Keluarga dari Teroris Christchurch: Brenton Tarrant Layak Mati

Senin, 18 Maret 2019 - 07:23 WIB
Keluarga dari Teroris Christchurch: Brenton Tarrant Layak Mati
Keluarga dari Teroris Christchurch: Brenton Tarrant Layak Mati
A A A
NEW SOUTH WALES - Keluarga dari Brenton Harrison Tarrant, 28, teroris yang membunuh 50 orang dalam penembakan dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, menyesal dan minta maaf atas kejahatan Tarrant. Pihak keluarga menyebut pemuda asal Australia itu layak mati.

"Dia pantas dihukum mati atas apa yang telah dia lakukan dan itu menyakitkan saya untuk mengatakan itu karena dia adalah keluarga," kata Donna Cox dari New South Wales (NSW) mengatakan kepada Sunday Night, dikutip news.com.au, Senin (18/2/2019).

"Tetapi bagi seseorang yang telah merenggut banyak nyawa dari begitu banyak orang, wajar saja jika dia layak mendapatkan hal yang sama," lanjut dia.

Cox mengatakan Brenton Tarrant berasal dari keluarga yang sangat dihormati. "Ibunya, ayahnya, cukup terpandang di komunitas di sini," katanya.

Ibu dan saudara perempuan Tarrant kini berada di rumah yang aman, sementara kerabat lainnya di NSW menyampaikan permintaan maaf kepada para korban.

Terry Fitzgerald, paman dari Tarrant, telah meminta maaf kepada keluarga para korban dalam serangan teroris yang dilakukan oleh keponakannya.

“Kami sangat menyesal untuk keluarga di sana, untuk orang yang meninggal dan yang terluka. Apa yang telah ia lakukan tidak benar," kata Fitzgerald yang berbicara atas nama keluarganya kepada Nine News pada hari Minggu.

Permintaan maaf itu datang ketika nenek Tarrant, Marie Fitzgerald mengungkapkan ibu dan saudara perempuan Tarrant telah dibawa ke tempat yang aman untuk perlindungan mereka.

"Polisi akan melakukan tugas mereka dan menjaga mereka tetap dilindungi, itulah yang mereka butuhkan dan tidak ada kontak telepon, mereka mengatakan Anda tidak dapat menghubungi mereka," kata wanita berusia 81 tahun itu.

Fitzgerald mengatakan keluarga itu "sangat terkesima" karena mengetahui bahwa Tarrant didakwa membunuh umat Muslim di masjid-masjid di Christchurch.

"Sangat banyak yang bisa dilakukan sehingga seseorang di keluarga kami akan melakukan hal seperti ini," katanya di Grafton, NSW. "Media mengatakan dia sudah merencanakannya sejak lama sehingga dia jelas tidak waras."

Menurut Fitzgerald, Tarrant pergi ke Eropa setelah ayahnya meninggal karena kanker pada tahun 2010 dan kembali dengan menjadi sosok pria yang berbeda. "Sejak dia bepergian ke luar negeri, saya pikir begitu, anak itu telah berubah total," katanya.

Fitzgerald mengatakan Tarrant kembali ke Grafton 12 bulan lalu untuk ulang tahun saudara perempuannya dan tidak ada "bendera merah".

"Dia hanya menjadi dirinya yang normal, Anda tahu, kita semua mengobrol dan makan bersama untuk merayakan kesempatan itu dan sekarang semua orang hancur," katanya.

Polisi menuduh Tarrant melakukan perjalanan antara Masjid Al Noor di samping Hagley Park di Christchurch Center dan Masjid Linwood sekitar 5 km dalam waktu tujuh menit.

Setelah 36 menit belasan orang tewas dan terluka. Tarrant ditangkap di Brougham St, diseret dari mobil oleh dua petugas polisi, dan ditahan.

Sebanyak 50 orang dipastikan tewas. Para pejabat kesehatan mengatakan 39 orang tetap di rumah sakit, dengan 11 kritis dalam perawatan intensif. Korban termuda adalah anak 2 tahun.

Tarrant diyakini tinggal di Dunedin selama dua tahun, menghabiskan sebagian besar waktunya bepergian ke luar negeri. Dia tidak ada dalam daftar pantauan otoritas keamanan di Selandia Baru atau pun Australia.

Polisi mengatakan lima senjata digunakan dalam serangan itu, termasuk dua senjata semi-otomatis. Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan Tarrant memperoleh lisensi senjata pada November 2017. Ardern sebelumnya menegaskan insiden di dua masjid itu sebagai serangan teroris.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3917 seconds (0.1#10.140)