Video Skandal Suap Guncang Austria, Kanselir Kurz Serukan Pemilu Baru

Minggu, 19 Mei 2019 - 07:15 WIB
Video Skandal Suap Guncang Austria, Kanselir Kurz Serukan Pemilu Baru
Video Skandal Suap Guncang Austria, Kanselir Kurz Serukan Pemilu Baru
A A A
WINA - Kanselir Austria Sebastian Kurz menyerukan pemilihan baru setelah video skandal suap meruntuhkan koalisi partainya yang berkuasa. Video itu memaksa Wakil Kanselir Heinz-Christian Strache mengundurkan diri.

Kurz, dalam sebuah pernyataan, mengatakan dia akan meminta Presiden Alexander Van der Bellen untuk mengadakan pemilu baru sesegera mungkin.

Seruan itu muncul beberapa jam setelah Wakil Kanselir Heinz-Christian Strache yang juga pemimpin Partai Kebebasan (FPO) mengundurkan diri karena sebuah video rahasia menunjukkan dirinya menawarkan kontrak pemerintah kepada seorang wanita Rusia dengan imbalan bantuan dana kampanye.

Kurz, seorang politisi konservatif dari Partai Rakyat Austria membentuk koalisi dengan FPO satu setengah tahun yang lalu. Dia mengatakan skandal itu menjadi akhir dari hubungan koalisi.

"Sudah cukup...Bagian serius dari (video) ini adalah sikap terhadap penyalahgunaan kekuasaan terhadap hal yang berurusan dengan uang pembayar pajak, terhadap media di negara ini," kata Kanselir Kurz, seperti dikutip Reuters, Minggu (19/5/2019).

Kurz mengatakan dia tidak dapat mencapai kesepakatan dengan pimpinan FPO, Strache, untuk meneruskan koalisi. Menurutnya, koalisi Partai Sosial Demokrat yang berada di kubu oposisi kemungkinan akan menggagalkan program pemerintah untuk membatasi utang dan pajak.

Tak lama setelah pernyataan Kurz muncul, Presiden Austria Alexander Van der Bellen menyatakan dukungan untuk pemilu baru secepat mungkin. Dia akan bertemu dengan kanselir pada hari Minggu untuk membicarakan langkah selanjutnya.

Partai-partai oposisi termasuk Partai Sosial Demokrat, Partai NEOS dan Partai Hijau juga menyerukan pemilu baru setelah skandal video suap itu terungkap.

Runtuhnya koalisi partai yang berkuasa di Austria terjadi hanya seminggu sebelum pemilu parlemen Eropa dan merupakan pukulan bagi salah satu partai nasionalis anti-imigran yang paling sukses dalam beberapa tahun terakhir. FPO adalah bagian utama dari kelompok nasionalis baru yang bertujuan untuk mencetak rekor perolehan suara parlemen Eropa.

Strache mundur sebagai wakil kanselir dan pemimpin partai pada hari Sabtu setelah video dirilis oleh dua organisasi media Jerman. Dia mengakui bahwa video itu "bencana", tetapi dia membantah telah melanggar hukum.

Dalam rekaman video yang ditayangkan oleh media Jerman, Sueddeutsche Zeitung dan Der Spiegel, Strache terlihat bertemu seorang wanita yang menyamar sebagai keponakan seorang oligarki Rusia pada 2017, sesaat sebelum pemilu yang membawanya ke tampuk kekuasaan.

Strache dan kolega partainya, Johann Gudenus, terdengar memberi tahu wanita yang tidak disebutkan namanya itu bahwa dia bisa mendapatkan proyek konstruksi yang menguntungkan jika dia membeli surat kabar Austria, Kronen Zeitung dan mendukung Partai Kebebasan. Dia juga terlihat mendiskusikan aturan tentang pembiayaan partai dan bagaimana cara mengatasinya, meskipun dia juga bersikeras prosesnya harus sesuai hukum.

Kedua media Jerman tidak mengungkapkan sumber video tersebut.

Dalam pernyataan pengunduran dirinya, Strache meminta maaf, tetapi dia merasa video skandal itu dirancang untuk "pembunuhan politik". Dia mengakui perilakunya dalam video itu "bodoh, tidak bertanggung jawab dan menjadi sebuah kesalahan".

Strache, yang partainya memiliki perjanjian kerja sama dengan Partai Bersatu Rusia (partai berkuasa), mengatakan tidak ada uang yang berpindah tangan selama pertemuan tahun 2017 tersebut.

Dia bersikeras satu-satunya kejahatan yang terjadi adalah merekam sebuah pesta makan malam pribadi.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5668 seconds (0.1#10.140)