A-135, Senjata Khusus Rusia untuk Merespons Salvo Rudal AS
A
A
A
MOSKOW - Rusia memiliki senjata khusus yang dirancang untuk merespons salvo atau serangan besar-besaran rudal balistik antarbenua (ICBM) Amerika Serikat (AS). Senjata itu dikenal sebagai sistem anti-misil A-135 yang telah diuji coba secara rahasia di situs Sary Shagan di Kazakhstan.
Kementerian Pertahanan sebelumnya merahasiakan nama sistem pertahanan yang diiuji coba tersebut. Namun, kementerian tersebut mengklaim tes senjata itu berhasil.
"Indikator taktis dan teknis dari rudal mengenai jangkauan, akurasi dan durasi secara signifikan melebihi senjata modern," kata Kolonel Andrei Prikhodko, wakil komandan Pertahanan Pertahanan Rudal Udara dari Angkatan Udara Rusia.
Pakar militer Alexei Leonkov mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Pravda.Ru, yang dilansir Rabu (5/9/2018), bahwa sistem pertahanan yang dirahasiakan itu merupakan senjata khusus modern. "Ini adalah sistem anti-misil berbasis A-135 yang melindungi daerah di sekitar Moskow dan kawasan pusat industri," katanya.
"Rudal A-135 yang dimodernisasi akan terbang lebih jauh dan lebih cepat, dan akan menyerang sasaran lebih akurat," kata pakar tersebut. Menurutnya, rudal modern bisa ditingkatkan kinerjanya hingga 150 persen.
"Jika Kementerian Pertahanan belum mengungkapkan rincian tentang rudal baru, itu berarti bahwa mereka tidak ingin membeberkan rincian doktrin nuklir Rusia kepada Amerika," ujar Prikhodko.
Menurutnya, Rusia meningkatkan kinerja sistem anti-rudal nasional dalam dua arah. Pertama, Rusia memodernisasi rudal Amur (A-135) jarak dekat dan jarak jauh. Kedua, insinyur pertahanan udara Rusia bekerja pada kompleks mobile A-235 yang baru.
Rudal anti-balistik A-135 yang dimodernisasi mampu mencegat rudal balistik antarbenua baik dalam peluncuran tunggal maupun kelompok. "Tes baru-baru ini muncul sebagai sinyal bagi Amerika yang berarti bahwa Rusia tahu bagaimana menanggapi peluncuran salvo," imbuh dia.
"Di masa lalu, skema itu adalah sebagai berikut; serangan musuh, kami mendaftarkan serangan dan menyerang balik. Hari ini, bagaimanapun, semuanya akan terjadi jauh lebih cepat. Kami memiliki sistem peringatan ruang. Dalam kasus peluncuran rudal besar-besaran, satelit akan menetapkan keberadaan kedua lokasi peluncuran dan area potensi terdampak," paparnya.
"Mereka akan menganalisis data, mengirim informasi ke kontrol misi dan memerintahkan untuk melancarkan serangan balasan. Para musuh berpikir bahwa mereka dapat menempatkan Rusia pada lututnya sebagai hasilnya hanya satu serangan, tetapi kegembiraan itu tidak akan bertahan lama," pungkas Leonkov.
Kementerian Pertahanan sebelumnya merahasiakan nama sistem pertahanan yang diiuji coba tersebut. Namun, kementerian tersebut mengklaim tes senjata itu berhasil.
"Indikator taktis dan teknis dari rudal mengenai jangkauan, akurasi dan durasi secara signifikan melebihi senjata modern," kata Kolonel Andrei Prikhodko, wakil komandan Pertahanan Pertahanan Rudal Udara dari Angkatan Udara Rusia.
Pakar militer Alexei Leonkov mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Pravda.Ru, yang dilansir Rabu (5/9/2018), bahwa sistem pertahanan yang dirahasiakan itu merupakan senjata khusus modern. "Ini adalah sistem anti-misil berbasis A-135 yang melindungi daerah di sekitar Moskow dan kawasan pusat industri," katanya.
"Rudal A-135 yang dimodernisasi akan terbang lebih jauh dan lebih cepat, dan akan menyerang sasaran lebih akurat," kata pakar tersebut. Menurutnya, rudal modern bisa ditingkatkan kinerjanya hingga 150 persen.
"Jika Kementerian Pertahanan belum mengungkapkan rincian tentang rudal baru, itu berarti bahwa mereka tidak ingin membeberkan rincian doktrin nuklir Rusia kepada Amerika," ujar Prikhodko.
Menurutnya, Rusia meningkatkan kinerja sistem anti-rudal nasional dalam dua arah. Pertama, Rusia memodernisasi rudal Amur (A-135) jarak dekat dan jarak jauh. Kedua, insinyur pertahanan udara Rusia bekerja pada kompleks mobile A-235 yang baru.
Rudal anti-balistik A-135 yang dimodernisasi mampu mencegat rudal balistik antarbenua baik dalam peluncuran tunggal maupun kelompok. "Tes baru-baru ini muncul sebagai sinyal bagi Amerika yang berarti bahwa Rusia tahu bagaimana menanggapi peluncuran salvo," imbuh dia.
"Di masa lalu, skema itu adalah sebagai berikut; serangan musuh, kami mendaftarkan serangan dan menyerang balik. Hari ini, bagaimanapun, semuanya akan terjadi jauh lebih cepat. Kami memiliki sistem peringatan ruang. Dalam kasus peluncuran rudal besar-besaran, satelit akan menetapkan keberadaan kedua lokasi peluncuran dan area potensi terdampak," paparnya.
"Mereka akan menganalisis data, mengirim informasi ke kontrol misi dan memerintahkan untuk melancarkan serangan balasan. Para musuh berpikir bahwa mereka dapat menempatkan Rusia pada lututnya sebagai hasilnya hanya satu serangan, tetapi kegembiraan itu tidak akan bertahan lama," pungkas Leonkov.
(mas)