Usai Keputusan Mahkamah Internasional, AS Setop Pendanaan UNRWA
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Departemen Luar Negeri (Deplu) Amerika Serikat (AS) memutuskan menghentikan sementara pendanaan tambahan untuk UNRWA karena tuduhan Israel bahwa beberapa karyawannya terlibat dalam operasi militer 7 Oktober oleh Perlawanan Palestina.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan pihaknya telah membuka penyelidikan setelah tuduhan Israel bahwa beberapa karyawannya terlibat operasi militer tanggal 7 Oktober.
“Untuk melindungi kemampuan badan tersebut dalam memberikan bantuan kemanusiaan, saya telah mengambil keputusan untuk segera mengakhiri kontrak para staf tersebut dan meluncurkan penyelidikan untuk mengungkap kebenaran tanpa penundaan,” ungkap Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal UNRWA pada Jumat (26/1/2024).
Departemen Luar Negeri AS mengatakan mereka “sangat terganggu” dengan tuduhan Israel dan mereka telah “menghentikan sementara pendanaan tambahan untuk UNRWA”.
Donor terbesar UNRWA pada tahun 2022 termasuk Amerika Serikat, Jerman, dan Uni Eropa (UE).
Badan ini didirikan pada tahun 1949 untuk “memberikan bantuan dan perlindungan kepada pengungsi Palestina sambil menunggu solusi yang adil dan langgeng atas penderitaan mereka.”
Ini bukan pertama kalinya Amerika memutuskan menangguhkan pendanaan untuk badan PBB tersebut.
Pada September 2018, Washington, di bawah pemerintahan Donald Trump, memutuskan menghentikan dukungan keuangannya terhadap UNRWA.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden memutuskan melanjutkan pendanaan UNRWA pada April 2021.
Pernyataan yang dikeluarkan Komisaris Jenderal UNRWA Lazzarini pada tanggal 13 Januari, satu hari setelah argumen lisan Israel di Pengadilan Kriminal Internasional, dimasukkan ICJ sebagai bukti Israel telah “menyebabkan perpindahan massal pada populasi yang berada dalam kondisi yang terus berubah.”
Pernyataan UNRWA menambahkan, “Penderitaan anak-anak di Gaza sangat memilukan dan seluruh generasi anak-anak mengalami trauma dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih.”
Pernyataan tersebut juga digunakan untuk membuktikan bahwa krisis di Gaza “diperburuk oleh bahasa yang tidak manusiawi.”
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sebanyak 26.083 warga Palestina telah tewas, dan 64.487 terluka dalam genosida Israel yang masih berlangsung di Gaza sejak tanggal 7 Oktober.
Perkiraan Palestina dan internasional menyebutkan mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengatakan pihaknya telah membuka penyelidikan setelah tuduhan Israel bahwa beberapa karyawannya terlibat operasi militer tanggal 7 Oktober.
“Untuk melindungi kemampuan badan tersebut dalam memberikan bantuan kemanusiaan, saya telah mengambil keputusan untuk segera mengakhiri kontrak para staf tersebut dan meluncurkan penyelidikan untuk mengungkap kebenaran tanpa penundaan,” ungkap Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal UNRWA pada Jumat (26/1/2024).
AS Setop Pendanaan
Departemen Luar Negeri AS mengatakan mereka “sangat terganggu” dengan tuduhan Israel dan mereka telah “menghentikan sementara pendanaan tambahan untuk UNRWA”.
Donor terbesar UNRWA pada tahun 2022 termasuk Amerika Serikat, Jerman, dan Uni Eropa (UE).
Badan ini didirikan pada tahun 1949 untuk “memberikan bantuan dan perlindungan kepada pengungsi Palestina sambil menunggu solusi yang adil dan langgeng atas penderitaan mereka.”
Ini bukan pertama kalinya Amerika memutuskan menangguhkan pendanaan untuk badan PBB tersebut.
Pada September 2018, Washington, di bawah pemerintahan Donald Trump, memutuskan menghentikan dukungan keuangannya terhadap UNRWA.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden memutuskan melanjutkan pendanaan UNRWA pada April 2021.
Peran UNRWA dalam Putusan ICJ
Pernyataan yang dikeluarkan Komisaris Jenderal UNRWA Lazzarini pada tanggal 13 Januari, satu hari setelah argumen lisan Israel di Pengadilan Kriminal Internasional, dimasukkan ICJ sebagai bukti Israel telah “menyebabkan perpindahan massal pada populasi yang berada dalam kondisi yang terus berubah.”
Pernyataan UNRWA menambahkan, “Penderitaan anak-anak di Gaza sangat memilukan dan seluruh generasi anak-anak mengalami trauma dan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk pulih.”
Pernyataan tersebut juga digunakan untuk membuktikan bahwa krisis di Gaza “diperburuk oleh bahasa yang tidak manusiawi.”
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sebanyak 26.083 warga Palestina telah tewas, dan 64.487 terluka dalam genosida Israel yang masih berlangsung di Gaza sejak tanggal 7 Oktober.
Perkiraan Palestina dan internasional menyebutkan mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
(sya)