Pria dengan 1.000 Anak, Kisah Donor Sperma Hamili Para Wanita di Seluruh Dunia
loading...
A
A
A
SYDNEY - Sepak terjang Jonathan Jacob Meijer, pria Belanda yang tenar sebagai donor sperma serial untuk wanita di seluruh dunia, telah diangkat dalam serial “The Man with 1000 Kids” oleh Netflix mulai 3 Juli mendatang.
Dalam film itu, Meijer digambarkan sebagai donor sperma paling produktif yang menipu para wanita di seluruh dunia dengan merahasiakan berapa banyak donor yang telah dia lakukan.
Tindakannya itu dianggap berbahaya karena banyak keturunannya yang tak saling kenal satu sama lain tersebar di berbagai negara. Itu bisa memicu hubungan inses tak disengaja pada anak-anaknya di masa depan.
Film itu dimulai dengan sosok wanita bernama Vanessa yang sedang mencari donor sperma secara online pada 2015. Saat itu, Vanessa berusia 34 tahun dan belum menemukan pasangan yang tepat. Dia kemudian berniat beralih ke perawatan kesuburan. “Yang akan membuat saya bangkrut,” katanya.
Sebuah situs web yang memuat daftar puluhan orang Belanda yang bersedia menyumbang sperma secara pribadi sepertinya menjawab harapannya.
Meskipun tidak ada foto yang di-posting, Vanessa tertarik pada satu profil tertentu. Pria tersebut—Jonathan—menulis bahwa dia terinspirasi untuk mendaftar setelah teman-temannya berjuang untuk hamil. “Saya berpikir: 'Itu bagus – dia ingin membantu',” kata Vanessa.
Yang terpenting, baginya, dia terbuka untuk menjalin hubungan dengan keturunannya. Berdasarkan hukum Belanda, anak-anak yang dihasilkan dari sperma donor hanya dapat mengetahui identitas donornya ketika mereka berusia 16 tahun.
“Dia ingin terlibat dengan anak-anak, untuk mengetahui bagaimana keadaan mereka…Saya benar-benar ingin anak-anak saya memiliki hal itu,” kata Vanessa.”
Dia tertawa tanpa humor. “Semua itu sudah hilang sekarang—dan tidak akan pernah menjadi lebih baik,” ujarnya.
Dalam film itu, Meijer digambarkan sebagai donor sperma paling produktif yang menipu para wanita di seluruh dunia dengan merahasiakan berapa banyak donor yang telah dia lakukan.
Tindakannya itu dianggap berbahaya karena banyak keturunannya yang tak saling kenal satu sama lain tersebar di berbagai negara. Itu bisa memicu hubungan inses tak disengaja pada anak-anaknya di masa depan.
Film itu dimulai dengan sosok wanita bernama Vanessa yang sedang mencari donor sperma secara online pada 2015. Saat itu, Vanessa berusia 34 tahun dan belum menemukan pasangan yang tepat. Dia kemudian berniat beralih ke perawatan kesuburan. “Yang akan membuat saya bangkrut,” katanya.
Sebuah situs web yang memuat daftar puluhan orang Belanda yang bersedia menyumbang sperma secara pribadi sepertinya menjawab harapannya.
Meskipun tidak ada foto yang di-posting, Vanessa tertarik pada satu profil tertentu. Pria tersebut—Jonathan—menulis bahwa dia terinspirasi untuk mendaftar setelah teman-temannya berjuang untuk hamil. “Saya berpikir: 'Itu bagus – dia ingin membantu',” kata Vanessa.
Yang terpenting, baginya, dia terbuka untuk menjalin hubungan dengan keturunannya. Berdasarkan hukum Belanda, anak-anak yang dihasilkan dari sperma donor hanya dapat mengetahui identitas donornya ketika mereka berusia 16 tahun.
“Dia ingin terlibat dengan anak-anak, untuk mengetahui bagaimana keadaan mereka…Saya benar-benar ingin anak-anak saya memiliki hal itu,” kata Vanessa.”
Dia tertawa tanpa humor. “Semua itu sudah hilang sekarang—dan tidak akan pernah menjadi lebih baik,” ujarnya.