Mengapa Orang Yahudi Bermigrasi ke Seluruh Dunia? Banyak Jadi Miliarder, Ada Juga Jadi Presiden
loading...
A
A
A
GAZA - Selama ribuan tahun, orang Yahudi lebih sering berpindah dari satu negara ke negara lain – dan terkadang dari satu benua ke benua lain – dibandingkan yang lain. Mengapa?
Bukan hanya di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, orang Yahudi juga menyebar hingga ke negara-negara Asia Selatan. Bahkan, di India hingga Afrika, orang Yahudi juga bermigrasi.
Banyak orang Yahudi yang menjadi miliarder. Seperti sebagian miliarder di AS dan Eropa adalah orang Yahudi.
Ada juga orang Yahudi yang meniti karier di dunia politik hingga bisa menjadi presiden. Salah satu yang terkenal adalah Volodymyr Zelensky yang menjadi Presiden Ukraina dan berani menggelorakan perang dengan Rusia. Selain itu, Laurentino Cortizo yang menjadi Presiden Panama. Terbaru adalah Claudia Sheinbaum yang terpilih sebagai Presiden Meksiko.
Foto/AP
Profesor Robert Chazan dari Universitas New York, seorang sejarawan Yahudi terkemuka, menjawab pertanyaan ini dalam bukunya Refugees or Migrants: Pre-Modern Jewish Population Movement. Proses migrasi itu berlangsung dari zama Alkitab hingga abad ke-18.
Chazan membela diri bahwa orang-orang Yahudi biasanya beremigrasi bukan karena mereka diasingkan atau diusir, dan bukan karena mereka melarikan diri dari penganiayaan. "Mereka bukanlah pengungsi, melainkan migran yang mencari peluang ekonomi dan kehidupan yang lebih baik," ungkapnya.
Melansir The Jerusalem Post, pada abad keenam SM, bangsa Babilonia melakukan pengasingan paksa terhadap orang-orang Yahudi dari Israel. Namun bertentangan dengan konsepsi populer (lebih lanjut mengenai hal ini nanti), Chazan berpendapat bahwa dalam 1.800 tahun berikutnya, orang Yahudi tidak mengalami pengusiran atau pengasingan paksa.
Foto/AP
“Pengasingan Romawi” setelah penghancuran Bait Suci kedua pada tahun 70 M adalah sebuah istilah yang keliru. Ya, beberapa orang Yahudi dibawa sebagai budak ke Roma, kebiasaan umum Romawi setelah menumpas pemberontakan.
Namun komunitas Yahudi di tanah Israel tetap menjadi pusat Yahudi dunia dan hal ini berlanjut setidaknya selama dua abad berikutnya. Hingga pengusiran dari negara-negara Eropa utara dan barat (Prancis, Inggris, Spanyol dan Portugal) pada abad 13-15, tidak ada pengusiran orang Yahudi lainnya yang terjadi.
Foto/AP
Menurut Chazan, orang Yahudi memang mengalami diskriminasi. Itu dikarenakan orang Yahudi kerap membuat masalah di setiap zaman. "Namun hal ini tidak menyebabkan orang Yahudi berpindah dari satu negara ke negara lain," ungkapnya.
Bahkan selama penganiayaan kejam yang dilakukan Romawi pada abad ke-1 dan ke-2, jumlah orang Yahudi tidak meninggalkan tanah Israel dalam jumlah yang signifikan. Belakangan, pada abad ke-11, bahkan setelah Tentara Salib menghancurkan sebagian besar komunitas Yahudi di wilayah yang sekarang disebut Jerman, kaum Yahudi tidak meninggalkan wilayah tersebut.
Foto/AP
Orang Yahudi sering memahami sejarah Yahudi sebagai sejarah penderitaan dan pengembaraan yang tiada henti. Berdasarkan prediksi Alkitab, hal ini dipandang sebagai hukuman Tuhan karena melanggar perjanjian-Nya. Umat Kristen juga percaya bahwa Tuhan sedang menghukum orang Yahudi, tapi bagi mereka, itu adalah kejahatan karena menolak Yesus.
Di zaman modern, ketika para sejarawan tidak lagi menghubungkan peristiwa-peristiwa sejarah dengan takdir ilahi, banyak orang non-Yahudi dan bahkan beberapa orang Yahudi mencoba mengidentifikasi kelemahan Yahudi yang dapat menjelaskan penderitaan mereka.
"Beberapa penulis dan pemikir Yahudi menyatakan bahwa antisemitisme disebabkan oleh kelemahan bawaan dalam masyarakat non-Yahudi, atau dalam beberapa agama non-Yahudi," ungkap Chazan.
Bukan hanya di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, orang Yahudi juga menyebar hingga ke negara-negara Asia Selatan. Bahkan, di India hingga Afrika, orang Yahudi juga bermigrasi.
Banyak orang Yahudi yang menjadi miliarder. Seperti sebagian miliarder di AS dan Eropa adalah orang Yahudi.
Ada juga orang Yahudi yang meniti karier di dunia politik hingga bisa menjadi presiden. Salah satu yang terkenal adalah Volodymyr Zelensky yang menjadi Presiden Ukraina dan berani menggelorakan perang dengan Rusia. Selain itu, Laurentino Cortizo yang menjadi Presiden Panama. Terbaru adalah Claudia Sheinbaum yang terpilih sebagai Presiden Meksiko.
Mengapa Orang Yahudi Bermigrasi ke Seluruh Dunia? Banyak Jadi Miliarder, Ada Juga Jadi Presiden
Diusir atau Keinginan Sendiri
Foto/AP
Profesor Robert Chazan dari Universitas New York, seorang sejarawan Yahudi terkemuka, menjawab pertanyaan ini dalam bukunya Refugees or Migrants: Pre-Modern Jewish Population Movement. Proses migrasi itu berlangsung dari zama Alkitab hingga abad ke-18.
Chazan membela diri bahwa orang-orang Yahudi biasanya beremigrasi bukan karena mereka diasingkan atau diusir, dan bukan karena mereka melarikan diri dari penganiayaan. "Mereka bukanlah pengungsi, melainkan migran yang mencari peluang ekonomi dan kehidupan yang lebih baik," ungkapnya.
Melansir The Jerusalem Post, pada abad keenam SM, bangsa Babilonia melakukan pengasingan paksa terhadap orang-orang Yahudi dari Israel. Namun bertentangan dengan konsepsi populer (lebih lanjut mengenai hal ini nanti), Chazan berpendapat bahwa dalam 1.800 tahun berikutnya, orang Yahudi tidak mengalami pengusiran atau pengasingan paksa.
Bermigrasi karena Berstatus Budak
Foto/AP
“Pengasingan Romawi” setelah penghancuran Bait Suci kedua pada tahun 70 M adalah sebuah istilah yang keliru. Ya, beberapa orang Yahudi dibawa sebagai budak ke Roma, kebiasaan umum Romawi setelah menumpas pemberontakan.
Namun komunitas Yahudi di tanah Israel tetap menjadi pusat Yahudi dunia dan hal ini berlanjut setidaknya selama dua abad berikutnya. Hingga pengusiran dari negara-negara Eropa utara dan barat (Prancis, Inggris, Spanyol dan Portugal) pada abad 13-15, tidak ada pengusiran orang Yahudi lainnya yang terjadi.
Baca Juga
Selalu Jadi Orang Bermasalah di Setiap Zaman
Foto/AP
Menurut Chazan, orang Yahudi memang mengalami diskriminasi. Itu dikarenakan orang Yahudi kerap membuat masalah di setiap zaman. "Namun hal ini tidak menyebabkan orang Yahudi berpindah dari satu negara ke negara lain," ungkapnya.
Bahkan selama penganiayaan kejam yang dilakukan Romawi pada abad ke-1 dan ke-2, jumlah orang Yahudi tidak meninggalkan tanah Israel dalam jumlah yang signifikan. Belakangan, pada abad ke-11, bahkan setelah Tentara Salib menghancurkan sebagian besar komunitas Yahudi di wilayah yang sekarang disebut Jerman, kaum Yahudi tidak meninggalkan wilayah tersebut.
Sejarah Yahudi Menggambarkan Pengembaraan Tidak Henti
Foto/AP
Orang Yahudi sering memahami sejarah Yahudi sebagai sejarah penderitaan dan pengembaraan yang tiada henti. Berdasarkan prediksi Alkitab, hal ini dipandang sebagai hukuman Tuhan karena melanggar perjanjian-Nya. Umat Kristen juga percaya bahwa Tuhan sedang menghukum orang Yahudi, tapi bagi mereka, itu adalah kejahatan karena menolak Yesus.
Di zaman modern, ketika para sejarawan tidak lagi menghubungkan peristiwa-peristiwa sejarah dengan takdir ilahi, banyak orang non-Yahudi dan bahkan beberapa orang Yahudi mencoba mengidentifikasi kelemahan Yahudi yang dapat menjelaskan penderitaan mereka.
"Beberapa penulis dan pemikir Yahudi menyatakan bahwa antisemitisme disebabkan oleh kelemahan bawaan dalam masyarakat non-Yahudi, atau dalam beberapa agama non-Yahudi," ungkap Chazan.
(ahm)