Demonstran Rompi Kuning di Paris Jarah Toko Brand Mewah

Senin, 18 Maret 2019 - 07:15 WIB
Demonstran “Rompi Kuning” di Paris Jarah Toko Brand Mewah
Demonstran Rompi Kuning di Paris Jarah Toko Brand Mewah
A A A
PARIS - Para demonstran “rompi kuning” membakar sebuah bank dan menjarah banyak toko di Champs Elysees, Paris. Itu terjadi di saat demonstran rompi kuning menentang Presiden Prancis Emmanuel Macron dan reformasi pro-bisnis yang digalakkanya. Polisi menembakkan gas air mata dan meriam air kepada para demonstran yang rusuh setelah beberapa pekan aksi dilaksanakan dengan tenang pada Sabtu (16/3) waktu setempat.

Demonstrasi rompi kuning sudah kehilangan momen dengan turunnya jumlah para demonstrasi yang mengikuti aksi tersebut. Bank Banque Tarneaud dibakar demonstrasi sebelum petugas pemadam kebakaran datang untuk menyelamatkan seorang perempuan dan bayinya yang berada di gedung. Pembakaran gedung tersebut mengakibatkan 11 orang mengalami luka ringan.

Para perusuh juga membakar toko tas dan dua kios koran di Champs Elysees. Mereka juga menjarah isi toko yang menjual pakaian dan tas dengan brand ternama. Polisi huru hara berusaha menembakkan gas air mata untuk membubarkan aksi kerusuhan terutama di monument Arch de Triomphe.

Polisi menangkap hampir 240 demonstran yang menjadi perusuh karena menjarah banyak toko di Champs Elysees dan menghancurkan restoran mewah Fouquet's. Kemudian, restoran khusus yang menyajikan minuman beralkohol ternama di Prancis itu menjadi lokasi di mana Nicolas Sarkozy merayakan kemenangan pemilu presiden 2007 juga dirusak massa.

Beberapa bagian kaca restoran Fouquet’s dihancurkan, dan beberapa bagian juga dibakar. Para demonstran meninggalkan pesan “Sarkozy merusak segalanya” di dinding luar restoran. Macron langung mempercepat liburan skinya di Pyreness dan kembali ke Paris pada Sabtu malam. Dia langsung menggelar pertemuan krisis dengan para menterinya.

“Kita menegakkan hak konstitusional, tetapi kita mendapati banyak orang ingin merusak republic ini, merusak segala sesuatu dan menghancurkannya, dan berisiko menyebabkan orang terbunuh,” ujar Macron, dilansir Reuters. “Saya kita sangat jeli menganalisis segala sesuatu dan dengan cepat mengambil keputusan agar hal ini tidak terjadi lagi,” ujarnya kepada para menteri.

Polisi Prancis mengatakan, 42 demonstran, 17 petugas kepolisian dan seorang petugas pemadam kebakaran terluka. Kementerian Dalam Negeri Prancis memperkirakan 10.000 orang berpartisipasi dalam demonstrasi di Paris, dibandingkan hanya 3.000 orang yang mengikuti aksi pada pekan sebelumnya. Secara nasional, jumlah demonstrasi mencapai 32.300 orang, dibandingkan dengan 28.600 pada pekan lalu.

“Meskipun demonstran jumlahnya relative kecil, sekitar 1.500 demonstran garis keras berusaha mencari masalah,” kata Menteri Dalam Negeri Prancis Christophe Castaner. “Mereka sengaja datang ke Paris, sehingga kita memobilisasi lebih dari 1.400 polisi,” paparnya.

Castaner mengungkapkan, para demonstran itu menyerukan kekerasan dan berusaha melakukan kerusuhan. “Para profesional yang melakukan perusakan dan gangguan, dilengkapi peralatan dan bermasker, melakukan infiltrasi pada demonstrasi. Instruksi saya kepada polisi: merespons dengan tegas terhadap serangan yang tidak bisa diterima,” katanya.

Kemudian Perdana Menteri (PM) Prancis Edouard Philippe, dalam wawancara dengan stasiun televisi BFM, mengatakan banyak orang yang melaksanakan demonstrasi terlibat dalam aksi kerusuhan. Dia menambahkan, otoritas bekerja untuk menjamin orang yang bertanggungjawab untuk diajukan ke pengadilan dan mendapatkan hukuman tegas.

“Tujuan utama adalah ketegasan total,” papar Philippe. Dia menambahkan, ribuan orang tertentu itu ingin menciptakan kerusuhan dan berkomitmen melaksanakan aksi kejahatan. Pengunjuk rasa rompi kuning berjanji menggelar unjuk rasa lebih besar untuk memperingati empat bulan aksi mereka sejak gerakan itu muncul pada pertengahan November.

Awalnya mereka menentang kenaikan pajak bahan bakar dan biaya hidup, kini aksi mereka menargetkan pemerintahan Macron. Hal terpisah, aksi demonstrasi damai menentang perubahan iklim di Paris tengah diikuti lebih dari 36.000 orang. Secara nasional diikuti oleh 145.000 orang.

Seiring dengan ekskalasi kerusuhan setiap aksi demonstrasi, Macron memberikan paket konsensi senilai lebih dari USD11 miliar untuk meningkatkan pendapatan pekerja miskin dan pensiunan. Macron semakin tak berdaya dan akan memenuhi segala tuntutan para demonstran.

Dia berjanji akan meningkatkan upah minum. Macron akan menghapus pajak bagi pensiun. Dia ingin membangun masa depan yang lebih bagi dan upaya saling menghormati satu sama lain dan menyerukan dialog untuk mengatasi perbedaan pandangan.

Pemerintah Prancis memerintahkan agar polisi mengatasi demonstrasi sejak Januari di mana petugas keamanan dianggap bertindak brutal. Mantan bankir investasi berusia 41 tahun juga meluncurkan serangkaian debat nasional untuk menentukan kebijakan yang berpihak kepada rakyat.

Sebelumnya, ada pesan tahun barunya, Macron berjanji akan melanjutkan agenda reformasinya. “Kita tidak bisa bekerja lambat, menghasilkan lebih banyak, memotong pajak, dan meningkatkan belanja,” ujarnya. Menghadapi popularitas yang rendah, Macron diperkirakan akan mengumumkan rencana kebijakannya untuk beberapa bulan mendatang.

Pemerintahan Presiden Macron sangat terguncang dengan kerusuhan tersebut. Mereka menyebut para demonstran ingin menggulingkan pemerintahan. Para demonstran umumnya adalah pekerja dengan gaji rendah dan penentang Macron yang dianggap tuli terhadap tuntutan rakyat kecil serta memperhatikan orang kaya semata.

“Mereka tidak memiliki hak untuk meninggalkan kita ada situasi sulit seperti saat ini,” kata demonstran Francois Cordier, dilansir Reuters. “Kita sudah muak dengan perbudakan dan kita seharusnya mampu hidup dengan gaji kita,” imbuhnya. Jajak pendapat terbaru yang dirilis pada akhir tahun lalu, dukungan publik Prancis terhadap aksi demonstrasi meningkat menjadi 66%.

Sedangkan popularitas Macron turun hingga 23% atau berada di titik krisis. Macron disebut sebagai "presiden orang kaya" karena menaikkan harga bakar minyak. Sementara itu, penjualan sampanye di Prancis mengalami penurunan dikarenakan Brexit (Britain dan Exit) dan demonstrasi rompi kuning. Penurunan penjualan kali terendah sejak 2004.

Comité Interprofessionnel du Vin de Champagne (CIVC) mengungkapkan, jumlah botol yang dijual turun 1,8% pada 2018 dan total pendapatan menurun 0,3% dengan nilai USD5,6 miliar, meskipun harganya cenderung naik. “Turunnya penjualan menunjukkan kekhawatiran karena penurunan penjualan di Prancis dan Inggris tidak bisa digantikan peningkatan penjualan di luar Uni Eropa,” co-presiden CIVS Jean-Marie Barillere.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3711 seconds (0.1#10.140)