Israel Senang Ilmuwan Rudal Suriah Dibunuh, Bantah Mossad Terlibat
A
A
A
TEL AVIV - Pemerintah Israel senang dengan berita pembunuhan ilmuwan rudal Suriah, Dr Aziz Azbar, melalui serangan bom mobil. Namun, Tel Aviv tetap membantah badan intelijennya, Mossad, terlibat dalam pembunuhan tersebut.
Komentara Pemerintah Israel muncul setelah New York Times melaporkan bahwa Mossad Israel berada di balik serangan bom mobil yang membunuh Azbar. Ilmuwan rudal rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad itu tewas dalam ledakan bom mobil di dekat Kota Masyaf di Provinsi Hama, Sabtu malam pekan lalu.
Menteri Intelijen dan Transportasi Yisrael Katz menyangkal tuduhan yang dialamatkan kepada Mossad. "Dengan asumsi bahwa (Asbar) memang terlibat dalam aktivitas teroris, saya menyambut kepergiannya dari dunia," katanya, Rabu (8/8/2018).
Asbar, direktur penelitian di Pusat Studi dan Penelitian Ilmiah Suriah, diyakini akan mengembangkan fasilitas manufaktur senjata rahasia dengan bantuan Iran. Dia merupakan ilmuwan andalan rezim Assad dalam pengembangan rudal Scud Damaskus.
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman sebelumnya juga enggan mengomentari bahwa pembunuhan Azbar merupakan operasi Mossad.
"Setiap hari di Timur Tengah ada ratusan ledakan dan penyelesaian skor," katanya kepada Channel 2 News. "Setiap kali, mereka mencoba menyalahkan kami. Jadi kami tidak akan menganggap ini terlalu serius."
Seperti diberitakan sebelumnya, New York Times mengutip seorang pejabat badan intelijen Timur Tengah melaporkan bahwa agen mata-mata Mossad Israel memang berada di belakang pembunuhan Asbar. "Mossad telah menlacak Asbar untuk waktu yang lama," kata sumber tersebut.
Asbar, lanjut sumber itu, menjadi sasaran Israel karena dia membantu Suriah mengembangkan rudal jarak jauh yang cukup akurat untuk menargetkan kota-kota Israel yang jauhnya ratusan mil.
Surat kabar Suriah, al-Watan, sebelumnya menuduh Mossad sebagai pelaku pembunuhan Asbar."Lagi-lagi musuh Israel telah membunuh salah satu dari pemikir terbesar Suriah," tulis media pro-rezim Assad tersebut.
Komentara Pemerintah Israel muncul setelah New York Times melaporkan bahwa Mossad Israel berada di balik serangan bom mobil yang membunuh Azbar. Ilmuwan rudal rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad itu tewas dalam ledakan bom mobil di dekat Kota Masyaf di Provinsi Hama, Sabtu malam pekan lalu.
Menteri Intelijen dan Transportasi Yisrael Katz menyangkal tuduhan yang dialamatkan kepada Mossad. "Dengan asumsi bahwa (Asbar) memang terlibat dalam aktivitas teroris, saya menyambut kepergiannya dari dunia," katanya, Rabu (8/8/2018).
Asbar, direktur penelitian di Pusat Studi dan Penelitian Ilmiah Suriah, diyakini akan mengembangkan fasilitas manufaktur senjata rahasia dengan bantuan Iran. Dia merupakan ilmuwan andalan rezim Assad dalam pengembangan rudal Scud Damaskus.
Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman sebelumnya juga enggan mengomentari bahwa pembunuhan Azbar merupakan operasi Mossad.
"Setiap hari di Timur Tengah ada ratusan ledakan dan penyelesaian skor," katanya kepada Channel 2 News. "Setiap kali, mereka mencoba menyalahkan kami. Jadi kami tidak akan menganggap ini terlalu serius."
Seperti diberitakan sebelumnya, New York Times mengutip seorang pejabat badan intelijen Timur Tengah melaporkan bahwa agen mata-mata Mossad Israel memang berada di belakang pembunuhan Asbar. "Mossad telah menlacak Asbar untuk waktu yang lama," kata sumber tersebut.
Asbar, lanjut sumber itu, menjadi sasaran Israel karena dia membantu Suriah mengembangkan rudal jarak jauh yang cukup akurat untuk menargetkan kota-kota Israel yang jauhnya ratusan mil.
Surat kabar Suriah, al-Watan, sebelumnya menuduh Mossad sebagai pelaku pembunuhan Asbar."Lagi-lagi musuh Israel telah membunuh salah satu dari pemikir terbesar Suriah," tulis media pro-rezim Assad tersebut.
(mas)