Heboh, Cawapresnya Trump Sebut Inggris Negara Islam Pertama yang Bersenjata Nuklir
loading...
A
A
A
LONDON - Senator JD Vance telah dipilih Donald Trump sebagai calon wakil presiden (cawapres) pendampingnya untuk pemilu Amerika Serikat (AS) 5 November mendatang.
Sosok Vance kemudian menjadi sorotan, termasuk telah membuat komentar baru-baru ini yang menyebut Inggris sebagai negara Islam pertama di dunia yang memiliki senjata nuklir.
Komentar itu muncul baru-baru ini dalam konferensi Konservatisme Nasional sebagai tanggapan atas kemenangan besar Partai Buruh dalam pemilu Inggris 4 Juli lalu.
Komentar Vance ini aneh, karena faktanya Pakistan-lah satu-satunya negara Islam yang memiliki senjata nuklir.
Konferensi Konservatisme Nasional dikenal sebagai tempat berkumpulnya kelompok sayap kanan nasionalis di Amerika dan waktu konferensi berdekatan dengan pelaksanaan Konvensi Nasional Partai Republik.
"Ngomong-ngomong, saya harus menghajar Inggris karena satu hal tambahan. Saya baru-baru ini berbicara dengan seorang teman dan kami berbicara tentang salah satu bahaya besar di dunia tentu saja adalah proliferasi nuklir, dan tentu saja pemerintahan [Joe] Biden tidak mempedulikannya," katanya dalam konferensi tersebut, seperti dikutip The Mirror, Selasa (16/7/2024).
“Dan yang saya bicarakan adalah, Anda tahu, negara manakah yang benar-benar Islamis pertama yang akan mendapatkan senjata nuklir? Mungkin Iran, mungkin Pakistan sudah diperhitungkan, dan akhirnya kami memutuskan bahwa itu sebenarnya adalah Inggris—karena Partai Buruh baru saja mengambil alih," paparnya.
Para politisi senior Inggris telah berada di AS minggu ini untuk menghadiri konvensi Partai Republik di Milwaukee. Mereka termasuk mantan PM Liz Truss dan anggota Parlemen Nigel Farage keduanya akan hadir saat Donald Trump dinobatkan secara resmi sebagai calon presiden dari partai tersebut, bersama dengan cawapres pilihannya; JD Vance.
Komentar-komentar ini dapat memberikan tekanan pada “hubungan khusus” Inggris dengan Amerika Serikat, yang membuat kedua negara tersebut menyelaraskan kebijakan luar negerinya pada sebagian besar era pascaperang.
Jurnalis Inggris yang menjadi komentator politik AS Mehdi Hasan menyebut komentar Vance sebagai "Islamofobia yang kurang ajar".
Sementara itu, selama penampilan pertama Donald Trump di depan publik sejak percobaan pembunuhannya, mantan Presiden AS tersebut terlihat dengan perban menutupi telinganya.
Di akhir sambutannya, Vance menasihati "teman-teman Partai Tory" bahwa mereka perlu menangani kebangkitan Partai Buruh, setelah kekalahan dramatis Partai Konservatif dalam Pemilu Inggris.
Sosok Vance kemudian menjadi sorotan, termasuk telah membuat komentar baru-baru ini yang menyebut Inggris sebagai negara Islam pertama di dunia yang memiliki senjata nuklir.
Komentar itu muncul baru-baru ini dalam konferensi Konservatisme Nasional sebagai tanggapan atas kemenangan besar Partai Buruh dalam pemilu Inggris 4 Juli lalu.
Komentar Vance ini aneh, karena faktanya Pakistan-lah satu-satunya negara Islam yang memiliki senjata nuklir.
Konferensi Konservatisme Nasional dikenal sebagai tempat berkumpulnya kelompok sayap kanan nasionalis di Amerika dan waktu konferensi berdekatan dengan pelaksanaan Konvensi Nasional Partai Republik.
"Ngomong-ngomong, saya harus menghajar Inggris karena satu hal tambahan. Saya baru-baru ini berbicara dengan seorang teman dan kami berbicara tentang salah satu bahaya besar di dunia tentu saja adalah proliferasi nuklir, dan tentu saja pemerintahan [Joe] Biden tidak mempedulikannya," katanya dalam konferensi tersebut, seperti dikutip The Mirror, Selasa (16/7/2024).
“Dan yang saya bicarakan adalah, Anda tahu, negara manakah yang benar-benar Islamis pertama yang akan mendapatkan senjata nuklir? Mungkin Iran, mungkin Pakistan sudah diperhitungkan, dan akhirnya kami memutuskan bahwa itu sebenarnya adalah Inggris—karena Partai Buruh baru saja mengambil alih," paparnya.
Para politisi senior Inggris telah berada di AS minggu ini untuk menghadiri konvensi Partai Republik di Milwaukee. Mereka termasuk mantan PM Liz Truss dan anggota Parlemen Nigel Farage keduanya akan hadir saat Donald Trump dinobatkan secara resmi sebagai calon presiden dari partai tersebut, bersama dengan cawapres pilihannya; JD Vance.
Komentar-komentar ini dapat memberikan tekanan pada “hubungan khusus” Inggris dengan Amerika Serikat, yang membuat kedua negara tersebut menyelaraskan kebijakan luar negerinya pada sebagian besar era pascaperang.
Jurnalis Inggris yang menjadi komentator politik AS Mehdi Hasan menyebut komentar Vance sebagai "Islamofobia yang kurang ajar".
Sementara itu, selama penampilan pertama Donald Trump di depan publik sejak percobaan pembunuhannya, mantan Presiden AS tersebut terlihat dengan perban menutupi telinganya.
Di akhir sambutannya, Vance menasihati "teman-teman Partai Tory" bahwa mereka perlu menangani kebangkitan Partai Buruh, setelah kekalahan dramatis Partai Konservatif dalam Pemilu Inggris.
(mas)