Pria dengan 1.000 Anak, Kisah Donor Sperma Hamili Para Wanita di Seluruh Dunia

Minggu, 30 Juni 2024 - 09:57 WIB
loading...
A A A
Dia melakukan uji tuntas, kata Vanessa. Saat mencari nama Meijer secara online, dia menemukan saluran YouTube-nya, berbagi kecintaannya terhadap musik, perjalanan, dan renungan filosofis, tetapi tidak ada alasan untuk khawatir.

Meijer tampan, dengan rambut ikal panjang berwarna pirang stroberi. Namun bagi Vanessa, penampilan tidak sepenting nilai-nilai bersama dan pendekatan terhadap keluarga. “Saya jatuh cinta pada profilnya,” katanya.

Setelah berkirim pesan selama lebih dari seminggu, mereka bertemu di Stasiun Pusat di Den Haag—pilihan Vanessa. Dia ingin aman, jelasnya dengan nadanya sarat ironi: “Anda tidak pernah tahu apa yang bisa dilakukan pria.”

Mereka berbicara selama lebih dari satu jam. “Tidak ada tanda bahaya apa pun,” kata Vanessa. Meijer tampak “seperti pria tetangga”: santai, menarik, sopan. Dia membayarnya €165 untuk sampel sperma dan menanggung biaya perjalanannya.

Dua tahun kemudian, ketika Vanessa mencoba menghubungi Meijer untuk meminta sampel kedua, dia melihat postingan di grup Facebook untuk ibu tunggal di Belanda dan ikut menjelaskan: Meijer tidak jujur mengenai besarnya sumbangan sperma yang dia berikan. “Saya berpikir, 'Sial—apa yang saya lakukan?'”

Meijer sempat memberi tahu Vanessa bahwa anaknya akan menjadi anak kedelapan. Bukan saja hal ini tidak benar, namun dia juga telah menyumbangkan spermanya ke beberapa klinik kesuburan di Belanda—setidaknya 11 klinik pada tahun 2023, menurut catatan pengadilan—dan berbohong kepada mereka tentang aktivitasnya di tempat lain.

Vanessa ingin anak-anaknya menjadi saudara kandung, tumbuh dengan ikatan yang sama.

Setelah mengetahui bahwa Meijer tidak dapat dipercaya, “Saya benar-benar kesulitan menentukan apa yang harus dilakukan,” katanya. Khawatir disesatkan lagi, dia memutuskan untuk mengejar Meijer untuk sampel kedua—kali ini dengan mata terbuka.

Vanessa mengingat tanggapan acuh tak acuh Meijer setelah dia mengonfrontasinya: “Mengapa Anda terkejut? Jika saya jujur kepada Anda, ya Anda telah memilih saya?”

Mungkin tidak, Vanessa setuju—tapi setidaknya dia sudah mengetahui semua faktanya. “Saya tidak punya pilihan yang adil. Itu yang paling menyakitkan.”
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1941 seconds (0.1#10.140)