Rusia Nilai Barat Tidak Belajar dari Tragedi Yugoslavia

Senin, 25 Maret 2019 - 02:19 WIB
Rusia Nilai Barat Tidak...
Rusia Nilai Barat Tidak Belajar dari Tragedi Yugoslavia
A A A
BRUSSELS - Rusia menyatakan negara-negara Barat tidak belajar apapun dari tragedi Yugoslavia yang terjadi dua dekade lalu. Yugoslavia hancur lembur saat NATO memutuskan untuk melakukan serangan besar-besaran ke negara itu tahun 1999.

"24 Maret tentu saja merupakan tanggal tragis dalam sejarah modern Eropa," kata Perwakilan Tetap Rusia untuk NATO dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir Tass pada Senin (25/3).

"Hari ini tepatnya 20 tahun yang lalu godaan menang untuk memecahkan masalah antar-etnis dan antar-agama yang sangat sensitif dan sangat sensitif di Yugoslavia bukan dengan upaya diplomatik yang teliti, tetapi dengan metode diplomatik yang sederhana, tetapi dengan metode sederhana dan cepat 'operasi militer' melewati hukum internasional dan tanpa izin dari Dewan Keamanan (DK) PBB," sambungnya.

Perwakilan Rusia mengatakan, sebagai akibat dari pemboman dan serangan rudal, fasilitas infrastruktur sipil yang kritis dihancurkan dan warga sipil menjadi "kerusakan sampingan" bagi NATO.

Mereka kemudian menekankan bahwa saat ini potensi konflik di kawasan itu tetap ada, bersama dengan masalah pengakuan internasional terhadap Kosovo. "Sayangnya, langkah-langkah di Irak dan Libya menunjukkan bahwa tidak ada pelajaran yang diambil dari peristiwa dramatis di Balkan itu," ungkapnya.

24 Maret 2019 menandai 20 tahun sejak NATO memulai operasi militernya melawan Republik Federal Yugoslavia. Pemboman dimulai tanpa seizin DK PBB. Para pejabat penting NATO mengatakan penyebab utama Operasi Pasukan Sekutu adalah untuk mencegah dugaan genosida populasi Albania di Kosovo.

Menurut situs web NATO, selama operasi, yang berlangsung selama 78 hari, pesawat tempur aliansi itu membuat38ribu serangan mendadak, lebih dari10ribudi antaranya melakukan serangan bom.

Menurut data yang diterbitkan oleh Human Rights Watch, pemboman itu menewaskan hampir 500 warga sipil dan sekitar 1.000 militer. Data Serbia mengatakan sekitar 2.000 warga sipil tewas dalam pemboman dan beberapa ratus orang hilang, sementara jumlah korban tewas di kalangan militer diperkirakan mencapai 1.000 orang.

Infrastruktur militer dan industri Serbia hampir sepenuhnya hancur, dan lebih dari 1.500 permukiman, 60 jembatan, 30% sekolah, dan 100 monumen hancur. Kerusakan material mencapai antara USD 30 miliar hingga USD 100 miliar dan beberapa fasilitas belum direkonstruksi sampai saat ini.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0840 seconds (0.1#10.140)