Anak-anak Gaza Protes: Tak Ada Makanan, Tak Ada Air, Dunia Memalukan!

Kamis, 22 Februari 2024 - 21:01 WIB
loading...
Anak-anak Gaza Protes:...
Anak-anak di Kota Gaza turun ke jalan sebagai protes atas kurangnya air, makanan, dan kebutuhan dasar lainnya. Foto/Al-Jarmaq News
A A A
JALUR GAZA - Anak-anak di Kota Gaza menyeru komunitas global melakukan sesuatu guna meringankan situasi buruk yang mereka alami.

Seruan itu muncul seiring pengumuman Program Pangan Dunia PBB (WFP) yang mengumumkan penghentian pengiriman bantuan ke bagian utara wilayah kantong yang terkepung.



Puluhan anak-anak di Kota Gaza, bagian utara Jalur Gaza yang terkepung, turun ke jalan sebagai protes atas kurangnya air, makanan, dan kebutuhan dasar lainnya.

Sambil memegang spanduk dan memukul-mukul pot kosong, anak-anak mengangkat suara mereka saat melakukan pawai pada Selasa (20/2/2024).

"Tidak ada makanan. Tidak ada air. Tidak ada obat. Pesan kami kepada dunia: Anda memalukan,” bunyi tulisan spanduk tersebut.

Meskipun keputusan Mahkamah Internasional (ICJ) pada Januari memerintahkan Israel memungkinkan penyediaan layanan dasar dan bantuan yang sangat dibutuhkan di Gaza, situasi kemanusiaan di wilayah kantong tersebut makin memburuk.

Hal ini disebabkan penolakan Israel terhadap truk bantuan serta berita baru-baru ini bahwa Program Pangan Dunia PBB (WFP) menangguhkan bantuan pangan ke wilayah utara Gaza.

“Kami mati karena kelaparan, kami tidak punya apa-apa untuk dimakan, kami terpaksa makan makanan hewan,” ujar Ayat Ashour, bocah umur 10 tahun, mengatakan kepada kantor berita Anadolu.

“Makanan menjadi tidak terjangkau, kami ingin hidup, kami ingin bantuan (makanan). …Orang-orang di Jalur Gaza utara tidak punya makanan, tidak ada susu untuk anak-anak,” papar dia.

Anak lainnya, Omar Al-Shenbari (14) mengatakan, “Kami berbaris untuk menyuarakan suara kami kepada dunia bahwa kami ingin tepung untuk makan, tidak ada makanan atau air (di Kota Gaza).”

“Kami makan satu kali sehari dalam jumlah yang tidak mencukupi, terutama terdiri dari air dan pasta (tomat),” ungkap Omar.

“Kami sedang mengalami situasi sulit. Negara-negara Arab dan seluruh dunia harus mendukung kami,” papar dia.

WFP mengatakan pada Selasa bahwa pihaknya “menjeda pengiriman bantuan makanan yang menyelamatkan jiwa ke Gaza Utara sampai kondisi aman tersedia bagi staf kami dan orang-orang yang ingin kami jangkau.”

Keputusan WFP Dikutuk


Gerakan Perlawanan Islam, Hamas, mengecam keputusan WFP tersebut dengan mengatakan, “Hal itu adalah perkembangan serius yang akan melipatgandakan penderitaan kemanusiaan warga Palestina di utara di bawah pengepungan yang menyesakkan dari tentara Israel.”

Hamas meminta WFP dan semua badan PBB, termasuk UNRWA, “untuk menekan pendudukan, dengan mengumumkan dimulainya kembali operasi di utara” sesuai dengan “mandat internasional mereka untuk menyelamatkan rakyat kami dari ancaman kelaparan yang semakin serius, berkomitmen untuk tanggung jawab hukum dan kemanusiaan mereka.”

Kantor Media Pemerintah Gaza juga meminta WFP segera membatalkan keputusan “bencana” tersebut, dengan mengatakan, “Keputusan tersebut sama dengan hukuman mati bagi 750.000 orang, dan memperburuk situasi kemanusiaan.”

“Kami menuntut Program Pangan Dunia segera mencabut keputusan buruknya yang menunda pengiriman bantuan pangan dan meminta pertanggungjawaban PBB dan komunitas internasional,” papar kantor media itu pada Selasa malam.

Penangguhan bantuan ke wilayah utara Gaza diperburuk oleh penurunan signifikan jumlah truk bantuan yang memasuki seluruh Gaza.

Menurut UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, “51%” misi yang direncanakan badan tersebut dan mitra kemanusiaannya “untuk memberikan bantuan dan melakukan penilaian ke daerah-daerah di Gaza utara tahun ini tidak diberi akses oleh otoritas Israel.”

“Kerawanan pangan di utara Wadi Gaza telah mencapai kondisi yang sangat kritis,” ungkap UNRWA dalam postingan di X.

Lonjakan Malnutrisi


Pada Senin, Dana Anak-anak PBB (UNICEF) memperingatkan kelangkaan makanan dan air bersih di Gaza membahayakan nutrisi dan kekebalan perempuan dan anak-anak, sehingga mengakibatkan lonjakan kekurangan gizi akut.

Mengutip analisis komprehensif baru yang dirilis Global Nutrition Cluster, UNICEF mengatakan ketika konflik yang sedang berlangsung di Gaza memasuki pekan ke-20, makanan dan air bersih menjadi sangat langka dan penyakit merajalela.

“Hal ini membahayakan nutrisi dan kekebalan perempuan dan anak-anak serta mengakibatkan lonjakan malnutrisi akut,” ungkap pernyataan UNICEF.

“Pemeriksaan gizi yang dilakukan di tempat penampungan dan pusat kesehatan di wilayah utara menemukan bahwa 15,6% atau 1 dari 6 anak di bawah usia 2 tahun, mengalami kekurangan gizi akut,” papar pernyataan itu.

Dari jumlah tersebut, hampir 3% menderita “kekurangan gizi yang parah, yang merupakan bentuk malnutrisi yang paling mengancam jiwa,” yang menempatkan anak-anak pada risiko tertinggi terkena komplikasi medis dan kematian kecuali mereka menerima perawatan segera.

(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1130 seconds (0.1#10.140)