Kiribati, Negara yang Terancam Tenggelam dan Hilang dari Peta

Senin, 18 Februari 2019 - 09:23 WIB
Kiribati, Negara yang...
Kiribati, Negara yang Terancam Tenggelam dan Hilang dari Peta
A A A
TARAWA - Kiribati yang titik tertingginya hanya dua meter di atas permukaan laut terancam tenggelam dan hilang dari peta dunia akibat pemanasan global. Kiribati dapat menjadi negara pertama yang seluruh warganya direlokasi jika negara itu sepenuhnya tenggelam.

Negara di Pasifik yang memiliki 32 pulau itu diprediksi hilang tenggelam di laut dalam 50 tahun mendatang. Prediksi itu dapat lebih cepat jika pemanasan global terjadi lebih cepat dibandingkan perkiraan para pakar.

Pemanasan global mengakibatkan naiknya ketinggian permukaan laut dan Kiribati menjadi salah satu negara yang paling merasakan dampak terburuk dari kondisi itu. Negara yang dihuni sekitar 110.000 orang itu populasinya terus bertambah sejak merdeka dari Inggris pada akhir 1970-an.

Dengan lahan yang terbatas untuk pertanian, populasi di sana sangat tergantung pada produk impor dan sebagian besar berupa masakan siap saji. Kini kondisi Kiribati semakin merasakan ancaman dari pemanasan global yang memicu kenaikan ketinggian permukaan laut.

“Komunitas di pulau terluar telah terkena dampak, kita memiliki satu desa yang tela hhilang, kita memiliki sejumlah komunitas yang air laut telah masuk dalam cadangan air tanah dan sekarang mempengaruhi tanaman pangan,” ungkap mantan Presiden Kiribati Anote Tong yang kini terus mendorong kesadaran publik dan pemerintah tentang ancaman tenggelamnya negara itu.

“Itu terjadi di pulau-pulau lain, itu bukan kejadian terpisah, penggenangan serius telah terjadi. Itu kenyataan yang kita hadapi, baik itu karena perubahan iklim atau tidak,” tutur Tong, dilansir BBC.

Pulau Tarawa menjadi pulau utama yang paling banyak dihuni warga Kiribati. Pulau Abaiang yang populasinya lebih sedikit, menjadi lokasi hilangnya satu desa yang sudah tenggelam di bawah laut. Pulau Abaiang memiliki populasi sekitar 10.000 orang.

Warga Kiribati juga semakin khawatir dengan tanaman pangan mereka. “Kami melihat pohon-pohon kelapa kami menjadi kurang produktif. Cuaca berubah. Pohon-pohon yang kami andalkan, mereka mengering,” tutur Anata Maroieta, wakil walikota dewan pulau Abaiang.

Dengan enggan, pulau itu mulai menerima rencana dari badan bantuan untuk mengembangkan Abaiang sebagai potensial eksportir pangan, dengan Tarawa Selatan menjadi pasar utama. Abaiang juga mengakui bahwa surplus pangan menjadi kunci untuk bertahan hidup di masa depan. “Kekhawatiran dengan makanan kita berarti kita menerima ide baru untuk tanaman pangan,” ungkap Maroieta.

Pemerintah Kiribati juga telah mengungkapkan kekhawatiran bahwa negara itu akan tenggelam jika ketinggian air laut naik. “Pada 2050, sebanyak 18 hingga 80% laha ndi pulau Buariki, Tarawa Utara, dan lebih dari 50% lahan di Bikenibeu, Tarawa Selatan dapat tenggelam,” ungkap pernyataan pemerintah Kiribati pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2015 lalu.

Kepulauan terluar yang ukurannya lebih kecil di Kiribati akan tenggelam lebih cepat dari proyeksi itu. “Akibat naiknya ketinggian laut dan meningkatnya gelombang badai, mengancam eksistensi dan mata pencarian sebagian besar warga,” ungkap pernyataan pemerintah Kiribati.

Negara kepulauan kecil seperti Kiribati dan Maladewa telah menjadi simbol potensi dampak pemanasan global. Saat konferensi iklim Paris 2015, negara-negara itu mendesak negara-negara besar agar menerima target pembatasan pemanasan global sebesar 1,5 derajat Celsius, dibandingkan 2 derajat Celsius di atas level pra-industri.

Negara-negara itu juga bekerja keras mengembangkan pertahanan garis depan melawan dampak kenaikan permukaan laut, termasuk menanam pohon bakau untuk mencegah erosi pantai dan memperbaiki sistem koleksi air hujan untuk melindungi kualitas air.

Namun berbagai langkah itu tak banyak memberikan hasil. Mereka pun mempertimbangkan opsi yang lebih drastis. Pada 2014, Kiribati membeli lahan sekitar delapan mil persegi di pulau Vanua Levu, Fiji, senilai kurang dari USD9 juta. Lahan itu diharapkan dapat menjadi lokasi pemindahan warga yang wilayahnya tenggelam akibat naiknya permukaan laut. “Kami berharap tidak menempatkan seorang pun di satu lahan. Tapi jika itu terjadi dan harus dilakukan, ya kami dapat melakukannya,” ungkap mantan presiden Kiribati Anote Tong.

Fiji akan menjadi rumah baru untuk warga Kiribati yang mengungsi. Lahan yang dibeli itu pun akan diberi nama I-Kiribati. Relokasi warga akibat pemanasan global sudah terjadi di sejumlah lokasi. Papua Nugini telah mulai memindahkan warganya di Kepulauan Carteret ke daratan utama.
(don)
Berita Terkait
ADRO Masuk Jajaran 500...
ADRO Masuk Jajaran 500 Besar Perusahaan Terbaik Asia Pasifik 2025
Gunung Berapi Bawah...
Gunung Berapi Bawah Laut Meletus, Tonga Keluarkan Peringatan Tsunami
Suplai Bantuan ke Tonga...
Suplai Bantuan ke Tonga Terus Mengalir, AS Sumbang Rp35 Miliar
Pakar: 6 Tahun ke Depan...
Pakar: 6 Tahun ke Depan China akan Berperang dengan Dunia
Jika Ada Selandia Baru,...
Jika Ada Selandia Baru, Apakah Ada Selandia Lama?
Kongres Pemuda Asia...
Kongres Pemuda Asia Afrika Bakal Bahas Gejolak Indo-Pasifik
Berita Terkini
Putin akan Gelar Pertemuan...
Putin akan Gelar Pertemuan Puncak Khusus Rusia-Arab Tahun Ini
11 menit yang lalu
Bos Intel Israel: Netanyahu...
Bos Intel Israel: Netanyahu Perintahkan Dinas Keamanan Memata-matai Demonstran
1 jam yang lalu
Israel Bagikan Ucapan...
Israel Bagikan Ucapan Belasungkawa atas Wafatnya Paus Fransiskus, Lalu Menghapusnya
1 jam yang lalu
Kanada Ingin Gabung...
Kanada Ingin Gabung Uni Eropa, Balas Dendam terhadap Trump?
2 jam yang lalu
Paus Fransiskus akan...
Paus Fransiskus akan Dimakamkan pada Hari Sabtu 26 April
3 jam yang lalu
Kelompok Bersenjata...
Kelompok Bersenjata Tembaki Turis di Kashmir yang Dikelola India, 28 Orang Tewas
4 jam yang lalu
Infografis
Arkeolog Temukan Wajah...
Arkeolog Temukan Wajah Asli Pribumi Eropa Barat dari dalam Gua
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved