Lula da Silva Hentikan Upaya Jadi Capres

Kamis, 13 September 2018 - 14:14 WIB
Lula da Silva Hentikan Upaya Jadi Capres
Lula da Silva Hentikan Upaya Jadi Capres
A A A
CURITIBA - Mantan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengakhiri perlawanan hukum untuk maju sebagai calon presiden (capres) pada pemilu bulan depan.

Langkah Lula itu diumumkan Senator Gleisi Hoffmann yang juga Kepala Partai Pekerja sayap kiri yang didirikan Lula. Pengumuman ini dilakukan di Kota Curitiba, tempat Lula dipenjara untuk kasus korupsi sejak April lalu. Lula menghentikan upayanya maju sebagai capres dan memberi jalan bagi Fernando Haddad untuk merebut kursi nomor satu di Brasil.

Surat dari Lula dibacakan pada para pendukungnya yang telah menunggu sejak malam di luar kantor pusat kepolisian federal tempat Lula selama ini ditahan. “Seorang pria dapat secara sewenang-wenang dipenjara, tapi tidak ide-idenya. Kami jutaan Lula dan sejak hari ini Fernando Haddad akan menjadi Lula untuk jutaan rakyat Brasil,” tulis Lula dalam surat yang dibacakan anggota pendiri Partai Pekerja Luiz Eduardo Greenhalgh dikutip kantor berita Reuters .

Lula menjalani hukuman 12 tahun penjara atas tuduhan korupsi saat menjadi presiden pada periode 2003-2010. Dia dilarang maju sebagai capres sesuai Undang-Undang “Daftar Bersih” Brasil yang melarang para kandidat maju jika telah divonis pengadilan banding. Dukungan untuk Haddad, 55, meningkat berdasarkan survei yang dirilis pekan ini.

Namun, mantan Wali Kota Sao Paulo itu tidak memiliki nama yang secara nasional telah dikenal seperti Lula dan masih kurang populer dibandingkan lawan-lawannya. Survei itu menunjukkan dukungan pada kandidat sayap kiri lainnya yang meningkat. Akibat hasil survei itu, mata uang dan bursa saham Brasil melemah.

Haddad membutuhkan semua kekuatan politik yang dimiliki Lula agar bisa maju hingga pemilu putaran akhir yang akan digelar setelah putaran pertama 7 Oktober jika tak ada pemenang mayoritas. Pasangan Haddan adalah Manuela D’Avila, 37, anggota Partai Komunis Brasil.

Survei menunjukkan sekitar setengah pengikut Lula akan memilih siapa saja yang dia tunjuk sebagai penggantinya. Lula berharap Mahkamah Agung (MA) akan menyepakati gugatan untuk waktu lebih lama, setelah pengadilan pemilu pekan lalu memberi partai itu waktu hingga Selasa (11/9) untuk memutuskan kandidatnya.

Namun, Lula akhirnya memutuskan ini waktunya menyerahkan tongkat estafet pada Haddad di akhir batas waktu ditetapkan pengadilan dan tidak berisiko tiket partainya hangus karena melewati batas waktu. Lula berupaya mempertahankan pencalonannya selama mungkin untuk memaksimalkan pengalihan suara pada Haddad.

Selama ini Lula mengendalikan berbagai strategi pemilu Partai Pekerja dari balik penjaranya. Survei oleh Datafolha pada Senin (10/9) menunjukkan pemindahan dukungan itu telah dimulai. Meski masih pada satu digit, dukungan untuk Haddad meningkat dari 4% menjadi 9%, peningkatan terbesar dibandingkan 13 kandidat yang maju sebagai capres.

Hasil survei yang sama juga menunjukkan menguatnya dukungan pada capres sayap kiri lainnya, Ciro Gomes, saat capres sayap kanan-jauh Jair Bolsonaro meningkat 2% poin menjadi 24%, lebih rendah dari perkiraan setelah dia selamat dari penikaman pekan lalu.

Survei itu juga mengonfirmasi survei sebelumnya yang menunjukkan Bolsonaro akan kalah melawan capres mana pun jika sampai ke putaran kedua. Survei berbeda yang dirilis Se lasa (11/9) oleh Ibope menunjukkan Bolsonaro akan bersaing ketat dengan semua lawan pada putaran kedua, dan dengan mudah unggul pada putaran pertama.

Potensi bahwa pemilu itu akan dimenangkan sayap kiri membuat khawatir pasar keuangan pada Selasa (11/9), dengan mata uang real turun 1,6% terhadap dolar Amerika Serikat (AS0 dan indeks bursa saham Bovespa turun 2,3%.

“Perlu ditekankan, satu ruang pada putaran akhir tampak menguntungkan Bolsonaro. Saat dia di sana, peluangnya untuk kalah terlihat semakin kuat, melawan siapa pun yang sampai putaran kedua,” kata Juliano Ferreira, strategis di broker BGC Liquidez dalam catatan risetnya.

Pemilu di Brasil menjadi sorotan dunia karena posisi negara itu yang sangat penting di kawasan. Kemunculan sayap kiri sebagai pemimpin nomor satu akan membuat para investor dan pelaku pasar berpikir ulang tentang masa depan perekonomian di Brasil.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3399 seconds (0.1#10.140)