Kisah Kudeta Guatemala yang Dipelopori AS Gara-gara Kebun Pisang

Selasa, 02 April 2024 - 17:30 WIB
loading...
Kisah Kudeta Guatemala yang Dipelopori AS Gara-gara Kebun Pisang
Presiden Guatemala Jacob Arbenz dikudeta militer yang didukung CIA. Foto/peoplesworld.org
A A A
GUATEMALA CITY - Kudeta Guatemala 1954 terjadi karena campur tangan pihak asing. Tak lain, mereka adalah Amerika Serikat melalui Central Intelligence Agency (CIA).

Guatemala merupakan negara di Amerika Tengah. Wilayahnya berbatasan dengan Meksiko di utara dan barat, Belize di timur laut, Honduras di timur, serta El Salvador di tenggara.

Pada riwayatnya, Guatemala pernah menjadi salah satu negara yang terkenal sebagai penghasil pisang terbesar. Sepanjang abad ke-19, mereka telah memberikan akses pasar kepada Amerika Serikat untuk mengembangkan perdagangan pisang.

Kala itu, perusahaan-perusahaan AS pun tumbuh subur dan menikmati pundi-pundi penghasilan besar. Tak jarang, mereka mamakai cara kotor untuk memanipulasi pejabat pemerintah serta media.

Hal ini membuat para petani lokal semakin miskin dan bergantung pada pisang untuk kelangsungan hidupnya.

Namun, keadaan berubah ketika Jacob Arbenz terpilih sebagai Presiden Guatemala pada 1951. Ia memulai program reformasi pertanahan yang salah satu poinnya bertujuan memberikan ratusan ribu hektar tanah United Fruit Company (perusahaan AS) kepada petani Guatemala yang tidak punya tanah.

Kudeta Guatemala 1954


Kisah kudeta Guatemala berawal dari kekhawatiran Amerika Serikat terhadap pengaruh komunis di negara Amerika Tengah itu.

Mengutip History, Selasa (2/4/2024), para pejabat di Washington menyaksikan perkembangan di Guatemala dengan rasa khawatir dan ketakutan yang semakin besar.

Sejak berkuasa di Guatemala, Arbenz telah meluncurkan kebijakan-kebijakan yang dirasa mengancam pengaruh AS. Misalnya, seperti reformasi tanah dan redistribusi kepada masyarakat Guatemala yang tidak memiliki tanah.

Program-program Arbenz telah memberikan dampak buruk bagi perusahaan United Fruit Company milik Amerika Serikat. Dalam hal ini, mereka kehilangan banyak hektare tanah termasuk dari tempat hasil bisnis pisangnya berasal.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0978 seconds (0.1#10.140)