AS Kembali Sanksi Rusia atas Perang Ukraina, China Ikut-ikutan Kena
loading...
A
A
A
Sebagai bagian dari tindakan tersebut, Departemen Luar Negeri AS memasukkan individu dan perusahaan tambahan yang terlibat dalam sektor energi, pertambangan, dan logam Moskow ke dalam daftar hitam.
Sanksi tersebut juga menargetkan individu yang terkait dengan kematian pemimpin oposisi Rusia Aleksey Navalny yang meninggal di penjara Siberia pada bulan Februari, imbuh pernyataan Yellen.
Menurut Departemen Keuangan AS, hampir 300 target sanksi termasuk puluhan aktor yang dituduh memungkinkan Rusia memperoleh teknologi dan peralatan yang sangat dibutuhkan dari luar negeri.
Beberapa dari mereka yang menjadi sasaran berasal dari negara-negara seperti China yang menghadapi tekanan yang semakin besar dari Washington atas dukungannya terhadap Rusia selama invasi 15 bulannya ke Ukraina.
“Amerika Serikat, bersama dengan banyak mitra internasionalnya, sangat prihatin terhadap entitas yang berbasis di Republik Rakyat China (RRC) dan negara ketiga lainnya yang memberikan masukan penting bagi basis industri militer Rusia,” kata Departemen Keuangan AS dalam sebuah pernyataan.
“Dukungan ini memungkinkan Rusia melanjutkan perangnya melawan Ukraina dan menimbulkan ancaman signifikan terhadap keamanan internasional.”
Selain China, entitas non-Rusia yang menjadi sasaran sanksi AS berlokasi di Azerbaijan, Belgia, Slovakia, Turki, dan Uni Emirat Arab (UEA).
"Perusahaan-perusahaan ini memungkinkan Rusia memperoleh teknologi dan peralatan yang sangat dibutuhkan dari luar negeri,” imbuh pernyataan itu.
Sanksi tersebut juga menargetkan individu yang terkait dengan kematian pemimpin oposisi Rusia Aleksey Navalny yang meninggal di penjara Siberia pada bulan Februari, imbuh pernyataan Yellen.
Menurut Departemen Keuangan AS, hampir 300 target sanksi termasuk puluhan aktor yang dituduh memungkinkan Rusia memperoleh teknologi dan peralatan yang sangat dibutuhkan dari luar negeri.
Beberapa dari mereka yang menjadi sasaran berasal dari negara-negara seperti China yang menghadapi tekanan yang semakin besar dari Washington atas dukungannya terhadap Rusia selama invasi 15 bulannya ke Ukraina.
“Amerika Serikat, bersama dengan banyak mitra internasionalnya, sangat prihatin terhadap entitas yang berbasis di Republik Rakyat China (RRC) dan negara ketiga lainnya yang memberikan masukan penting bagi basis industri militer Rusia,” kata Departemen Keuangan AS dalam sebuah pernyataan.
“Dukungan ini memungkinkan Rusia melanjutkan perangnya melawan Ukraina dan menimbulkan ancaman signifikan terhadap keamanan internasional.”
Selain China, entitas non-Rusia yang menjadi sasaran sanksi AS berlokasi di Azerbaijan, Belgia, Slovakia, Turki, dan Uni Emirat Arab (UEA).
"Perusahaan-perusahaan ini memungkinkan Rusia memperoleh teknologi dan peralatan yang sangat dibutuhkan dari luar negeri,” imbuh pernyataan itu.
(mas)