Hizbullah: Tak Ada Tempat Aman di Israel Jika Perang Habis-habisan Dimulai
loading...
A
A
A
BEIRUT - Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Hassan Nasrallah menyatakan kelompoknya siap menghadapi perang habis-habisan dengan Israel.
Menurutnya, tak akan ada tempat yang aman di negara Yahudi itu jika perang skala penuh dimulai.
Bahkan, kata Nasrallah, Siprus juga bisa menjadi sasaran jika negara itu menampung pasukan Zionis Israel.
Nasrallah menyampaikan hal itu dalam pidato di televisi pada hari Rabu setelah upacara peringatan untuk Haji Sami Taleb Abdullah, seorang komandan senior Hizbullah yang terbunuh dalam serangan Israel di Lebanon selatan awal pekan ini.
“Musuh tahu bahwa mereka pasti akan menunggu kami di darat, di udara, dan di laut, dan jika perang terjadi, [kelompok] perlawanan akan berperang tanpa kendala, aturan, atau batasan,” kata Nasrallah.
"Tidak akan ada tempat yang aman dari rudal dan drone kami," ujarnya, seperti dikutip AFP, Kamis (20/6/2024).
Menurut Nasrallah, konfrontasi yang terjadi saat ini adalah pertempuran terbesar sejak tahun 1948—tahun di mana Israel mendeklarasikan pendiriannya sebagai negara. “Dan akan mengubah wajah kawasan dan membentuk masa depannya,” kata Nasrallah.
Kelompok milisi Syiah yang menguasai sebagian besar Lebanon tersebut telah mendorong pasukan Israel di Galilea sejak 7 Oktober tahun lalu, ketika Tel Aviv menyatakan perang terhadap Hamas di Gaza.
Serangan roket yang terjadi secara berkala di kedua sisi perbatasan telah memaksa lebih dari 53.000 warga Israel dan hampir 100.000 warga Lebanon meninggalkan rumah mereka.
Menurutnya, tak akan ada tempat yang aman di negara Yahudi itu jika perang skala penuh dimulai.
Bahkan, kata Nasrallah, Siprus juga bisa menjadi sasaran jika negara itu menampung pasukan Zionis Israel.
Nasrallah menyampaikan hal itu dalam pidato di televisi pada hari Rabu setelah upacara peringatan untuk Haji Sami Taleb Abdullah, seorang komandan senior Hizbullah yang terbunuh dalam serangan Israel di Lebanon selatan awal pekan ini.
“Musuh tahu bahwa mereka pasti akan menunggu kami di darat, di udara, dan di laut, dan jika perang terjadi, [kelompok] perlawanan akan berperang tanpa kendala, aturan, atau batasan,” kata Nasrallah.
"Tidak akan ada tempat yang aman dari rudal dan drone kami," ujarnya, seperti dikutip AFP, Kamis (20/6/2024).
Menurut Nasrallah, konfrontasi yang terjadi saat ini adalah pertempuran terbesar sejak tahun 1948—tahun di mana Israel mendeklarasikan pendiriannya sebagai negara. “Dan akan mengubah wajah kawasan dan membentuk masa depannya,” kata Nasrallah.
Kelompok milisi Syiah yang menguasai sebagian besar Lebanon tersebut telah mendorong pasukan Israel di Galilea sejak 7 Oktober tahun lalu, ketika Tel Aviv menyatakan perang terhadap Hamas di Gaza.
Serangan roket yang terjadi secara berkala di kedua sisi perbatasan telah memaksa lebih dari 53.000 warga Israel dan hampir 100.000 warga Lebanon meninggalkan rumah mereka.