3 Tentara AS Tewas dan 34 Lainnya Terluka akibat Serangan Drone di Yordania
loading...
A
A
A
AMMAN - Tiga tentara Angkatan Darat Amerika Serikat (AS) tewas dan 34 lainnya terluka akibat serangan pesawat tak berawak atau drone semalam di Yordania.
Kematian para tentara Amerika ini menjadi yang pertama sejak ketegangan di Timur Tengah membara akibat perang Israel-Hamas yang dimulai sejak 7 Oktober 2023.
Siaran pers yang dikeluarkan oleh Komando Pusat (CENTCOM) AS pada hari Minggu menyebutkan jumlah personel Amerika yang terluka dalam serangan itu sebanyak 25 orang. Namun, jumlah tentara yang terluka telah diperbarui menjadi 34 orang.
“Tadi malam, tiga anggota militer AS tewas—dan banyak yang terluka—dalam serangan pesawat tak berawak terhadap pasukan kami yang ditempatkan di timur laut Yordania dekat perbatasan Suriah,” kata Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih, seperti dikutip Al Arabiya, Senin (29/1/2024).
“Meskipun kami masih mengumpulkan fakta-fakta mengenai serangan ini, kami mengetahui bahwa serangan tersebut dilakukan oleh kelompok militan radikal yang didukung Iran yang beroperasi di Suriah dan Irak," lanjut Biden.
Sebelumnya, pada hari Jumat, setidaknya terjadi 158 serangan terhadap pasukan AS dan koalisi di Irak dan Suriah. Namun, sebagian besar operasi tersebut tidak menimbulkan ancaman serius atau menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur.
Dalam serangan semalam, sistem pertahanan udara AS tampaknya gagal mencegat drone, yang merupakan serangan pertama terhadap fasilitas militer, yang dikenal sebagai Tower 22, sejak serangan terhadap sasaran AS dan koalisinya di wilayah tersebut meningkat pada 17 Oktober.
Sekadar diketahui, pasukan AS ditempatkan di wilayah tersebut untuk memberikan pelatihan dan bantuan kepada pasukan Yordania.
“Tiga anggota militer Amerika yang kami hilangkan adalah patriot dalam arti tertinggi,” kata Biden. “Dan pengorbanan terbesar mereka tidak akan pernah dilupakan oleh bangsa kita.”
“Kami akan menjalankan komitmen mereka untuk memerangi terorisme. Dan jangan ragu—kami akan meminta pertanggungjawaban semua pihak pada waktu dan cara yang kami pilih," imbuh Presiden Biden.
Kematian para tentara Amerika ini menjadi yang pertama sejak ketegangan di Timur Tengah membara akibat perang Israel-Hamas yang dimulai sejak 7 Oktober 2023.
Siaran pers yang dikeluarkan oleh Komando Pusat (CENTCOM) AS pada hari Minggu menyebutkan jumlah personel Amerika yang terluka dalam serangan itu sebanyak 25 orang. Namun, jumlah tentara yang terluka telah diperbarui menjadi 34 orang.
“Tadi malam, tiga anggota militer AS tewas—dan banyak yang terluka—dalam serangan pesawat tak berawak terhadap pasukan kami yang ditempatkan di timur laut Yordania dekat perbatasan Suriah,” kata Presiden AS Joe Biden dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Gedung Putih, seperti dikutip Al Arabiya, Senin (29/1/2024).
“Meskipun kami masih mengumpulkan fakta-fakta mengenai serangan ini, kami mengetahui bahwa serangan tersebut dilakukan oleh kelompok militan radikal yang didukung Iran yang beroperasi di Suriah dan Irak," lanjut Biden.
Sebelumnya, pada hari Jumat, setidaknya terjadi 158 serangan terhadap pasukan AS dan koalisi di Irak dan Suriah. Namun, sebagian besar operasi tersebut tidak menimbulkan ancaman serius atau menyebabkan kerusakan besar pada infrastruktur.
Dalam serangan semalam, sistem pertahanan udara AS tampaknya gagal mencegat drone, yang merupakan serangan pertama terhadap fasilitas militer, yang dikenal sebagai Tower 22, sejak serangan terhadap sasaran AS dan koalisinya di wilayah tersebut meningkat pada 17 Oktober.
Sekadar diketahui, pasukan AS ditempatkan di wilayah tersebut untuk memberikan pelatihan dan bantuan kepada pasukan Yordania.
“Tiga anggota militer Amerika yang kami hilangkan adalah patriot dalam arti tertinggi,” kata Biden. “Dan pengorbanan terbesar mereka tidak akan pernah dilupakan oleh bangsa kita.”
“Kami akan menjalankan komitmen mereka untuk memerangi terorisme. Dan jangan ragu—kami akan meminta pertanggungjawaban semua pihak pada waktu dan cara yang kami pilih," imbuh Presiden Biden.