
Sebanyak 16 SDB dikerahkan selama uji operasional, yang diklaim Knight "100 persen berhasil". (Baca: Kushner Menantu Trump di Balik Ide AS Jual Jet Tempur Siluman F-35 ke UEA )
Rilis berita 20 Agustus 2020 dari Joint Program Office (JPO) F-35 mengonfirmasi bahwa pilot F-35 Lightning II Joint Strike Fighter dari AS dan Belanda berpartisipasi dalam serangkaian misi pada 13 dan 14 Agustus yang diarahkan untuk meningkatkan interoperabilitas dan mendemonstrasikan kemampuan kinerja masa depan menggunakan data misi koalisi.
“Kami perlu berpikir secara berbeda di seluruh F-35 Enterprise tentang bagaimana kami memberikan data misi berkualitas tinggi kepada mitra koalisi kami sehingga kami dapat mengoptimalkan gambaran pengoperasian umum yang mereka tuntut, sambil mengurangi biaya yang terkait dengan produksi kumpulan data misi unik untuk memperluas basis pelanggan," kata Pejabat Eksekutif JPO F-35 Letnan Jenderal Eric Fick dalam rilisnya.
"Demonstrasi ini membuka jalan bagi tingkat baru efektivitas pertempuran dan keterjangkauan di arena pemrograman ulang," ujarnya.
The Small Diameter Bomb II, juga dikenal sebagai GBU-53 StormBreaker, adalah iterasi glide bomb berikutnya yang direncanakan. Namun, menurut laporan bulan Juni, produksi telah sangat tertunda sejak 2019, ketika ditemukan beberapa kekurangan terkait keselamatan.
"Meskipun masalah ini dapat memengaruhi semua pesawat yang membawa bom, para pejabat mengatakan dampak terbesar adalah pada F-35, karena bom tersebut dibawa ke dalam teluk atau senjata internal pesawat dan dapat menyebabkan kerusakan serius jika sirip menyebar saat bom berada di dalam pesawat," bunyi laporan JPO F-35 bulan Juni, mengacu pada sirip yang digunakan amunisi untuk meluncur. (Baca juga: Rusia Rilis Video Ledakan Tsar Bomba, Bom Nuklir Terkuat Sejagad )
Juru bicara Angkatan Udara AS Kapten Jake Bailey mengklarifikasi kepada wartawan bahwa klip yang bertindak "sebagai perangkat penyimpanan sirip cadangan" ditemukan selama audit Raytheon telah mengalami kelelahan getaran selama jam penerbangan yang panjang.
“Kegagalan klip sirip adalah satu-satunya alasan produksi sebagian dihentikan; setelah persetujuan akhir pemerintah diperoleh, produksi 'all up round' dapat dilanjutkan," katanya.
(min)