Pangeran Arab Saudi: Dunia Diam saat Gaza Menderita Pelanggaran HAM Paling Keji
loading...
A
A
A
JENEWA - Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan menyampaikan kecaman keras terhadap dunia internasional yang diam melihat penderitaan rakyat Palestina di Gaza akibat invasi brutal Israel.
Kecaman itu disampaikan ketika Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB membuka sesi baru di Jenewa.
Merujuk pada pembantaian hampir 30.000 warga Palestina di Gaza oleh Israel dalam perangnya melawan Hamas sejak 7 Oktober lalu, Pangeran Faisal mengatakan tidak ada dialog institusional yang bisa dianggap serius jika situasi di Palestina diabaikan.
“Hak-hak apa yang kita bicarakan, dan Gaza berada di bawah reruntuhan?" tanya Pangeran Arab Saudi tersebut, seperti dikutip Al Arabiya, Selasa (27/2/2024).
"Bagaimana komunitas internasional bisa tetap diam, dan masyarakat Gaza menjadi pengungsi dan menderita akibat pelanggaran HAM yang paling keji?” lanjut diplomat top Arab Saudi itu saat memberikan sambutan pada sidang ke-55 Dewan HAM PBB.
Pangeran Faisal menambahkan: “Meskipun terjadi kematian 30.000 orang dan lebih dari 2 juta orang kelaparan, kurangnya keamanan dan layanan dasar, seperti air, listrik dan obat-obatan, Dewan Keamanan [PBB] masih membiarkan pertemuan-pertemuan tersebut tanpa hasil.”
Dia mengacu pada upaya berulang kali yang gagal oleh DK PBB untuk mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.
Amerika Serikat telah memveto proposal tersebut pada tiga kesempatan berbeda, sehingga memicu kemarahan sebagian besar komunitas internasional.
Washington mengatakan bahwa gencatan senjata dalam situasi saat ini tidak akan membantu situasi, dan baru-baru ini mengeklaim bahwa hal ini akan mengganggu diskusi yang sedang berlangsung untuk menjamin pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas.
Pangeran Faisal juga mengecam standar ganda yang digunakan oleh beberapa pihak selama perang Gaza.
“Kerajaan telah berulang kali meminta masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawabnya dalam menghentikan perang dan eskalasi yang tidak bertanggung jawab untuk melindungi warga sipil yang tidak bersalah dan membuka jalan bagi proses perdamaian yang jelas dan kredibel, yang merupakan komitmen semua pihak,” katanya.
Israel telah memperingatkan bahwa mereka akan melakukan operasi militer di Rafah, yang terletak di perbatasan Gaza dengan Mesir.
Diperkirakan 1,2 juta warga Palestina mencari perlindungan di kota tersebut dan tidak punya tempat tujuan jika kampanye Israel dilakukan.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi lebih lanjut memperingatkan dampak bencana yang mungkin terjadi terhadap warga sipil di Rafah karena penggusuran paksa tentara pendudukan Israel.
Kecaman itu disampaikan ketika Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB membuka sesi baru di Jenewa.
Merujuk pada pembantaian hampir 30.000 warga Palestina di Gaza oleh Israel dalam perangnya melawan Hamas sejak 7 Oktober lalu, Pangeran Faisal mengatakan tidak ada dialog institusional yang bisa dianggap serius jika situasi di Palestina diabaikan.
“Hak-hak apa yang kita bicarakan, dan Gaza berada di bawah reruntuhan?" tanya Pangeran Arab Saudi tersebut, seperti dikutip Al Arabiya, Selasa (27/2/2024).
"Bagaimana komunitas internasional bisa tetap diam, dan masyarakat Gaza menjadi pengungsi dan menderita akibat pelanggaran HAM yang paling keji?” lanjut diplomat top Arab Saudi itu saat memberikan sambutan pada sidang ke-55 Dewan HAM PBB.
Pangeran Faisal menambahkan: “Meskipun terjadi kematian 30.000 orang dan lebih dari 2 juta orang kelaparan, kurangnya keamanan dan layanan dasar, seperti air, listrik dan obat-obatan, Dewan Keamanan [PBB] masih membiarkan pertemuan-pertemuan tersebut tanpa hasil.”
Dia mengacu pada upaya berulang kali yang gagal oleh DK PBB untuk mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata di Gaza.
Amerika Serikat telah memveto proposal tersebut pada tiga kesempatan berbeda, sehingga memicu kemarahan sebagian besar komunitas internasional.
Washington mengatakan bahwa gencatan senjata dalam situasi saat ini tidak akan membantu situasi, dan baru-baru ini mengeklaim bahwa hal ini akan mengganggu diskusi yang sedang berlangsung untuk menjamin pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas.
Pangeran Faisal juga mengecam standar ganda yang digunakan oleh beberapa pihak selama perang Gaza.
“Kerajaan telah berulang kali meminta masyarakat internasional untuk memikul tanggung jawabnya dalam menghentikan perang dan eskalasi yang tidak bertanggung jawab untuk melindungi warga sipil yang tidak bersalah dan membuka jalan bagi proses perdamaian yang jelas dan kredibel, yang merupakan komitmen semua pihak,” katanya.
Israel telah memperingatkan bahwa mereka akan melakukan operasi militer di Rafah, yang terletak di perbatasan Gaza dengan Mesir.
Diperkirakan 1,2 juta warga Palestina mencari perlindungan di kota tersebut dan tidak punya tempat tujuan jika kampanye Israel dilakukan.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi lebih lanjut memperingatkan dampak bencana yang mungkin terjadi terhadap warga sipil di Rafah karena penggusuran paksa tentara pendudukan Israel.
(mas)