Israel Diancam Dihancurkan, Netanyahu: F-35 Mudah Jangkau Iran!

Rabu, 10 Juli 2019 - 00:06 WIB
Israel Diancam Dihancurkan, Netanyahu: F-35 Mudah Jangkau Iran!
Israel Diancam Dihancurkan, Netanyahu: F-35 Mudah Jangkau Iran!
A A A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menjawab ancaman Teheran yang akan menghancurkan Israel jika perang antara Amerika Serikat (AS) dan Iran pecah. Pemimpin negara Yahudi itu mengklaim pesawat jet tempur siluman F-35 mudah untuk menjangkau negara mana saja di Timur Tengah, termasuk Iran.

Netanyahu menjawab ancaman rezim para Mullah tersebut ketika mengunjungi skuadron F-35 di pangkalan Angkatan Udara Nevatim pada hari Selasa (9/7/2019).

"Iran telah mengancam baru-baru ini untuk menghancurkan Israel," katanya dalam sebuah video klip yang dia posting, di mana dia berdiri di depan pesawat F-35 Adir. "Penting bagi mereka untuk mengingat bahwa pesawat ini dapat mencapai semua tempat di Timur Tengah, termasuk Iran dan Suriah," lanjut Netanyahu, seperti dikutip Jerusalem Post.

Pekan lalu seorang anggota parlemen senior Iran, Mojtaba Zolnour, yang adalah ketua Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, mengatakan; "Jika AS menyerang kami, hanya setengah jam yang akan tersisa dari umur Israel."

Netanyahu mengadakan pertemuan di pangkalan Angkatan Udara Nevatim dengan Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi, Panglima Angkatan Udara Mayor Jenderal Amikam Norkin dan Forum Komandan Angkatan Udara.

Angkatan Udara Israel saat ini memiliki 14 unit pesawat F-35i Adir dan diperkirakan akan menerima total 50 pesawat untuk membuat dua skuadron penuh pada tahun 2024.

F-35i Adir Israel telah mengambil bagian dalam beberapa operasi di wilayah Timur Tengah selama dua tahun terakhir, dan menjadikan negara Yahudi itu sebagai negara pertama yang menggunakan pesawat tempur siluman dalam misi tempur di wilayah tersebut.

Pada akhir April Angkatan Udara Israel (IAF) membuka skuadron kedua jet tempur siluman F-35i yang disebut sebagai "Defenders of the Negev" dengan pesawat pertama diperkirakan tiba pada awal tahun depan.

Jet siluman diklaim memiliki signature radar yang sangat rendah yang memungkinkan jet tersebut beroperasi jauh di dalam wilayah musuh tanpa terdeteksi serta menghindari sistem pertahanan rudal canggih seperti sistem pertahanan rudal S-300 dan S-400 yang telah dikerahkan di negara-negara Timur Tengah seperti Suriah dan Iran.

Dengan kemampuan dukungan udara yang dekat dan beragam sensor, pilot dari jet siluman tersebut memiliki akses informasi yang tak tertandingi saat berada di udara.

Komentar saling ancam antara Iran dan Israel ini tak lepas dari ketegangan antara Teherean dan Washington dan ketika Republik Islam secara terbuka menyatakan bahwa mereka melanggar perjanjian nuklir 2015.

Netanyahu telah berulang kali bersumpah bahwa dia tidak akan pernah membiarkan Iran mengembangkan kemampuannya untuk membuat bom nuklir. Menurutnya, Tel Aviv tidak akan membiarkan Iran untuk mengembangkan militernya di Suriah yang akan memungkinkannya untuk menyerang negara Yahudi.

Ratusan serangan udara di Suriah telah menghantam posisi fasilitas senjata Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran dan Hizbullah. Serangan itu diyakni dilakukan oleh Israel, meski sebagian besar militer negara Yahudi itu enggan mengonfirmasi.

Pekan lalu Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, memperingatkan bahwa negaranya dapat bertindak secara sepihak untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir.

"Iran tidak memiliki peluang dalam perang ini," katanya di Army Radio. "Oleh karena itu ada peluang di sana, melalui tekanan ekonomi yang keras dan sanksi komprehensif, untuk mencegah perang, untuk mencapai tujuan tanpa perang."

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyalahkan Netanyahu sebagai pihak yang dianggap menghasut Presiden AS Donald Trump untuk menarik Washington keluar dari perjanjian nuklir 2015 yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Zarif mem-posting tweet yang menuduh Netanyahu dan Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton membunuh Perjanjian Paris antara tiga negara Eropa dengan Iran pada 2005 dengan bersikeras agar Iran tidak memperkaya uranium.

"Sekarang mereka membujuk @realdonaldtrump untuk membunuh JCPOA (kesepakatan nuklir 2015) dengan delusi yang sama," tulis Zarif di Twitter.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3388 seconds (0.1#10.140)