Ketegangan dengan AS Memanas, China Latihan Perang di Laut China Selatan
loading...
A
A
A
BEIJING - China dijadwalkan menggelar latihan perang Angkatan Laut di Laut China Selatan mulai Senin (24/8/2020) saat ketegangan dengan Amerika Serikat (AS) memanas.
Pengumuman latihan tempur itu diumumkan China pada Sabtu pekan lalu, sehari setelah mengatakan akan menggelar latihan tempur terpisah di Laut Kuning.
Administrasi Keselamatan Maritim Hainan mengumumkan bahwa perairan tenggara Pulau Hainan ditutup untuk latihan yang berlangsung dari Senin hingga Sabtu ke depan.
Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) juga akan mengadakan latihan tembak-menembak skala besar di Laut Kuning dari Sabtu hingga Rabu. Militer China memperkirakan bahwa latihan tersebut dapat menampilkan latihan anti-kapal, pertahanan udara, dan anti-kapal selam untuk mempersiapkan kemungkinan konflik militer dengan AS.
China telah meningkatkan kecepatan latihan perangnya dalam beberapa pekan terakhir, setelah AS mengirim dua kelompok tempur kapal induk di Laut China Selatan dua kali bulan lalu. (Baca: Pangkalan Rahasia Kapal Selam Nuklir China Ini Momok bagi Laut China Selatan )
Sebuah laporan Global Times mengatakan para ahli militer China percaya bahwa pasukan AS meningkatkan pengumpulan intelijen dari penempatan militer PLA di sekitar medan perang potensial setelah media Taiwan melaporkan pesawat pembom B-1B AS terbang di dekat pulau itu pada 15 Agustus lalu.
Para ahli mengatakan militer China juga harus bersiap menghadapi potensi konflik. Mereka menambahkan bahwa seringnya kehadiran pesawat tempur AS di Laut China Timur dan Selatan menambah ketidakpastian dan bahaya di kawasan itu, tetapi itu tidak berarti bahwa situasi saat ini dapat berubah menjadi krisis Selat Taiwan seperti pada tahun 1995-1996 karena AS tidak memiliki keuntungan di wilayah tersebut dan pemerintahan Trump tidak mampu merencanakan konflik militer besar dengan China.
AS sendiri telah menyatakan tidak akan lagi mentoleransi tindakan China untuk membangun "kerajaan maritim" di Laut China Selatan yang oleh Washington dianggap sebagai intimidasi Beijing yang melanggar hukum untuk mengontrol sumber daya di perairan yang disengketakan.
Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo mengatakan klaim China atas sumber daya di sebagian besar Laut China Selatan benar-benar "melanggar hukum", karena itulah Washington berusaha menekan aktivitas China di wilayah tersebut.
Washington berharap dapat membangun koalisi negara-negara yang memahami ancaman yang ditimbulkan China, dan memastikan bahwa Beijing berperilaku dalam sistem internasional dan secara kolektif memulihkan apa yang menjadi hak milik negara-negara lain. (Baca juga: Situasi Laut China Selatan Menegangkan, Malaysia Tembak Mati Nelayan Vietnam )
Pengumuman latihan tempur itu diumumkan China pada Sabtu pekan lalu, sehari setelah mengatakan akan menggelar latihan tempur terpisah di Laut Kuning.
Administrasi Keselamatan Maritim Hainan mengumumkan bahwa perairan tenggara Pulau Hainan ditutup untuk latihan yang berlangsung dari Senin hingga Sabtu ke depan.
Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) juga akan mengadakan latihan tembak-menembak skala besar di Laut Kuning dari Sabtu hingga Rabu. Militer China memperkirakan bahwa latihan tersebut dapat menampilkan latihan anti-kapal, pertahanan udara, dan anti-kapal selam untuk mempersiapkan kemungkinan konflik militer dengan AS.
China telah meningkatkan kecepatan latihan perangnya dalam beberapa pekan terakhir, setelah AS mengirim dua kelompok tempur kapal induk di Laut China Selatan dua kali bulan lalu. (Baca: Pangkalan Rahasia Kapal Selam Nuklir China Ini Momok bagi Laut China Selatan )
Sebuah laporan Global Times mengatakan para ahli militer China percaya bahwa pasukan AS meningkatkan pengumpulan intelijen dari penempatan militer PLA di sekitar medan perang potensial setelah media Taiwan melaporkan pesawat pembom B-1B AS terbang di dekat pulau itu pada 15 Agustus lalu.
Para ahli mengatakan militer China juga harus bersiap menghadapi potensi konflik. Mereka menambahkan bahwa seringnya kehadiran pesawat tempur AS di Laut China Timur dan Selatan menambah ketidakpastian dan bahaya di kawasan itu, tetapi itu tidak berarti bahwa situasi saat ini dapat berubah menjadi krisis Selat Taiwan seperti pada tahun 1995-1996 karena AS tidak memiliki keuntungan di wilayah tersebut dan pemerintahan Trump tidak mampu merencanakan konflik militer besar dengan China.
AS sendiri telah menyatakan tidak akan lagi mentoleransi tindakan China untuk membangun "kerajaan maritim" di Laut China Selatan yang oleh Washington dianggap sebagai intimidasi Beijing yang melanggar hukum untuk mengontrol sumber daya di perairan yang disengketakan.
Menteri Luar Negeri AS Michael Pompeo mengatakan klaim China atas sumber daya di sebagian besar Laut China Selatan benar-benar "melanggar hukum", karena itulah Washington berusaha menekan aktivitas China di wilayah tersebut.
Washington berharap dapat membangun koalisi negara-negara yang memahami ancaman yang ditimbulkan China, dan memastikan bahwa Beijing berperilaku dalam sistem internasional dan secara kolektif memulihkan apa yang menjadi hak milik negara-negara lain. (Baca juga: Situasi Laut China Selatan Menegangkan, Malaysia Tembak Mati Nelayan Vietnam )