Gaza Hanya Awal, Netanyahu Ingin 'Bersihkan' Tepi Barat dan Rebut Masjid Al Aqsa

Sabtu, 24 Februari 2024 - 11:45 WIB
loading...
Gaza Hanya Awal, Netanyahu Ingin Bersihkan Tepi Barat dan Rebut Masjid Al Aqsa
Jemaah Muslim berjalan di depan Kubah Batu menjelang salat Jumat di kompleks Masjid al-Aqsa, yang juga dikenal orang Yahudi sebagai Bukit Bait Suci, di Kota Tua Yerusalem, 9 Februari 2024. Foto/REUTERS/Sinan Abu Mayzer
A A A
TEL AVIV - Mantan Perdana Menteri (PM) Israel Ehud Olmert mengatakan serangan Israel di Gaza hanyalah satu langkah dalam rencana pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu membersihkan Tepi Barat dari warga Palestina.

Menggambarkan pemerintahan Netanyahu sebagai satu “geng”, Olmert menulis di harian Israel, Haaretz, bahwa, “Tujuan utama dari duo Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich bukanlah Pendudukan di Jalur Gaza.”

“Gaza hanyalah babak perkenalan; platform yang ingin dibangun oleh geng ini sebagai fondasi perjuangan sesungguhnya yang mereka inginkan: pertempuran untuk Tepi Barat dan Bukit Bait Suci (Temple Mount),” ujar dia, mengacu pada titik nyala Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, dengan menggunakan nama dalam Yudaisme.

Olmert berpendapat, “Tujuan utama geng ini adalah ‘membersihkan’ Tepi Barat dari penduduk Palestina, membersihkan Temple Mount dari para jemaah Muslim.”

Dia memperingatkan, “Cara untuk mencapai tujuan ini penuh dengan pertumpahan darah. Darah Israel, di negara dan wilayah yang telah dikuasainya selama 57 tahun, serta darah Yahudi di tempat lain di dunia.”

“Selain banyak darah warga Palestina, tentu saja, di wilayah tersebut, di Yerusalem dan jika tidak ada alternatif lain, juga di antara warga Arab di Israel,” papar dia.

“Tujuan ini tidak akan tercapai tanpa konflik kekerasan yang luas. Armageddon,” ujar dia.

Perkiraan menunjukkan sekitar 700.000 pemukim Israel tinggal di sekitar 300 pemukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem Timur.



Semua permukiman Yahudi di Wilayah Pendudukan dianggap ilegal menurut hukum internasional.

Ketegangan meningkat di Tepi Barat sejak Israel melancarkan serangan militer mematikan terhadap Jalur Gaza menyusul serangan Hamas pada 7 Oktober.

Sejak itu, Israel telah membunuh hampir 30.000 warga Palestina serta memblokade Gaza sehingga warga sipil kelaparan sampai mati. Hampir 70.000 orang terluka dalam genosida brutal oleh Israel.

Sekitar 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas, sementara lebih dari 200 orang dibawa kembali ke Gaza sebagai sandera.

Namun, sejak saat itu, Haaretz mengungkap helikopter dan tank tentara Israel, pada kenyataannya, telah membunuh banyak dari 1.139 tentara dan warga sipil yang diklaim Israel telah dibunuh Perlawanan Palestina.

Perang Israel di Gaza telah menyebabkan 85% penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60% infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur, menurut PBB.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ). Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.

Rezim kolonial apartheid Israel tak pernah melaksanakan perintah ICJ. Militer Zionis justru meningkatkan pengeboman di Rafah, Gaza selatan.
(sya)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1539 seconds (0.1#10.140)