Geng Pemuda Amuk Papua Nugini: 26 Orang Dibantai, Gadis-gadis Diperkosa

Jum'at, 26 Juli 2024 - 09:23 WIB
loading...
Geng Pemuda Amuk Papua...
Geng pemuda mengamuk di beberapa desa di Papua Nugini. Sekitar 26 orang ditemukan tewas dibantai, termasuk gadis-gadis yang telah diperkosa lebih dulu. Foto/Post Courier
A A A
ANGORAM - Kelompok geng pemuda telah melakukan pembantaian massal yang mengguncang publik Papua Nugini (PNG). Sekitar 26 orang ditemukan tewas dibunuh, termasuk gadis-gadis muda yang sebelumnya diperkosa terlebih dahulu.

Kejahatan ini terjadi di distrik Angoram, Sepik Timur, baru-baru ini.

Mengutip laporan news.com.au, Jumat (26/7/2024), orang-orang di tiga desa yang tersebar di sepanjang Sungai Sepik tiba-tiba diserang kelompok geng pemuda bersenjatakan pistol, pisau, ketapel, parang, dan kapak.

Sekitar 33 orang dari geng pemuda yang dikenal dengan sebutan "I don't care" awalnya membakar rumah-rumah dan membunuh seorang pria tua, dan seorang anak laki-laki berusia lima tahun di desa Angrumara sekitar pukul 04.00 pagi pada 17 Juli.



Pukul 05.00 pagi keesokan harinya, desa Tambari diserang saat sebagian besar penduduk desa sedang tidur. Sejumlah pria dibunuh dan wanita serta gadis-gadis muda diperkosa dan dibunuh.

Jumlah korban tewas resmi adalah 26 orang, termasuk 16 anak-anak, namun ada kekhawatiran jumlahnya bisa meningkat menjadi 50 orang.

Lebih dari 200 orang melarikan diri dari desa-desa karena rumah mereka dibakar, mencari perlindungan di stasiun Angorom.

Desa ketiga, Tamara, juga diserang.

Pelaksana Tugas (Plt) Komandan Polisi Provinsi Sepik Timur, Inspektur Senior James Baugen mengatakan kepada The Post Courier bahwa para ibu yang sedang menyusui bayi mereka dipenggal dan tubuh para korban dimutilasi.

“Sebagian besar mayat ditemukan, kepala mereka dipenggal. Beberapa adalah ibu yang berusaha menyelamatkan anak-anak mereka dari pembantaian,” katanya.

“Tempat kejadian perkara membusuk dengan mayat-mayat. Beberapa mayat terlihat mengambang di Sungai Sepik dan dimakan buaya,” imbuh dia.

Seorang wanita menggambarkan bagaimana dia diam-diam berpegangan pada sebatang kayu, berusaha mati-matian untuk menghindari para penyerang.

“Saya bisa mendengar wanita-wanita merintih kesakitan, anak-anak menangis. Saya beruntung para pria itu tidak melihat saya,” katanya kepada The National.

“Tiga saudara perempuan saya diperkosa tetapi melarikan diri sementara tujuh lainnya hilang. Tiga ibu dengan bayi dibunuh dan bayi-bayinya dibawa pergi.”

Pihak berwenang telah mengerahkan tim untuk menyediakan makanan dan tempat berteduh bagi para pengungsi dan satu regu bergerak akan dikerahkan dalam upaya untuk menghentikan kekerasan yang telah melanda daerah tersebut selama tujuh tahun terakhir.

Pembantaian yang mengerikan itu dilaporkan oleh surat kabar besar di PNG.

Kepala hak asasi manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Volker Turk mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Saya merasa ngeri dengan pecahnya kekerasan mematikan yang mengejutkan di Papua Nugini, yang tampaknya sebagai akibat dari perselisihan atas kepemilikan tanah dan danau serta hak pengguna."

Turk, yang juga pengacara Austria, meminta otoritas PNG untuk melakukan investigasi yang cepat, tidak memihak, dan transparan serta memastikan mereka yang bertanggung jawab dimintai pertanggungjawaban.

"Sangat penting bagi para korban dan keluarga mereka untuk menerima ganti rugi, termasuk perumahan yang layak, perlindungan yang efektif terhadap serangan lebih lanjut, dan dukungan psikososial yang diperlukan," katanya.

Dia menyerukanpada pihak berwenang untuk bekerja di dan dengan masyarakat yang terkena dampak untuk mengatasi akar penyebab sengketa tanah dan danau, dan dengan demikian mencegah terulangnya kekerasan lebih lanjut.

Awal tahun ini, PBB mendesak PNG untuk mengatasi akar penyebab meningkatnya kekerasan suku di negara itu setelah puluhan orang tewas dalam bentrokan yang sangat keras antara suku-suku yang bertikai.

Konflik di antara 17 kelompok suku telah meningkat secara progresif sejak pemilihan umum tahun 2022 atas berbagai masalah termasuk sengketa tanah dan persaingan klan.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1709 seconds (0.1#10.140)