Inggris kepada UE: Mari Bekerja Sama Melawan ISIS dan Rusia
A
A
A
LONDON - Inggris dan Uni Eropa (UE) harus membangun kemitraan keamanan yang erat setelah Brexit untuk menggagalkan serangan militan Negara Islam (ISIS) dan melawan upaya jahat Rusia untuk menumbangkan demokrasi Barat. Hal itu dikatakan oleh kepada badan mata-mata domestik Inggris, MI5.
Dalam pidato publik pertama di luar Inggris oleh seorang kepala dinas MI5, Andrew Parker, menyatakan bahwa militan ISIS sedang merencanakan serangan yang menghancurkan dan lebih kompleks.
"Kerja sama intelijen Eropa hari ini tidak dapat dikenali dengan apa yang tampak seperti lima tahun lalu," kata Parker dalam pidatonya.
"Dalam dunia yang tidak menentu saat ini, kami membutuhkan kekuatan bersama lebih dari sebelumnya," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Senin (14/5/2018).
Inggris telah mengalami empat serangan mematikan tahun lalu yang total menewaskan 36 orang. Ini adalah serangan paling mematikan sejak pemboman 7/7 London pada Juli 2005.
Pada bulan Maret, seorang pria membunuh lima orang pejalan kaki dengan sebuah mobil di Westminster Bridge London sebelum menikam seorang polisi hingga tewas di luar parlemen.
Aksi itu diikuti dengan pemboman bunuh diri di sebuah konser pop di Manchester yang menewaskan 22 orang, dan bulan berikutnya delapan orang tewas setelah tiga militan ISIS menabrakkan mobilnya ke pejalan kaki di Jembatan London serta menikam orang-orang di restoran dan bar terdekat.
Dua minggu kemudian sebuah van menabrak jamaah di dekat masjid London yang menewaskan satu orang.
Berbicara menjelang peringatan 22 Mei pemboman Manchester, Parker mengatakan bahwa 12 plot telah digagalkan sejak serangan Westminster, sehingga jumlah total serangan yang digagalkan sejak 2013 menjadi 25.
Ia lantas memuji Counter-Terrorism Group (CTG), yang mengelompokkan semua 28 negara Uni Eropa, Swiss dan Norwegia, untuk pertukaran informasi intelijennya.
MI5, didirikan pada 1909 untuk melawan spionase Jerman jelang Perang Dunia Pertama, bertugas melindungi keamanan nasional Inggris dan dengan demikian memimpin, bersama dengan polisi, dalam melawan serangan militan.
Selain ancaman dari ISIS, Parker menunjuk Rusia sebagai negara bermusuhan yang mencoba melakukan tindakan agresif dan merusak dengan dinas militer dan intelijennya.
Inggris menyalahkan Rusia atas serangan racun terhadap Sergei Skripal, mantan kolonel intelijen militer Rusia yang mengkhianati puluhan agen untuk layanan mata-mata asing MI6 Inggris, dan putrinya Yulia. Keduanya ditemukan tidak sadarkan diri di bangku di kota katedral Salisbury pada 4 Maret.
Inggris mengatakan Skripal diserang dengan zat saraf kelas militer dari kelompok racun Novichok, yang dikembangkan oleh Uni Soviet pada 1970-an dan 80-an.
Moskow membantah terlibat dalam penggunaan racun pertama yang diketahui dari zat saraf ofensif di tanah Eropa sejak Perang Dunia II, meskipun serangan itu memicu pengusiran terbesar negara-negara Barat terhadap diplomat Rusia sejak puncak Perang Dingin.
Parker menuduh Kremlin melanggar aturan internasional dan mengatakan serangan terhadap Skripal adalah contoh dari kegiatan merusak Rusia yang berisiko mengubah negara itu menjadi paria terisolasi.
Namun para pejabat Rusia mengatakan Inggris telah melakukan serangan itu untuk memicu histeria anti-Rusia.
Rusia, katanya, telah berusaha untuk menyebarkan tingkat disinformasi yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah serangan itu.
"Barat seharusnya menyinari kabut kebohongan, setengah kebenaran dan kebingungan yang mengalir keluar dari mesin propaganda Rusia," tukas Parker.
Dalam pidato publik pertama di luar Inggris oleh seorang kepala dinas MI5, Andrew Parker, menyatakan bahwa militan ISIS sedang merencanakan serangan yang menghancurkan dan lebih kompleks.
"Kerja sama intelijen Eropa hari ini tidak dapat dikenali dengan apa yang tampak seperti lima tahun lalu," kata Parker dalam pidatonya.
"Dalam dunia yang tidak menentu saat ini, kami membutuhkan kekuatan bersama lebih dari sebelumnya," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Senin (14/5/2018).
Inggris telah mengalami empat serangan mematikan tahun lalu yang total menewaskan 36 orang. Ini adalah serangan paling mematikan sejak pemboman 7/7 London pada Juli 2005.
Pada bulan Maret, seorang pria membunuh lima orang pejalan kaki dengan sebuah mobil di Westminster Bridge London sebelum menikam seorang polisi hingga tewas di luar parlemen.
Aksi itu diikuti dengan pemboman bunuh diri di sebuah konser pop di Manchester yang menewaskan 22 orang, dan bulan berikutnya delapan orang tewas setelah tiga militan ISIS menabrakkan mobilnya ke pejalan kaki di Jembatan London serta menikam orang-orang di restoran dan bar terdekat.
Dua minggu kemudian sebuah van menabrak jamaah di dekat masjid London yang menewaskan satu orang.
Berbicara menjelang peringatan 22 Mei pemboman Manchester, Parker mengatakan bahwa 12 plot telah digagalkan sejak serangan Westminster, sehingga jumlah total serangan yang digagalkan sejak 2013 menjadi 25.
Ia lantas memuji Counter-Terrorism Group (CTG), yang mengelompokkan semua 28 negara Uni Eropa, Swiss dan Norwegia, untuk pertukaran informasi intelijennya.
MI5, didirikan pada 1909 untuk melawan spionase Jerman jelang Perang Dunia Pertama, bertugas melindungi keamanan nasional Inggris dan dengan demikian memimpin, bersama dengan polisi, dalam melawan serangan militan.
Selain ancaman dari ISIS, Parker menunjuk Rusia sebagai negara bermusuhan yang mencoba melakukan tindakan agresif dan merusak dengan dinas militer dan intelijennya.
Inggris menyalahkan Rusia atas serangan racun terhadap Sergei Skripal, mantan kolonel intelijen militer Rusia yang mengkhianati puluhan agen untuk layanan mata-mata asing MI6 Inggris, dan putrinya Yulia. Keduanya ditemukan tidak sadarkan diri di bangku di kota katedral Salisbury pada 4 Maret.
Inggris mengatakan Skripal diserang dengan zat saraf kelas militer dari kelompok racun Novichok, yang dikembangkan oleh Uni Soviet pada 1970-an dan 80-an.
Moskow membantah terlibat dalam penggunaan racun pertama yang diketahui dari zat saraf ofensif di tanah Eropa sejak Perang Dunia II, meskipun serangan itu memicu pengusiran terbesar negara-negara Barat terhadap diplomat Rusia sejak puncak Perang Dingin.
Parker menuduh Kremlin melanggar aturan internasional dan mengatakan serangan terhadap Skripal adalah contoh dari kegiatan merusak Rusia yang berisiko mengubah negara itu menjadi paria terisolasi.
Namun para pejabat Rusia mengatakan Inggris telah melakukan serangan itu untuk memicu histeria anti-Rusia.
Rusia, katanya, telah berusaha untuk menyebarkan tingkat disinformasi yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah serangan itu.
"Barat seharusnya menyinari kabut kebohongan, setengah kebenaran dan kebingungan yang mengalir keluar dari mesin propaganda Rusia," tukas Parker.
(ian)