Setelah Setengah Abad, Pria Ini Baru Tahu Otaknya Hanya Setengah

Selasa, 18 Agustus 2020 - 03:00 WIB
loading...
Setelah Setengah Abad, Pria Ini Baru Tahu Otaknya Hanya Setengah
Setelah Setengah Abad, Pria Ini Baru Tahu Otaknya Hanya Setengah
A A A
MOSKOW - Seorang pria asal Rusia baru menyadari bahwa dia hanya memiliki setengah bagian dari otaknya. Pria yang tidak mau disebutkan namanya itu saat ini diketahui berusia 60 tahun.

Melansir RBTH, petugas medis di Wilayah Moskow dilaporkan terkejut menemukan seorang pasien yang setengah otaknya benar-benar hilang. Selain itu, pensiunan insinyur pabrik itu tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan, yang biasanya dikaitkan dengan kondisi yang serius.

(Baca: Tobat Adalah Reparasi dan Penyembuhan Keimanan yang Rusak )

Setelah petugas medis menyampaikan berita itu kepada sang pria, ia menanggapi dengan penolakan tindakan lebih lanjut karena ingin melanjutkan hidup “normal” seperti yang telah ia jalani selama 60 tahun terakhir.

"Saya telah menjalani kehidupan yang sangat normal, tidak ada yang mengganggu saya, dan saya tidak menginginkan 'ketenaran' sekarang," ucap pria tersebut.

Marina Anikina, seorang ahli syaraf di Rusia menuturkann, ini adalah kasus yang unik, karena patologi terjadi pada tahap paling awal perkembangan otak embrio. “Kadang-kadang patologi seperti itu bisa berakibat fatal. Namun, contoh ini menunjukkan kepada kita bahwa kasus-kasus ini dapat bermain aman,” ujar Anikina.

(Baca: Baca 2 Ayat Ini Sebelum Tidur Rezeki Lancar dan Dijauhkan dari Musibah )

Dia menjelaskan bahwa pada tahap awal perkembangannya, otak manusia dapat mendistribusikan kembali fungsi-fungsi dari satu belahan ke belahan yang lain karena fungsi-fungsi tersebut belum melekat pada belahan otak tertentu. Ini berarti bahwa meskipun pria itu kekurangan setengah otaknya, ia tidak menderita cacat apa pun karena organismenya mampu beradaptasi dengan patologi.

Anikina juga mengatakan bahwa seandainya patologi ini didiagnosis hari ini, seorang wanita yang membawa embrio semacam itu akan disarankan untuk menghentikan kehamilannya. Namun, jelasnya, 60 tahun yang lalu di Uni Soviet, tidak ada teknologi yang bisa membuat ibunya khawatir tentang kondisi janinnya dan inilah sebabnya pria itu tidak pernah tahu dia kekurangan setengah dari otaknya.

"Pasien yang tidak biasa itu memiliki dua anak yang tidak menderita patologi serupa, karena kondisi ini tidak dapat diturunkan secara genetik," jelas Anikina.
(esn)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1619 seconds (0.1#10.140)