Ekuador-Peru Batasi Imigran Venezuela

Senin, 20 Agustus 2018 - 13:30 WIB
Ekuador-Peru Batasi Imigran Venezuela
Ekuador-Peru Batasi Imigran Venezuela
A A A
QUITO - Warga Venezuela yang masuk Ekuador dan Peru harus menunjukkan paspor mereka, tidak hanya kartu identitas nasional. Kebijakan baru ini diungkapkan para pejabat pemerintah Ekuador dan Peru karena khawatir dengan dampak masuknya migran pada perekonomian.

Ekuador dan Peru sebelumnya mengizinkan warga Venezuela masuk menggunakan kartu identitas nasional. Kebijakan baru itu sangat menyulitkan warga Venezuela yang hendak mengungsi dari negaranya yang terkena krisis. ”Sejak Sabtu (18/8) ini pemerintah mengharuskan siapa saja yang masuk Ekuador menunjukkan paspornya,” kata Menteri Dalam Negeri Ekuador Mauro Toscanini dikutip kantor berita Reuters .

Kementerian Ekuador menyatakan kebijakan ini khusus untuk warga Venezuela. Ekuador telah menerapkan keadaan darurat di tiga provinsi bulan ini setelah meningkatnya jumlah migran Venezuela yang melintasi perbatasan Ekuador-Kolombia di Pegunungan Andean. Otoritas menyatakan lebih dari 4.500 warga Venezuela melintas setiap hari dibandingkan sekitar 500 hingga 1.000 orang per hari sebelumnya.

Peru juga akan mengharuskan warga Venezuela menunjukkan paspor yang masuk ke negaranya. Kantor imigrasi memperkirakan ada sekitar 400.000 warga Venezuela di Peru sebagian besar masuk tahun ini.

Sebanyak 20% warga Venezuela yang masuk Peru itu tanpa paspor. Warga Venezuela yang menjual makanan di jalanan semakin banyak terlihat di Lima dan Quito sehingga memicu kekhawatiran warga lokal bahwa para migran akan merebut lapangan kerja dan meningkatkan kejahatan. Kebijakan baru Ekuador dan Peru itu membuat migran Venezuela putus asa.

Mata Gabriel Malavolta berlinang air mata saat dia menyadari mimpinya untuk hidup baru di Peru telah berakhir, paling tidak saat ini. Pria usia 50 tahun itu merupakan mekanik yang meninggalkan Venezuela tiga hari lalu. Dia berharap dapat melintas masuk Ekuador kemudian ke Lima.

Dia meninggalkan Venezuela dengan naik bus bersama tunangannya Yenny ke kota perbatasan Ipiales di barat daya Kolombia. Malavoltamengakubaru mendengar adanya kebijakan baru itu di ujung akhir perjalanannya. Malavolta memiliki paspor, tapi tunangannya hanya punya kartu identitas. Mereka tiba di perbatasan Rumichaca di luar Ipiales hanya enam jam setelah kebijakan baru itu berlaku.

”Saya tidak tahu apa yang harus kami lakukan, tapi kami tidak bisa kembali. Saya tidak mengirim tunangan saya kembali dan kelaparan,” kata dia di tenda Palang Merah di Ipiales. Sementara warga di Kota Pacaraima, perbatasan Brasil, menggelar unjuk rasa dan mengusir imigran Venezuela pada Sabtu (18/8) setelah seorang pemilik restoran lokal ditikam dan dipukuli.

Para demonstran yang marah memaksa ratusan warga Venezuela mundur ke sepanjang perbatasan dengan jalan kaki. Warga lokal juga membakar barang milik para migran Venezuela yang tertinggal. Demonstran juga membakar ban untuk menghalangi satu-satunya jalan menghubungkan dua negara itu.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4032 seconds (0.1#10.140)