Gawat, Rusia Ancam Ubah Doktrin Nuklir di Tengah Perang Ukraina
loading...
A
A
A
Wacana mengenai amandemen doktrin nuklir Rusia belakangan ini semakin meningkat. Bulan lalu, Dmitri Trenin dari lembaga think tank Moskow, Institut Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional, mengatakan doktrim tersebut harus diubah untuk menyatakan Rusia dapat menggunakan senjata atom terlebih dahulu ketika kepentingan inti nasional dipertaruhkan.
“Hal ini karena Moskow harus meyakinkan masyarakat Barat bahwa mereka tidak akan bisa merasa nyaman dan terlindungi sepenuhnya setelah memprovokasi konflik dengan Rusia,” katanya, menurut laporan The Associated Press pada 6 Juni.
Ancaman Rusia untuk menggunakan senjata nuklir telah membayangi perang dan memberikan keseimbangan bagi Amerika Serikat dan sekutu NATO untuk memasok senjata ke Ukraina guna melawan agresi Moskow, tanpa mengambil risiko eskalasi.
Daryl G Kimball, direktur eksekutif Asosiasi Pengendalian Senjata, mengatakan dalam sebuah artikel bulan lalu bahwa untuk menghindari kesalahan perhitungan nuklir, harus ada dimulainya kembali dialog tentang kelanjutan perjanjian Rusia-AS yang ditangguhkan—perjanjian perihal pengurangan risiko nuklir dan pengendalian senjata.
Dia menambahkan bahwa AS dan anggota NATO lainnya harus terus menahan diri untuk tidak membuat ancaman retoris berupa pembalasan nuklir, menghindari latihan nuklir yang provokatif, dan mengesampingkan tindakan tindakan Rusia yang kontraproduktif.
“Hal ini karena Moskow harus meyakinkan masyarakat Barat bahwa mereka tidak akan bisa merasa nyaman dan terlindungi sepenuhnya setelah memprovokasi konflik dengan Rusia,” katanya, menurut laporan The Associated Press pada 6 Juni.
Ancaman Rusia untuk menggunakan senjata nuklir telah membayangi perang dan memberikan keseimbangan bagi Amerika Serikat dan sekutu NATO untuk memasok senjata ke Ukraina guna melawan agresi Moskow, tanpa mengambil risiko eskalasi.
Daryl G Kimball, direktur eksekutif Asosiasi Pengendalian Senjata, mengatakan dalam sebuah artikel bulan lalu bahwa untuk menghindari kesalahan perhitungan nuklir, harus ada dimulainya kembali dialog tentang kelanjutan perjanjian Rusia-AS yang ditangguhkan—perjanjian perihal pengurangan risiko nuklir dan pengendalian senjata.
Dia menambahkan bahwa AS dan anggota NATO lainnya harus terus menahan diri untuk tidak membuat ancaman retoris berupa pembalasan nuklir, menghindari latihan nuklir yang provokatif, dan mengesampingkan tindakan tindakan Rusia yang kontraproduktif.
(mas)