Arab Saudi Akan Menjadi Kekuatan Nuklir yang Tak Tertandingi di Masa Depan, Ini Buktinya

Sabtu, 18 Mei 2024 - 20:20 WIB
loading...
A A A
Manfaat strategisnya adalah meningkatkan keamanan Israel, membangun koalisi yang lebih luas melawan Iran, dan memperkuat hubungan AS dengan salah satu negara Arab terkaya di saat Tiongkok berupaya memperluas pengaruhnya di Teluk.

Manfaat komersialnya adalah menempatkan industri AS pada posisi utama untuk memenangkan kontrak pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Arab Saudi, karena perusahaan-perusahaan atom AS bersaing dengan Rusia, Tiongkok, dan negara-negara lain dalam bisnis global.

4. Terganggu Perang Gaza

Pada awalnya, hal ini tidak dapat dibayangkan ketika perang Gaza berkecamuk.

Israel menginvasi Jalur Gaza setelah orang-orang bersenjata pimpinan Hamas pada 7 Oktober menyerang komunitas Israel selatan, menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 253 orang.

Jumlah korban tewas di Gaza, menurut para pejabat kesehatan di wilayah pesisir yang dikuasai Hamas, telah meningkat menjadi lebih dari 35.000 orang dan malnutrisi tersebar luas.

Sulit membayangkan Saudi bersedia menormalisasi hubungan sementara warga Palestina menderita banyak korban jiwa.

5. Prasyarat untuk Normalisasi Hubungan dengan Israel

Amerika Serikat berharap menemukan cara untuk memberikan beberapa hal yang diinginkan Arab Saudi, yakni pakta nuklir sipil, jaminan keamanan, dan jalan menuju negara Palestina, sebagai imbalan atas persetujuan Riyadh untuk menormalisasi hubungan dengan Israel.

Awal bulan ini, tujuh orang yang mengetahui masalah ini mengatakan kepada Reuters bahwa pemerintahan Biden dan Arab Saudi sedang menyelesaikan perjanjian jaminan keamanan AS dan bantuan nuklir sipil ke Riyadh.

Namun, normalisasi Israel-Saudi yang lebih luas yang dibayangkan sebagai bagian dari “tawar-menawar besar” di Timur Tengah masih sulit dipahami.

6. Kedepannya, Saudi Akan Memiliki Bom Nuklir

Persoalan utamanya adalah apakah Washington akan setuju untuk membangun fasilitas pengayaan uranium di wilayah Saudi, kapan mereka akan melakukannya, dan apakah personel Saudi mungkin mempunyai akses atau organisasi tersebut akan dijalankan sendiri oleh staf AS dalam pengaturan "kotak hitam".

Tanpa adanya perlindungan dalam perjanjian, Arab Saudi, yang memiliki bijih uranium, secara teoritis dapat menggunakan fasilitas pengayaan untuk memproduksi uranium yang sangat diperkaya, yang jika dimurnikan dengan cukup, dapat menghasilkan bahan fisil untuk bom.

Masalah lainnya adalah apakah Riyadh akan setuju untuk melakukan investasi Saudi di pabrik pengayaan uranium yang berbasis di AS dan milik AS serta mempekerjakan perusahaan-perusahaan AS untuk membangun reaktor nuklir Saudi.

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1056 seconds (0.1#10.140)