Indonesia Gelar Pemilu Sehari Terbesar di Dunia Besok, Ini yang Disorot Media Asing

JAKARTA - Indonesia menggelar pemilihan umum (pemilu) pada Rabu (14/2/2024) besok, yang akan menjadi pemilu sehari terbesar di dunia.

Sejumlah media asing menyoroti pesta demokrasi ini, termasuk terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) karena putranya; Gibran Rakabuming Raka, menjadi kontestan sebagai calon wakil presiden (cawapres).

"Indonesia in final stretch ahead of world's biggest single-day election [Indonesia dalam tahap terakhir menjelang pemilu satu hari terbesar di dunia]," bunyi judul laporan media Amerika Serikat; Reuters.

Lebih dari 200 juta pemilih akan memilih presiden dan wakil presiden beserta anggota Parlemen—dari tingkat daerah maupun pusat.



Sekitar 25.000 polisi akan dikerahkan untuk menjamin keamanan pelaksanaan pemungutan suara—yang dipandang sebagai ujian kemajuan demokrasi yang dicapai sejak berakhirnya pemerintahan otoriter 25 tahun lalu.

Masa jabatan Presiden Jokowi akan segera berakhir. Namun, menurut laporan Reuters, menjelang menjelang pemilihan presiden, dia menghadapi kritik atas dugaan campur tangan politiknya dan dorongan untuk mendirikan dinasti politik.

Jokowi tidak secara eksplisit mendukung salah satu dari ketiga kandidat presiden—Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo—, namun dia telah tampil secara luas bersama Prabowo dan pasangannya; Gibran.

Menyelenggarakan pemilu adalah tugas besar di Indonesia. Negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau ini membentang di tiga zona waktu dan jaraknya serupa dengan wilayah Amerika Serikat.

Para petugas pemilu telah mengirimkan kotak suara dan surat-surat ke daerah-daerah yang jauh, dalam beberapa kasus harus menempuh perjalanan berjam-jam dengan perahu, helikopter, atau pun moda yang ditarik sapi.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memperingatkan tentang risiko cuaca ekstrem di Jawa Barat pada hari pemungutan suara. Sementara itu, KPU menunda pemungutan suara di sepuluh desa di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, akibat banjir.

Lebih lanjut, laporan Reuters menyebut dukungan diam-diam dari Jokowi terhadap Prabowo telah menimbulkan tuduhan bahwa dia telah melanggar peraturan pemilu, namun Jokowi menolaknya.

Di Indonesia, presiden yang menjabat dapat berkampanye untuk calon presiden asalkan dia tidak menggunakan sumber daya negara. Meski demikian, presiden biasanya bersikap netral.

Kantor kepresidenan membantah adanya campur tangan politik terhadap pemilu oleh Jokowi.

Media asing lainnya, CNN, melansir laporan panjang tentang pemilu Indonesia dengan judul "The Indonesian election will see more than 200 million head to the polls. Here’s what you need to know [Pemilu di Indonesia akan menyaksikan lebih dari 200 juta orang datang ke tempat pemungutan suara. Inilah yang perlu Anda ketahui]".

Mengutip Komisi Pemilihan Umum (KPU), laporan tersebut menyoroti generasi muda Indonesia sebagai penentu, di mana sekitar setengah dari pemilih terdaftar berusia di bawah 40 tahun.

Lebih lanjut, laporan CNN mengulas satu per satu capres terutama Prabowo yang sering kali dituduh memiliki rekam jejak tentang pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di masa lalu terkait perannya dalam militer.

“Bahwa dia disukai oleh mantan pemimpin Soeharto dan kini merasa mendapat keuntungan politik dengan mengubah dirinya menjadi seorang demokrat, tidak mengubah prospek nyata bahwa dia akan kembali ke masa lalunya yang brutal jika ia berhasil naik ke kursi kepresidenan dan tidak perlu berpura-pura menghormati HAM untuk mewujudkan ambisinya,” kata Kenneth Roth, mantan direktur eksekutif Human Rights Watch dan profesor tamu di Universitas Princeton, kepada CNN.

Ganjar Pranowo, capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang berkuasa, disoroti atas perannya sebagai Gubernur Jawa Tengah selama dua periode, yang membuatnya mendapatkan banyak pengikut di luar ibu kota; Jakarta. Dia berpasangan dengan Mahfud MD, menteri senior Jokowi yang sudah mengundurkan diri.

Sedangkan Anies Baswedan, capres yang berpasangan dengan Muhaimin Iskandar, disoroti atas jalan politiknya di masa lalu termasuk kesuksesannya menjadi Gubernur Jakarta mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).