Sambut Ramadan, Raja Salman Desak Dunia Hentikan Kejahatan Brutal Israel terhadap Palestina

Senin, 11 Maret 2024 - 06:38 WIB
loading...
Sambut Ramadan, Raja Salman Desak Dunia Hentikan Kejahatan Brutal Israel terhadap Palestina
Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dari Kerajaan Arab Saudi mendesak masyarakat internasional untuk menghentikan kejahatan brutal Israel terhadap warga Palestina. Foto/SPA via REUTERS
A A A
RIYADH - Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud dari Kerajaan Arab Saudi mendesak masyarakat internasional untuk menghentikan kejahatan brutal Israel terhadap warga Palestina. Desakan itu disampaikan dalam sebuah pernyataan yang menandai dimulainya Ramadan.

“Sangat menyedihkan bagi kami bahwa datangnya bulan Ramadan tahun ini bertepatan dengan serangan yang sedang berlangsung yang dialami oleh saudara-saudara kami di Palestina, dan kami menekankan perlunya komunitas internasional memikul tanggung jawab untuk menghentikan kejahatan brutal ini dan menyediakan koridor kemanusiaan dan bantuan yang aman,” bunyi pernyataan Raja Salman pada hari Minggu, yang dilansir Saudi Press Agency (SPA), Senin (11/3/2024).

Di Arab Saudi, Ramadan dimulai pada hari Senin, 11 Maret 2024, setelah bulan sabit atau hilal Ramadan terlihat di wilayah kerajaan.



Sementara itu, pertempuran mematikan terjadi di Gaza pada hari Minggu antara pasukan Israel dan militan Hamas. Sejauh ini tidak ada gencatan senjata yang disepakati.

Perang tersebut, yang dimulai pada 7 Oktober, telah menewaskan lebih dari 30.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan di Gaza.

Pada akhir Februari lalu, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan menyampaikan kecaman keras terhadap dunia internasional yang diam melihat penderitaan rakyat Palestina di Gaza akibat invasi brutal Israel.

Kecaman itu disampaikan ketika Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB membuka sesi baru di Jenewa.

Merujuk pada pembantaian puluhan ribu warga Palestina di Gaza oleh Israel dalam perangnya melawan Hamas sejak 7 Oktober lalu, Pangeran Faisal mengatakan tidak ada dialog institusional yang bisa dianggap serius jika situasi di Palestina diabaikan.

“Hak-hak apa yang kita bicarakan, dan Gaza berada di bawah reruntuhan?" tanya Pangeran Arab Saudi tersebut.

"Bagaimana komunitas internasional bisa tetap diam, dan masyarakat Gaza menjadi pengungsi dan menderita akibat pelanggaran HAM yang paling keji?” lanjut diplomat top Arab Saudi itu saat memberikan sambutan pada sidang ke-55 Dewan HAM PBB.

Pangeran Faisal menambahkan: “Meskipun terjadi kematian 30.000 orang dan lebih dari 2 juta orang kelaparan, kurangnya keamanan dan layanan dasar, seperti air, listrik dan obat-obatan, Dewan Keamanan [PBB] masih membiarkan pertemuan-pertemuan tersebut tanpa hasil.”

Dia mengacu pada upaya berulang kali yang gagal oleh DK PBB untuk mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.

Amerika Serikat telah memveto proposal tersebut pada tiga kesempatan berbeda, sehingga memicu kemarahan sebagian besar komunitas internasional.

Washington mengatakan bahwa gencatan senjata dalam situasi saat ini tidak akan membantu situasi, dan baru-baru ini mengeklaim bahwa hal ini akan mengganggu diskusi yang sedang berlangsung untuk menjamin pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas.

Pangeran Faisal juga mengecam standar ganda yang digunakan oleh beberapa pihak selama perang Gaza.

“Kerajaan telah berulang kali meminta masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawabnya dalam menghentikan perang dan eskalasi yang tidak bertanggung jawab untuk melindungi warga sipil yang tidak bersalah dan membuka jalan bagi proses perdamaian yang jelas dan kredibel, yang merupakan komitmen semua pihak,” katanya.

Israel telah memperingatkan bahwa mereka akan melakukan operasi militer di Rafah, yang terletak di perbatasan Gaza dengan Mesir.

Diperkirakan 1,2 juta warga Palestina mencari perlindungan di kota tersebut dan tidak punya tempat tujuan jika kampanye Israel dilakukan.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi lebih lanjut memperingatkan dampak bencana yang mungkin terjadi terhadap warga sipil di Rafah karena penggusuran paksa tentara pendudukan Israel.
(mas)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0938 seconds (0.1#10.140)