Jaringan Terowongan Hizbullah di Lebanon Lebih Luas Dibandingkan Terowongan Hamas

Kamis, 20 Juni 2024 - 20:01 WIB
loading...
Jaringan Terowongan...
Bagian dalam terowongan lintas batas yang menurut Israel digali dari Lebanon hingga Israel, di dekat Zarit di Israel utara, 3 Juni 2019. Foto/REUTERS/Gil Eliyahu
A A A
BEIRUT - Hizbullah diyakini telah membangun jaringan terowongan di bawah Lebanon, yang menurut para analis lebih luas daripada yang digunakan Gerakan Perlawanan Islam, Hamas, di Jalur Gaza.

Kabar itu diungkap majalah Foreign Policy. Menurut koresponden intelijen dan keamanan nasional majalah tersebut, Amy Mackinnon, “Tidak seperti Gaza, yang secara geografis terisolasi dari pendukungnya di Teheran, Iran telah membangun rute pasokan darat dan udara menuju Lebanon melalui Irak dan Suriah yang dapat digunakan untuk mempertahankan pasukan Hizbullah jika terjadi perang habis-habisan.”

Penulis mengatakan meskipun perang yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza telah menjadi fokus perhatian dunia selama lebih dari delapan bulan, perang serupa terus meningkat di perbatasan utara negara penjajah tersebut dengan Lebanon.

Hizbullah Lebanon melancarkan serangan roket terbesarnya terhadap Israel hingga saat ini pekan lalu sebagai pembalasan atas serangan udara Israel yang menewaskan seorang komandan senior gerakan tersebut.
Hal ini menimbulkan kekhawatiran konflik dapat menjadi tidak terkendali dengan cepat.

“Hizbullah yang didukung Iran telah meluncurkan ribuan roket, rudal anti-tank, dan drone ke Israel, sementara Angkatan Udara Israel membalasnya dengan ribuan serangan udara,” ungkap laporan Foreign Policy. “Sekitar 140.000 orang mengungsi dari rumah mereka di kedua sisi perbatasan.”

Meskipun Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan pada Selasa bahwa baik Israel maupun Hizbullah tidak menginginkan perang yang lebih luas, Mackinnon mengklaim segala sesuatunya mungkin mengarah ke sana.



Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz menyatakan, “Dalam perang total, Hizbullah akan dihancurkan, dan Lebanon akan terkena dampak paling parah.”

Majalah tersebut mengomentari pernyataan Katz dengan menyatakan, “Israel juga akan mengalami pertumpahan darah.
Hizbullah adalah musuh yang jauh lebih tangguh dibandingkan Hamas, karena Hamas dianggap sebagai aktor non-negara yang memiliki persenjataan paling berat di dunia, menurut Pusat Studi Internasional dan Strategis. Kelompok ini telah membangun persenjataan canggih dengan bantuan Iran, Suriah dan Rusia.”

Dalam hal ini, Mackinnon mengutip diplomat Michael Oren, yang menjabat sebagai duta besar Israel untuk AS pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama. “Hamas merupakan ancaman taktis terhadap negara Israel. Hizbullah adalah ancaman strategis bagi negara Israel,” papar dia.

Diperkirakan Hizbullah memiliki sekitar 130.000 roket dan rudal yang mampu melumpuhkan sistem pertahanan udara canggih Israel dan menghantam kota-kota terbesarnya.

“Saya telah membaca perkiraan mengenai apa yang dapat dilakukan Hizbullah terhadap kita dalam tiga hari, yang sungguh mengerikan,” ujar Oren.

“Anda berbicara tentang menghancurkan semua infrastruktur penting kita, kilang minyak, pangkalan udara, Dimona.”
Dimona merujuk pada fasilitas senjata nuklir negara penjajah Israel.

Israel telah membunuh 37.000 warga Palestina di Gaza sejak 7 Oktober. Kebanyakan korban adalah wanita dan anak-anak.

AS menjadi pemasok senjata utama yang digunakan Israel untuk membunuh warga sipil Palestina.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0995 seconds (0.1#10.140)