Kondisi Keamanan Niger Tak Stabil, China Berupaya Dorong Kerja Sama Militer
loading...
A
A
A
NIAMEY - China mulai mendekati Niger dengan membangun pangkalan militer kedua di Afrika, dengan memanfaatkan kondisi Amerika Serikat (AS) yang kesulitan mempertahankan kehadirannya di benua tersebut.
Sejumlah perkembangan di masa lalu telah mengirimkan sinyal bahwa China memang tulus terhadap Niger untuk menjadi mitra potensial dalam penyelarasan strategis dan kerja sama ekonomi.
Di Niger, AS terpaksa menghentikan operasi militernya pada Maret 2024. Sebagai negara Afrika barat yang terkurung daratan di gurun Sahara, Niger mungkin tidak langsung terlihat seperti sekutu utama Washington, namun jelas merupakan tempat persiapan penting bagi militer AS untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan menanggapi terorisme di wilayah tersebut.
Junta baru yang berkuasa di Niger baru-baru ini menyatakan bahwa kehadiran militer AS merupakan pelanggaran terhadap konstitusi Niger. Nasib kehadiran AS, termasuk dua pangkalan drone militer, masih belum dapat dipastikan.
Sementara itu mengenai China, negara tersebut secara historis menunjukkan kesediaan untuk terlibat dengan rezim otokratis, memandangnya sebagai mitra yang lebih dapat diandalkan dalam kerja sama ekonomi dan penyelarasan strategis.
Hal itu sangat kontras dengan negara-negara Barat yang mengutamakan pemerintahan demokratis dan hak asasi manusia (HAM). Junta militer yang merebut kekuasaan di Niger mewakili peluang potensial bagi China untuk mengkonsolidasikan pengaruh dan mengamankan kepentingannya di negara tersebut.
Mengutip dari PML Daily, Selasa (21/5/2024), pendekatan China terhadap Niger mencerminkan strateginya di kawasan lain, seperti Afghanistan, di mana China berupaya mengisi kekosongan kekuasaan akibat penarikan pasukan Barat.
Dukungan China terhadap junta militer di Myanmar adalah contoh lainnya. Dengan membina hubungan dekat dengan rezim otoriter dan memberikan bantuan ekonomi serta proyek infrastruktur, China bertujuan meningkatkan kehadiran dan pengaruhnya di bidang-bidang penting yang strategis.
Meski menekankan pada kebijakan non-intervensi dan pembangunan damai, peningkatan kemampuan militer China dan perluasan pengaruh globalnya menimbulkan kekhawatiran. Negara-negara Barat dan aktor-aktor regional khawatir dengan sikap agresif China dalam sengketa wilayah dan pendirian pangkalan militer di lokasi-lokasi strategis.
Dalam kasus Niger, kepentingan China dalam mengkonsolidasikan posisinya dan kemungkinan mengupayakan kerja sama militer tidak dapat dikesampingkan. Wilayah yang luas dengan perbatasan rapuh dan adanya sejumlah tantangan keamanan dalam negeri menjadikan Niger sebagai mitra menarik bagi tujuan keamanan China di Afrika.
Dengan mendapatkan perjanjian militer dan membangun kehadiran di Niger, China dapat meningkatkan kemampuan untuk melindungi investasinya, melawan terorisme, dan memproyeksikan kekuatan di wilayah tersebut.
Namun, ambisi China di Niger bukannya tanpa tantangan dan risiko. Dinamika geopolitik yang kompleks di Afrika Barat, termasuk persaingan dengan kekuatan global lainnya dan perlawanan lokal terhadap kehadiran militer asing, menghadirkan hambatan terhadap tujuan strategis China.
Selain itu, lanskap politik yang tidak menentu di Niger, yang ditandai perpecahan internal dan ancaman keamanan, merupakan ancaman terhadap kepentingan jangka panjang China di negara tersebut.
Pergolakan politik baru-baru ini di Niger, yang ditandai kudeta militer dan perselisihan perbatasan dengan negara tetangganya, Benin, menggarisbawahi pentingnya negara tersebut secara strategis bagi China.
Penutupan perbatasan darat Niger dengan Benin dan sanksi yang dikenakan Benin telah mengganggu rencana ekspor minyak China, menyoroti kerentanan investasi negara tersebut terhadap ketidakstabilan politik.
Arti penting Niger secara geopolitik telah berkembang selama sekitar satu dekade terakhir dalam konteks perjuangan melawan kelompok ekstremis bersenjata di wilayah tersebut, runtuhnya negara di Libya, dan migrasi tidak teratur ke Eropa—keterkaitan ekonomi yang jauh lebih tua terletak pada hubungan khusus antara Niger dan Prancis.
Posisi geografis Niger di persimpangan Afrika Utara, Barat, dan Tengah; sumber daya mineral dan minyaknya; potensinya untuk pengembangan energi terbarukan; dan pertumbuhan demografisnya yang kuat membantu menjelaskan besarnya minat negara-negara besar dan menengah terhadap krisis yang terjadi saat ini.
Pentingnya Niger meningkat berkali-kali lipat karena kehadiran uranium, mineral strategis untuk keperluan sipil dan militer. Niger saat ini merupakan produsen uranium terbesar ketujuh di dunia dan menyediakan sekitar 5 persen produksi uranium dunia.
Kenyataannya adalah, bahwa alih-alih uranium, penemuan cadangan minyak yang semakin besar justru menarik perhatian China.
Menurut artikel di situs carnegieendowment, produksi dimulai pada 2011 dengan hasil harian 20.000 barel. Minyak tersebut diekstraksi oleh China National Petroleum Corporation (CNPC) dan disalurkan ke Zinder, sebuah kota di bagian selatan-tengah Niger, tempat minyak tersebut disuling.
Niger telah mengkondisikan hak pengeboran untuk pembangunan kilang, menjadikan China sebagai mitra strategis pemerintah Niger dalam pengembangan sumber daya minyaknya.
Pada pertengahan April tahun ini, CNPC menandatangani nota kesepahaman dengan pemerintah Niger senilai USD400 juta terkait penjualan minyak mentah dari ladang minyak Agadem miliknya. Junta militer Niger telah menyetujui tingkat bunga tujuh persen dan pembayaran kembali minyak untuk jangka waktu 12 bulan.
"China adalah teman baik Niger; kami tidak akan pernah cukup mengatakannya," kata Perdana Menteri dan Menteri Ekonomi dan Keuangan Ali Mahaman LamineZeine pada upacara penandatanganan.
Proyek jalur pipa ekspor yang didukung anak perusahaan CNPC PetroChina (601857.SS) secara resmi diluncurkan November lalu, menghubungkan ladang minyak Agadem ke pelabuhan Cotonou di negara tetangga Benin.
Sebelumnya, Niger memiliki kilang minyak kecil berkapasitas sekitar 20.000 barel per hari yang sebagian besar memasok pasar bahan bakar domestik Niger. Tetapi impor minyak mentah pertama China dari junta militer Niger baru-baru ini mendapat pukulan karena negara tetangganya, Benin, melarang adanya kapal yang merapat ke pelabuhan.
Minyak Niger tiba dalam tiga kapal. CNPC telah menginvestasikan sekitar USD4,6 miliar pada industri minyak Niger, termasuk pembangunan jaringan pipa sepanjang 1.200 mil yang mengangkut minyak mentah dari Niger ke Benin. Pipa tersebut dijadwalkan mulai mengirimkan 90.000 barel per hari pada bulan Mei dan mencapai 110.000 barel per hari dengan kapasitas penuh.
Kesepakatan tersebut terganggu kudeta di Niger pada Juli lalu, di mana junta militer merebut kekuasaan dan menutup perbatasan daratnya dengan Benin, yang kemudian memberikan sanksi terhadap Niger sebagai bentuk balasan.
Meski China berkepentingan untuk mengkonsolidasikan posisinya di Niger, gangguan yang terjadi baru-baru ini terhadap ekspor minyak menegaskan tantangan yang ditimbulkan oleh ketidakstabilan politik dan konflik regional.
Bagaimana China akan memanipulasi dan menavigasi lanskap politik yang kompleks adalah sebuah pertanyaan besar. Komunitas global terus mencermati China dan manuver-manuvernya.
Sejumlah perkembangan di masa lalu telah mengirimkan sinyal bahwa China memang tulus terhadap Niger untuk menjadi mitra potensial dalam penyelarasan strategis dan kerja sama ekonomi.
Di Niger, AS terpaksa menghentikan operasi militernya pada Maret 2024. Sebagai negara Afrika barat yang terkurung daratan di gurun Sahara, Niger mungkin tidak langsung terlihat seperti sekutu utama Washington, namun jelas merupakan tempat persiapan penting bagi militer AS untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan menanggapi terorisme di wilayah tersebut.
Junta baru yang berkuasa di Niger baru-baru ini menyatakan bahwa kehadiran militer AS merupakan pelanggaran terhadap konstitusi Niger. Nasib kehadiran AS, termasuk dua pangkalan drone militer, masih belum dapat dipastikan.
Sementara itu mengenai China, negara tersebut secara historis menunjukkan kesediaan untuk terlibat dengan rezim otokratis, memandangnya sebagai mitra yang lebih dapat diandalkan dalam kerja sama ekonomi dan penyelarasan strategis.
Hal itu sangat kontras dengan negara-negara Barat yang mengutamakan pemerintahan demokratis dan hak asasi manusia (HAM). Junta militer yang merebut kekuasaan di Niger mewakili peluang potensial bagi China untuk mengkonsolidasikan pengaruh dan mengamankan kepentingannya di negara tersebut.
Mengutip dari PML Daily, Selasa (21/5/2024), pendekatan China terhadap Niger mencerminkan strateginya di kawasan lain, seperti Afghanistan, di mana China berupaya mengisi kekosongan kekuasaan akibat penarikan pasukan Barat.
Dukungan China terhadap junta militer di Myanmar adalah contoh lainnya. Dengan membina hubungan dekat dengan rezim otoriter dan memberikan bantuan ekonomi serta proyek infrastruktur, China bertujuan meningkatkan kehadiran dan pengaruhnya di bidang-bidang penting yang strategis.
Meski menekankan pada kebijakan non-intervensi dan pembangunan damai, peningkatan kemampuan militer China dan perluasan pengaruh globalnya menimbulkan kekhawatiran. Negara-negara Barat dan aktor-aktor regional khawatir dengan sikap agresif China dalam sengketa wilayah dan pendirian pangkalan militer di lokasi-lokasi strategis.
Dalam kasus Niger, kepentingan China dalam mengkonsolidasikan posisinya dan kemungkinan mengupayakan kerja sama militer tidak dapat dikesampingkan. Wilayah yang luas dengan perbatasan rapuh dan adanya sejumlah tantangan keamanan dalam negeri menjadikan Niger sebagai mitra menarik bagi tujuan keamanan China di Afrika.
Dengan mendapatkan perjanjian militer dan membangun kehadiran di Niger, China dapat meningkatkan kemampuan untuk melindungi investasinya, melawan terorisme, dan memproyeksikan kekuatan di wilayah tersebut.
Namun, ambisi China di Niger bukannya tanpa tantangan dan risiko. Dinamika geopolitik yang kompleks di Afrika Barat, termasuk persaingan dengan kekuatan global lainnya dan perlawanan lokal terhadap kehadiran militer asing, menghadirkan hambatan terhadap tujuan strategis China.
Selain itu, lanskap politik yang tidak menentu di Niger, yang ditandai perpecahan internal dan ancaman keamanan, merupakan ancaman terhadap kepentingan jangka panjang China di negara tersebut.
Pergolakan politik baru-baru ini di Niger, yang ditandai kudeta militer dan perselisihan perbatasan dengan negara tetangganya, Benin, menggarisbawahi pentingnya negara tersebut secara strategis bagi China.
Penutupan perbatasan darat Niger dengan Benin dan sanksi yang dikenakan Benin telah mengganggu rencana ekspor minyak China, menyoroti kerentanan investasi negara tersebut terhadap ketidakstabilan politik.
Mengapa Niger Begitu Penting?
Arti penting Niger secara geopolitik telah berkembang selama sekitar satu dekade terakhir dalam konteks perjuangan melawan kelompok ekstremis bersenjata di wilayah tersebut, runtuhnya negara di Libya, dan migrasi tidak teratur ke Eropa—keterkaitan ekonomi yang jauh lebih tua terletak pada hubungan khusus antara Niger dan Prancis.
Posisi geografis Niger di persimpangan Afrika Utara, Barat, dan Tengah; sumber daya mineral dan minyaknya; potensinya untuk pengembangan energi terbarukan; dan pertumbuhan demografisnya yang kuat membantu menjelaskan besarnya minat negara-negara besar dan menengah terhadap krisis yang terjadi saat ini.
Pentingnya Niger meningkat berkali-kali lipat karena kehadiran uranium, mineral strategis untuk keperluan sipil dan militer. Niger saat ini merupakan produsen uranium terbesar ketujuh di dunia dan menyediakan sekitar 5 persen produksi uranium dunia.
Kenyataannya adalah, bahwa alih-alih uranium, penemuan cadangan minyak yang semakin besar justru menarik perhatian China.
Menurut artikel di situs carnegieendowment, produksi dimulai pada 2011 dengan hasil harian 20.000 barel. Minyak tersebut diekstraksi oleh China National Petroleum Corporation (CNPC) dan disalurkan ke Zinder, sebuah kota di bagian selatan-tengah Niger, tempat minyak tersebut disuling.
Niger telah mengkondisikan hak pengeboran untuk pembangunan kilang, menjadikan China sebagai mitra strategis pemerintah Niger dalam pengembangan sumber daya minyaknya.
Pada pertengahan April tahun ini, CNPC menandatangani nota kesepahaman dengan pemerintah Niger senilai USD400 juta terkait penjualan minyak mentah dari ladang minyak Agadem miliknya. Junta militer Niger telah menyetujui tingkat bunga tujuh persen dan pembayaran kembali minyak untuk jangka waktu 12 bulan.
"China adalah teman baik Niger; kami tidak akan pernah cukup mengatakannya," kata Perdana Menteri dan Menteri Ekonomi dan Keuangan Ali Mahaman LamineZeine pada upacara penandatanganan.
Manuver China
Proyek jalur pipa ekspor yang didukung anak perusahaan CNPC PetroChina (601857.SS) secara resmi diluncurkan November lalu, menghubungkan ladang minyak Agadem ke pelabuhan Cotonou di negara tetangga Benin.
Sebelumnya, Niger memiliki kilang minyak kecil berkapasitas sekitar 20.000 barel per hari yang sebagian besar memasok pasar bahan bakar domestik Niger. Tetapi impor minyak mentah pertama China dari junta militer Niger baru-baru ini mendapat pukulan karena negara tetangganya, Benin, melarang adanya kapal yang merapat ke pelabuhan.
Minyak Niger tiba dalam tiga kapal. CNPC telah menginvestasikan sekitar USD4,6 miliar pada industri minyak Niger, termasuk pembangunan jaringan pipa sepanjang 1.200 mil yang mengangkut minyak mentah dari Niger ke Benin. Pipa tersebut dijadwalkan mulai mengirimkan 90.000 barel per hari pada bulan Mei dan mencapai 110.000 barel per hari dengan kapasitas penuh.
Kesepakatan tersebut terganggu kudeta di Niger pada Juli lalu, di mana junta militer merebut kekuasaan dan menutup perbatasan daratnya dengan Benin, yang kemudian memberikan sanksi terhadap Niger sebagai bentuk balasan.
Meski China berkepentingan untuk mengkonsolidasikan posisinya di Niger, gangguan yang terjadi baru-baru ini terhadap ekspor minyak menegaskan tantangan yang ditimbulkan oleh ketidakstabilan politik dan konflik regional.
Bagaimana China akan memanipulasi dan menavigasi lanskap politik yang kompleks adalah sebuah pertanyaan besar. Komunitas global terus mencermati China dan manuver-manuvernya.
(mas)