Pasukan Amerika Terus Diserang di Irak dan Suriah, Aura Tak Terkalahkan AS Hilang?

Kamis, 25 Januari 2024 - 15:17 WIB
loading...
Pasukan Amerika Terus...
Pangkalan udara Bashur di Erbil, Irak. Foto/FazelHawramy/Rudaw
A A A
BAGHDAD - Pekan lalu saat berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia’ al-Sudani mengulangi seruannya agar pasukan Amerika Serikat (AS) meninggalkan negaranya.

“Berakhirnya misi koalisi pimpinan AS adalah suatu keharusan demi keamanan dan stabilitas Irak,” tegas dia.

Seruan itu didukung Brigadir Jenderal Yahya Rasool, juru bicara Komando Operasi Gabungan Irak, pada Minggu, sehari setelah beberapa roket dan rudal ditembakkan ke Pangkalan Udara al-Assad yang menampung pasukan AS dan melukai beberapa tentara.

“Pemerintah Irak bertekad mengakhiri penempatan pasukan asing di negara tersebut,” ungkap Rasool.

Serangan tersebut merupakan salah satu dari serangkaian gempuran yang terus melanda pasukan AS di Suriah dan Irak.

Dr Sended Mohammad Marandi, profesor sastra Inggris dan Orientalisme di Universitas Teheran, mengatakan kepada Sputnik's Critical Hour bahwa, “Pemerintah Amerika telah menyandera pemerintah Irak.”

Dia mencatat, “Penjualan minyak Irak dilakukan melalui rekening bank di AS dan ketika (AS) menginginkan sesuatu, mereka tidak memberikan uangnya, sampai mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dari Irak.”
Namun, serangan terus-menerus terhadap pasukan AS dan ketidakmampuan mereka mencegahnya telah mengubah persepsi dunia terhadap Amerika.

“Sementara mereka secara teratur menargetkan posisi Amerika, Amerika telah kehilangan aura itu, jika Anda mengerti maksud saya,” ujar dia.



Co-host Wilmer Leon mengklarifikasi, “(Maksud Anda) aura tak terkalahkan?”

“Ya, benar sekali,” jawab Dr Mirandi. “Jika setiap hari Anda bisa melemparkan beberapa roket atau menembakkan beberapa rudal, maka itu menunjukkan bahwa mereka… bukanlah kekuatan yang nyata. Mereka rentan. Mereka lemah.”

Dalam wawancara sebelumnya, Dr Mirandi berargumen, “Amerika Serikat mengira mereka menang dengan cara ini, namun yang mereka dapatkan hanyalah kekalahan. … Ini tidak akan menjadi lebih baik, malah akan menjadi lebih buruk.”

Dia menjelaskan tindakan pemerintah AS membuatnya dibenci di seluruh dunia.

“AS dipandang sebagai preman, preman yang harus Anda hadapi… Anda tahu Anda harus memperlakukannya dengan hormat, namun Anda membencinya,” ungkap dia.

Dia membandingkan hal tersebut dengan China dan Rusia yang menurutnya tidak memperlakukan negara-negara dengan cara yang sama seperti yang diperbuat AS.

“Oleh karena itu, soft power mereka, kekuatan ekonomi mereka, kepentingan ekonomi mereka bisa lebih mudah berkembang,” papar dia.

Dia menambahkan, “Jika menyangkut Amerika, semua orang ingin mendapatkan jumlah minimum yang bisa mereka miliki agar Amerika tetap diam, namun jika menyangkut calon… mitra lainnya, mereka menginginkan sebanyak mungkin.”

Marandi juga berbicara tentang berkurangnya keinginan pemerintah AS untuk bersikap kritis terhadap Israel di depan umum dan mencatat betapa menariknya bahwa Negara Islam (ISIS atau Daesh) yang seolah-olah menjadi alasan AS harus tetap berada di Timur Tengah begitu lama, tidak menargetkan pangkalan-pangkalan AS dan bahkan justru menyerang Iran.

“Mengapa (ISIS) tidak mengebom Amerika Serikat?” tanya Marandi. “Karena kamu tidak menggigit tangan yang memberimu makan,” jawab Leon.

“Tepat sekali,” Marandi menyimpulkan.
(sya)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1114 seconds (0.1#10.140)