7 Negara Barat Ini Terus Pasok Senjata ke Israel Meski Sudah Bunuh 31.000 Warga Gaza

Selasa, 19 Maret 2024 - 07:25 WIB
loading...
7 Negara Barat Ini Terus Pasok Senjata ke Israel Meski Sudah Bunuh 31.000 Warga Gaza
Ada tujuh negara Barat yang tak berhenti memasok senjata ke Israel, termasuk komponen jet tempur F-35, di tengah perang Gaza yang telah menewaskan lebih dari 31.000 warga Palestina. Foto/REUTERS
A A A
GAZA - Ada tujuh negara Barat yang terus mengekspor senjata ke Israel di tengah perang yang sedang berlangsung dengan Hamas di Jalur Gaza. Pasokan tidak berhenti meski sudah lebih dari 31.000 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, meninggal akibat invasi brutal Zionis.

Banyak organisasi kemanusiaan, badan-badan PBB dan pejabat Uni Eropa yang menyerukan negara-negara tersebut untuk menghentikan pasokan senjata mereka ke Israel. Alasannya, rezim Zionis saat ini sedang diadili atas tuduhan genosida di Pengadilan Dunia.



7 Negara Barat yang Terus Pasok Senjata ke Israel


Mengutip laporan Al Arabiya English, Selasa (19/3/2024), berikut gambaran umum tentang negara-negara yang terus memasok senjata ke Israel meskipun ada seruan untuk gencatan senjata.

1. Inggris


Industri senjata Inggris menyediakan 15 persen komponen pesawat tempur siluman F-35 yang saat ini digunakan di Gaza, menurut laporan dari Campaign Against Arms Trade. Kontrak untuk komponen tersebut diperkirakan bernilai hampir USD428 juta.

Menurut laporan Human Rights Watch pada Desember 2023, Inggris telah memberikan izin ekspor militer ke Israel setidaknya senilai USD594 juta sejak tahun 2015. Ekspor ini mencakup pesawat terbang, rudal, tank, teknologi, dan amunisi.

Antara tahun 2018 hingga 2022, Inggris mengekspor senjata senilai USD186 juta melalui Single Issue Export Licenses (Lisensi Ekspor Isu Tunggal); namun, menurut laporan House of Commons pada Februari 2024, sebagian besar peralatan militer diekspor melalui General Export Licenses (Lisensi Ekspor Umum Terbuka).

Lisensi terbuka tersebut—yang mencakup komponen F-35—kurang transparan dan memungkinkan ekspor peralatan tertentu dalam jumlah dan nilai yang tidak terbatas tanpa pemantauan lebih lanjut, bunyi laporan tersebut.

Menteri Pertahanan Inggris Grant Shapps mengatakan ekspor pertahanan negaranya ke Israel “relatif kecil", yaitu sebesar USD54 juta pada tahun 2022.

Beberapa politisi Inggris telah meminta pemerintah untuk mempertimbangkan pencabutan izin ekspor senjata ke Israel sehubungan dengan konflik yang sedang berlangsung dengan Hamas. Global Legal Action Network yang berbasis di Inggris juga telah mengajukan peninjauan kembali terhadap izin ekspor negara tersebut.

Pemerintah telah menanggapi kekhawatiran tersebut dengan mengacu pada sistem perizinan ekspor strategis Inggris, yang mana semua permohonan izin untuk mengekspor peralatan militer dan barang-barang terkait dinilai berdasarkan serangkaian kriteria—yang dapat diubah sesuai keadaan—dan menekankan hak untuk membela diri Israel.

2. Denmark


Sebanyak 15 perusahaan Denmark memasok komponen jet tempur F-35 yang digunakan dalam pengeboman Israel di Gaza. Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Lars Lokke Rasmussen pada bulan Januari.

Pekan lalu, sekelompok LSM mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka akan menuntut negara Denmark untuk mengakhiri ekspor senjata negara Nordik tersebut ke Israel, dengan alasan kekhawatiran bahwa senjata tersebut digunakan untuk melakukan kejahatan perang terhadap warga sipil di Gaza.

Oxfam Denmark, ActionAid Denmark, Amnesty International dan organisasi hak asasi manusia Palestina; Al-Haq, mengatakan dalam pernyataan bersama bahwa kasus tersebut telah diajukan terhadap Kementerian Luar Negeri dan Kepolisian Nasional, yang menyetujui penjualan senjata dan peralatan militer Denmark.

Selama beberapa tahun, Denmark telah mengizinkan perusahaan Denmark mengekspor komponen jet tempur F-35 melalui kerja sama pertahanan yang dipimpin Amerika Serikat (AS). AS menjual jet tempur yang sudah jadi ke Israel.

Israel adalah negara pertama—selain AS—yang mengerahkan jet tempur tersebut, menurut pernyataan bersama tersebut.

3. Jerman


Hampir 28 persen ekspor militer Israel berasal dari Jerman. Pada November 2023, pemerintah Jerman menyetujui ekspor peralatan senilai USD323 juta ke Israel, termasuk peralatan untuk sistem pertahanan dan komunikasi.

Dalam beberapa minggu pertama setelah dimulainya serangan Israel di Gaza, Jerman menyetujui 185 permohonan izin ekspor tambahan terkait pasokan senjata dari Israel.

Meskipun Jerman pada dasarnya menyetujui pengiriman kendaraan lapis baja dan peralatan pelindung bagi tentara ke Israel, sebuah laporan di majalah Spiegel pada bulan Januari menyatakan bahwa pemerintah sedang meninjau dan berencana untuk menyetujui pengiriman amunisi tank sensitif yang diminta oleh Israel.

4. Prancis


Prancis telah menjual peralatan militer senilai lebih dari USD226 juta ke Israel selama 10 tahun terakhir, menurut data Kementerian Pertahanan Prancis.

Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu mengatakan negaranya “sebagian besar memberikan dukungan militer kepada Israel.”

Ada seruan yang semakin meningkat di Prancis untuk menghentikan dukungan senjata kepada Israel. Anggota partai sayap kiri mendesak Presiden Emmanuel Macron untuk berhenti menjual senjata ke Israel dan menciptakan transparansi mengenai apa yang dijual.

5. Kanada


Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, pemerintahan Perdana Menteri Justin Trudeau telah mengesahkan setidaknya USD21 juta izin baru untuk ekspor militer ke Israel.

Menurut gugatan yang diajukan pada bulan Maret oleh Canadian Lawyers for International Human Rights, organisasi Palestina; Al-Haq, dan empat individu, nilai izin tersebut melebihi nilai yang diizinkan pada tahun sebelumnya.

Pemerintahan Trudeau mendapat kecaman atas penjualan senjata yang terus berlanjut ke Israel.

Aktivis dan kelompok hak asasi manusia menuduh pemerintah menggunakan celah peraturan untuk mengekspor peralatan militer ke Israel meskipun ada undang-undang yang melarang ekspor senjata ke pihak asing jika ada risiko senjata tersebut digunakan dalam pelanggaran hak asasi manusia.

6. Australia


Australia telah memberi Israel senjata dan amunisi senilai USD13 juta selama lima tahun terakhir, termasuk USD2,3 juta pada tahun 2022.

Pemerintah Australia sengaja “lambat” dalam memproses permintaan senjata dari Israel karena meningkatnya kekhawatiran atas meningkatnya jumlah korban sipil di Gaza, demikian yang dilaporkan outlet berita Australia; The ABC pada bulan Januari.

Senator Australia David Shoebridge pada bulan November mengecam sistem ekspor senjata yang “rahasia” di negaranya setelah adanya protes di pelabuhan pelayaran Australia atas pasokan senjata ke Israel.

“Hanya sedikit orang yang tahu bahwa Australia memiliki salah satu sistem ekspor senjata yang paling rahasia dan tidak bertanggung jawab di dunia,” kata Shoebridge.

Sulit untuk menentukan apakah pengiriman dari Australia termasuk senjata yang dikirim ke Israel karena kurangnya transparansi seputar pertumbuhan industri ekspor militer di negara tersebut.

Shoebridge mengatakan informasi seperti itu kurang tersedia di Australia dibandingkan di negara lain, termasuk Amerika Serikat.

Australia telah mengeluarkan 350 izin ekspor alat pertahanan ke Israel sejak tahun 2017, termasuk 52 izin pada tahun ini saja, menurut Departemen Pertahanan Australia. Informasi tersebut baru bisa diakses publik setelah pertanyaan langsung dari Shoebridge selama dengar pendapat Senat tahun lalu.

7. Amerika Serikat


Penjualan aktif militer AS ke Israel sudah mencapai USD23,8 miliar pada Oktober 2023.

Sejak Israel melancarkan perangnya di Gaza, AS telah menjual senjata tambahan senilai USD253,5 juta ke Israel, termasuk lebih dari 5.000 bom MK-84 yang masing-masing berbobot 2.000 pon, menurut laporan dari Wall Street Journal.

AS dilaporkan telah melakukan lebih dari 100 penjualan senjata ke Israel, termasuk ribuan bom, sejak dimulainya perang Gaza, namun pengiriman tersebut luput dari pengawasan Kongres karena setiap transaksi berada di bawah jumlah dolar yang memerlukan persetujuan.

The Washington Post melaporkan bahwa para pejabat pemerintah memberi tahu Kongres tentang 100 penjualan peralatan militer asing ke Israel dalam sebuah pengarahan rahasia.

Rincian penjualannya tidak diketahui karena sengaja dibuat dalam jumlah kecil, namun dilaporkan berisi amunisi berpemandu presisi, bom berdiameter kecil, penghancur bunker, senjata kecil, dan bantuan mematikan lainnya.

AS menyediakan sekitar USD3,8 miliar sistem pertahanan militer dan rudal setiap tahunnya kepada Israel.

Pada bulan Februari, undang-undang untuk memberikan bantuan militer tambahan sebesar USD17,6 miliar kepada Israel diumumkan di Dewan Perwakilan Rakyat AS. DPR dengan mayoritas Partai Republik sebelumnya menyetujui bantuan militer senilai USD14,3 miliar kepada Israel.
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1042 seconds (0.1#10.140)