Israel Ancang-ancang Invasi Rafah, AS Siapkan Banyak Bom Canggih
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Ketika Israel bersiap meluncurkan invasi darat ke Rafah di Jalur Gaza selatan, Amerika Serikat (AS) sedang menyiapkan banyak bom canggih untuk dikirim ke pasukan Zionis.
Langkah Washington itu, jika benar-benar dilakukan, akan menjadi kemunafikan yang terang-terangan. Sebab, pemerintah Presiden Joe Biden selama ini menyuarakan frustrasinya setelah rezim Zionis mengabaikan permintaannya untuk mengurangi operasi militer di Gaza.
Mengutip Wall Street Journal (WSJ), Minggu (18/2/2024), pengiriman senjata Amerika yang diusulkan mencakup masing-masing sekitar seribu bom MK-82 seberat 500 pon (227kg) dan Joint Direct Attack Munitions (JDAM) KMU-572 yang mengubah amunisi tidak terarah menjadi bom berpemandu presisi.
Laporan WSJ tersebut mengutip para pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.
AS, sambung laporan itu, selanjutnya mempertimbangkan untuk mengirimkan sekering bom FMU-139, dengan total pengiriman diperkirakan bernilai puluhan juta dolar, yang akan dibayarkan dari bantuan militer AS ke Israel.
Laporan tersebut juga mengutip penilaian terhadap usulan transfer senjata yang dirancang oleh Kedutaan Besar AS di Yerusalem yang mengatakan: "Pemerintah Israel telah meminta akuisisi secepatnya barang-barang ini untuk pertahanan Israel terhadap ancaman regional yang terus muncul."
Penilaian tersebut juga menolak potensi permasalahan hak asasi manusia, dengan mengatakan: “Israel mengambil tindakan efektif untuk mencegah pelanggaran berat hak asasi manusia dan meminta pertanggungjawaban pasukan keamanan yang melanggar hak-hak tersebut."
Pemerintahan Biden sejauh ini telah dua kali melewati Kongres untuk segera mengirim bom dan amunisi lainnya ke Israel di tengah perang melawan Hamas yang telah menewaskan lebih dari 28.000 warga Palestina di Gaza—sebagian besar anak-anak dan perempuan.
Menurut WSJ, AS telah menyediakan sekitar 21.000 amunisi berpemandu presisi ke Israel sejak dimulainya perang pada Oktober lalu.
Langkah Washington itu, jika benar-benar dilakukan, akan menjadi kemunafikan yang terang-terangan. Sebab, pemerintah Presiden Joe Biden selama ini menyuarakan frustrasinya setelah rezim Zionis mengabaikan permintaannya untuk mengurangi operasi militer di Gaza.
Mengutip Wall Street Journal (WSJ), Minggu (18/2/2024), pengiriman senjata Amerika yang diusulkan mencakup masing-masing sekitar seribu bom MK-82 seberat 500 pon (227kg) dan Joint Direct Attack Munitions (JDAM) KMU-572 yang mengubah amunisi tidak terarah menjadi bom berpemandu presisi.
Laporan WSJ tersebut mengutip para pejabat AS yang tidak disebutkan namanya.
AS, sambung laporan itu, selanjutnya mempertimbangkan untuk mengirimkan sekering bom FMU-139, dengan total pengiriman diperkirakan bernilai puluhan juta dolar, yang akan dibayarkan dari bantuan militer AS ke Israel.
Laporan tersebut juga mengutip penilaian terhadap usulan transfer senjata yang dirancang oleh Kedutaan Besar AS di Yerusalem yang mengatakan: "Pemerintah Israel telah meminta akuisisi secepatnya barang-barang ini untuk pertahanan Israel terhadap ancaman regional yang terus muncul."
Penilaian tersebut juga menolak potensi permasalahan hak asasi manusia, dengan mengatakan: “Israel mengambil tindakan efektif untuk mencegah pelanggaran berat hak asasi manusia dan meminta pertanggungjawaban pasukan keamanan yang melanggar hak-hak tersebut."
Pemerintahan Biden sejauh ini telah dua kali melewati Kongres untuk segera mengirim bom dan amunisi lainnya ke Israel di tengah perang melawan Hamas yang telah menewaskan lebih dari 28.000 warga Palestina di Gaza—sebagian besar anak-anak dan perempuan.
Menurut WSJ, AS telah menyediakan sekitar 21.000 amunisi berpemandu presisi ke Israel sejak dimulainya perang pada Oktober lalu.