Senator Pakistan: AS Terpuruk Saat Ini karena Kebodohan dan Kesombongan
loading...
A
A
A
ISLAMABAD - Ketua Komite Pertahanan Senat Pakistan Mushahid Hussain Sayed menjelaskan alasan mengapa Amerika Serikat gagal di Afghanistan dan Irak serta “terpuruk” saat ini adalah karena “kebodohan dan kesombongan mereka.”
“Kebijakan AS terhadap negara-negara tertentu di Asia kadang-kadang didasarkan pada kombinasi kebodohan dan kesombongan. Arogansi, karena mereka negara besar, karena menganggap diri mereka sebagai negara adidaya, mereka pikir mereka tahu semuanya. Tapi mereka tidak tahu. Mereka tidak mengetahui budaya dan nilai-nilai negara lain. Dan juga kebodohan, karena mereka tidak memahami masyarakat di negara tersebut. Inilah sebabnya mereka gagal di Afghanistan, inilah mengapa mereka gagal di Irak," tegas Sayed dalam wawancara dengan Sputnik yang dirilis Selasa (20/2/2024).
Menurut dia, ini adalah alasan yang sama mengapa AS sedang “terpuruk” saat ini dan hal tersebut telah terjadi selama beberapa waktu.
Senator tersebut menjelaskan dia pernah tinggal di AS, menerima gelar master dari salah satu universitas AS yang paling dihormati di Washington, Georgetown, dan bekerja di Kongres AS sebagai pekerja magang.
Namun menurut dia, negara tersebut telah banyak berubah sejak saat itu dan AS yang dikenalnya "berbeda".
"Amerika yang saya kenal adalah masyarakat yang sangat kuat dan inklusif, menyambut baik orang asing. Dulu mereka multikultural dan multiagama. Sekarang saya melihat banyak paranoia dan xenofobia di Amerika. Mereka menyebut ancaman China, ancaman Rusia, ancaman Islam… Itu tidak masuk akal. Mereka kembali ke tahun 50-an. Jadi bagi saya AS modern adalah Amerika yang sangat aneh, eksklusif dan memecah belah," tegas sang senator.
Pada Oktober 2001, koalisi pimpinan AS melancarkan invasi ke Afghanistan. Namun, Taliban mengambil alih kembali kekuasaan di Afghanistan pada Agustus 2021.
Langkah Taliban memicu runtuhnya pemerintah yang didukung AS dan mempercepat penarikan pasukan Washington secara memalukan di mata internasional.
Pada 31 Agustus di tahun yang sama, pasukan AS menyelesaikan penarikan mereka dari Afghanistan, mengakhiri kehadiran militer selama 20 tahun.
Pada Maret 2003, koalisi pimpinan AS menginvasi Irak tanpa resolusi Dewan Keamanan PBB. Akibatnya, total kematian akibat perang mencapai 654.965 orang pada Oktober 2006, menurut survei jurnal The Lancet.
Pasukan AS menarik diri dari Irak pada Desember 2011. Meskipun demikian, hingga saat ini, pasukan AS dan koalisi tetap memiliki kehadiran militer yang besar di negara tersebut, dengan mempertahankan pangkalan militernya.
Lihat Juga: Profil Mohammad Sadiq, Utusan Pakistan yang Kunjungi Kabul sebelum Serangan Udara di Afghanistan
“Kebijakan AS terhadap negara-negara tertentu di Asia kadang-kadang didasarkan pada kombinasi kebodohan dan kesombongan. Arogansi, karena mereka negara besar, karena menganggap diri mereka sebagai negara adidaya, mereka pikir mereka tahu semuanya. Tapi mereka tidak tahu. Mereka tidak mengetahui budaya dan nilai-nilai negara lain. Dan juga kebodohan, karena mereka tidak memahami masyarakat di negara tersebut. Inilah sebabnya mereka gagal di Afghanistan, inilah mengapa mereka gagal di Irak," tegas Sayed dalam wawancara dengan Sputnik yang dirilis Selasa (20/2/2024).
Menurut dia, ini adalah alasan yang sama mengapa AS sedang “terpuruk” saat ini dan hal tersebut telah terjadi selama beberapa waktu.
Senator tersebut menjelaskan dia pernah tinggal di AS, menerima gelar master dari salah satu universitas AS yang paling dihormati di Washington, Georgetown, dan bekerja di Kongres AS sebagai pekerja magang.
Namun menurut dia, negara tersebut telah banyak berubah sejak saat itu dan AS yang dikenalnya "berbeda".
"Amerika yang saya kenal adalah masyarakat yang sangat kuat dan inklusif, menyambut baik orang asing. Dulu mereka multikultural dan multiagama. Sekarang saya melihat banyak paranoia dan xenofobia di Amerika. Mereka menyebut ancaman China, ancaman Rusia, ancaman Islam… Itu tidak masuk akal. Mereka kembali ke tahun 50-an. Jadi bagi saya AS modern adalah Amerika yang sangat aneh, eksklusif dan memecah belah," tegas sang senator.
Pada Oktober 2001, koalisi pimpinan AS melancarkan invasi ke Afghanistan. Namun, Taliban mengambil alih kembali kekuasaan di Afghanistan pada Agustus 2021.
Langkah Taliban memicu runtuhnya pemerintah yang didukung AS dan mempercepat penarikan pasukan Washington secara memalukan di mata internasional.
Pada 31 Agustus di tahun yang sama, pasukan AS menyelesaikan penarikan mereka dari Afghanistan, mengakhiri kehadiran militer selama 20 tahun.
Pada Maret 2003, koalisi pimpinan AS menginvasi Irak tanpa resolusi Dewan Keamanan PBB. Akibatnya, total kematian akibat perang mencapai 654.965 orang pada Oktober 2006, menurut survei jurnal The Lancet.
Pasukan AS menarik diri dari Irak pada Desember 2011. Meskipun demikian, hingga saat ini, pasukan AS dan koalisi tetap memiliki kehadiran militer yang besar di negara tersebut, dengan mempertahankan pangkalan militernya.
Lihat Juga: Profil Mohammad Sadiq, Utusan Pakistan yang Kunjungi Kabul sebelum Serangan Udara di Afghanistan
(sya)