Puluhan Ribu Warga Jepang Protes Pangkalan Militer AS di Okinawa

Minggu, 12 Agustus 2018 - 09:38 WIB
Puluhan Ribu Warga Jepang...
Puluhan Ribu Warga Jepang Protes Pangkalan Militer AS di Okinawa
A A A
TOKYO - Sekitar 70.000 orang memprotes rencana pemerintah Jepang untuk merelokasi pangkalan udara Amerika Serikat (AS) di pulau Okinawa. Keberadaan pangkalan udara dianggap akan merusak lingkungan dan warga setempat mengklaim telah cukup berkorban untuk aliansi keamanan Jepang.

Para demonstran berkumpul di sebuah taman di ibukota prefektur Naha. Mereka mendesak agar Tokyo membatalkan rencana merelokasi Futenma Stasiun Korps Marinir AS dari kota yang padat di Ginowan ke daerah pesisir yang sepi penduduk di Nago seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (12/8/2018).

Warga Okinawa ingin memblokir rencana pemerintah untuk mulai menimbun tanah ke Teluk Henoko dalam beberapa hari untuk membuat TPA untuk lokasi baru. Kelompok-kelompok lingkungan mengatakan konstruksi di teluk berisiko merusak karang dan duyung, mamalia laut yang terancam punah.

Prefektur ini sudah menjadi rumah bagi sebagian besar fasilitas militer AS dan sekitar setengah dari 50.000 tentara Amerika di Jepang. Sementara pemerintah Jepang berpikir untuk mempertahankan pangkalan AS itu, warga Okinawa melihatnya sebagai beban yang tidak adil.

Para demonstran juga sempat melakukan hening cipta selama satu menit untuk menghormati almarhum gubernur Okinawa, Takeshi Onaga, yang meninggal karena kanker pada hari Rabu, di tengah-tengah kampanye anti basis AS yang agresif terhadap pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe.

Deputi Gubernur Kiichiro Jahana, yang telah mengambil alih tugas pemerintah Onaga, mengatakan akan melanjutkan perjuangan pendahulunya untuk menarik kembali persetujuan untuk pekerjaan TPA untuk relokasi pangkalan, yang diberikan kepada pemerintah pusat oleh mantan gubernur sebelum Onaga.

Okinawa telah diminta untuk berkorban demi Jepang selama bertahun-tahun. Okinawa adalah satu-satunya medan pertempuran Jepang di hari-hari terakhir Perang Dunia II, dan pulau itu tetap di bawah kekuasaan AS selama 20 tahun lebih lama daripada bagian lain negara itu.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5744 seconds (0.1#10.140)