Thermo Fisher Berhenti Jual Peralatan DNA di Tibet Terkait Dugaan Pelanggaran HAM

Senin, 08 Januari 2024 - 17:18 WIB
loading...
Thermo Fisher Berhenti...
Thermo Fisher berhenti menjual peralatan DNA di tibet terkait dugaan pelanggaran HAM oleh China. Foto/REUTERS
A A A
TIBET - Perusahaan bioteknologi Amerika Serikat (AS), Thermo Fisher, telah menghentikan penjualan alat identifikasi DNA-nya di Tibet. Itu dilakukan hampir lima tahun setelah perusahaan tersebut membuat komitmen serupa mengenai penjualan produknya di wilayah tetangga Xinjiang, China bagian barat.

Mengutip dari The Guardian pada Senin (8/1/2024), Thermo Fisher memutuskan menghentikan penjualan di Tibet setelah berbulan-bulan muncul keluhan dari kelompok hak asasi manusia (HAM) dan investor bahwa teknologi tersebut diduga digunakan dengan cara yang melanggar HAM.

Pihak perusahaan menyebut keputusan tersebut diambil pada pertengahan 2023, namun baru diumumkan kepada investor akhir bulan lalu.

Pakar HAM dan orang-orang terasing mengatakan adanya tingkat pengawasan luas di Tibet, salah satu wilayah yang dikontrol paling ketat di China. Orang asing tidak bisa berkunjung dengan bebas dan banyak warga Tibet yang diasingkan memiliki kontak terbatas dengan kerabat mereka di sana, sehingga sulit bagi informasi untuk menjangkau dunia luar.



Kondisinya serupa dengan yang terjadi di Xinjiang, di mana kelompok HAM mengatakan bahwa pihak berwenang sedang membangun database DNA untuk Muslim Uighur. Pihak berwenang membantah tuduhan tersebut.

Beijing khawatir akan separatisme di Xinjiang dan Tibet. Kelompok etnis dominan di kawasan tersebut menganut budaya dan kepercayaan yang berbeda dari mayoritas suku Han di China, dan hal ini dipandang dengan penuh kecurigaan oleh Partai Komunis China.

Pada 2022, The Intercept melaporkan bahwa polisi Tibet menandatangani kesepakatan untuk membeli peralatan profil DNA senilai lebih dari USD160.000 dari Thermo Fisher. Secara terpisah, Human Rights Watch (HRW) melaporkan bahwa pengumpulan DNA massal terjadi di seluruh Tibet, termasuk dari anak laki-laki berusia lima tahun.

Citizen Lab, sebuah lembaga penelitian di Universitas Toronto, memperkirakan antara 2016 hingga 2022, sepertiga penduduk Tibet memberikan sampel DNA kepada polisi.

Pengumpulan DNA


Di tahun 2019, Thermo Fisher mengatakan akan berhenti menjual perangkat DNA-nya di Xinjiang dengan alasan kode etiknya. Bulan lalu, The Guardian mengungkapkan bahwa makalah akademis yang diterbitkan pada 2019 yang mengevaluasi teknologi pengurutan genetik Thermo Fisher pada minoritas di Xinjiang telah ditarik kembali karena kekhawatiran bahwa sampel DNA tidak diperoleh dengan persetujuan yang tepat. Studi ini dilakukan oleh peneliti universitas, bukan ilmuwan Thermo Fisher sendiri.

Para pegiat mengatakan pengambilan sampel DNA di Tibet juga harus diteliti dengan cermat. Warga Tibet dipantau "terus-menerus”, kata Tenzin Rabga Tashi, aktivis Free Tibet, sebuah LSM yang berbasis di London. Dia mengatakan peralatan tersebut akan meningkatkan kemampuan pemerintah China untuk mengawasi penduduk lokal.

Menanggapi keputusan Thermo Fisher pada Kamis lalu, Global Times—sebuah tabloid media pemerintah China—melaporkan narasi bahwa pemerintah China mengumpulkan data DNA di Xizang (Tibet) untuk pengawasan muncul begitu saja. “Mengumpulkan data DNA di China telah menjadi pendekatan efektif bagi badan keamanan publik untuk melacak anak-anak yang hilang dan memerangi perdagangan manusia,” tulis Global Times.

Thermo Fisher mengatakan penjualannya di Tibet konsisten dengan penyelidikan forensik rutin di wilayah sebesar itu, dan bahwa teknologi identifikasi manusianya digunakan untuk aplikasi forensik yang penting, mulai dari melacak penjahat, hingga menghentikan perdagangan manusia dan membebaskan tersangka yang dijerat secara tidak adil. Mereka tidak merinci alasan penghentian penjualan ke Tibet.

Joshua Brockwell, direktur komunikasi investasi untuk Azzad Asset Management, mengatakan: "Sebagai investor yang berhati nurani, Azzad senang bahwa seruan kami kepada Thermo Fisher untuk membuat pilihan yang tepat dan membantu mengakhiri penindasan biometrik sebagai alat pengawasan otoriter China telah diperhatikan."

Modernisasi China


Yves Moreau, seorang profesor teknik di Universitas Leuven di Belgia, yang berfokus pada analisis DNA, mengatakan: "Penganiayaan terhadap orang Tibet dan penguasaan dataran tinggi Tibet bergantung pada sistem otoritarianisme digital berteknologi tinggi. Database DNA adalah sebuah bagian dari arsitektur pengawasan total. Dengan menjual produknya kepada keamanan publik Tibet, Thermo Fisher membantu dan bersekongkol dalam pelanggaran tersebut."

Bisnis Thermo Fisher di China mendapat sorotan khusus karena kepala eksekutif perusahaan, Marc Casper, juga mengetuai Dewan Bisnis AS-China. Pada November lalu, dia mengadakan jamuan makan malam senilai USD40.000 per meja untuk menyambut Presiden China Xi Jinping di San Francisco.

Saat makan malam, Casper mengatakan bahwa perusahaan seperti Thermo Fisher "telah berada di garis depan modernisasi China" dan mengutip fakta bahwa "sebagian besar" karyawan perusahaan tersebut berada di AS dan China.

“Peran Casper di dewan tersebut menghancurkan segala ketidaktahuan yang diklaim (Thermo Fisher), terutama setelah perusahaan tersebut menarik diri dari wilayah Uighur di tahun 2019," kata John Jones, kepala kampanye Free Tibet.

Pada 2022, Thermo Fisher menghasilkan pendapatan sebesar USD3,8 miliar di China, naik dari USD3,4 miliar pada tahun sebelumnya. China adalah pasar terbesar Thermo Fisher di luar AS.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Kanada Ingin Gabung...
Kanada Ingin Gabung Uni Eropa, Balas Dendam terhadap Trump?
Iran Siap Buat Program...
Iran Siap Buat Program Nuklirnya Lebih Transparan dengan Imbalan Pencabutan Sanksi
Trump Ingin Berunding...
Trump Ingin Berunding Langsung dengan Presiden China Xi Jinping
3 Fakta Kabar Perceraian...
3 Fakta Kabar Perceraian Barack Obama dan Michelle yang Mengejutkan, Benarkah Pisah?
Sentil China, Jenderal...
Sentil China, Jenderal AS Nyatakan Siap Melawan Agresi Asia
ATM Emas Ini Viral,...
ATM Emas Ini Viral, Perhiasan Dilebur dan Menghasilkan Uang dalam 30 Menit
Seorang Istri Sebar...
Seorang Istri Sebar Video Perselingkuhan Suami, tapi Digugat Sang Wanita Simpanan
Ngeri! China Ledakkan...
Ngeri! China Ledakkan Bom Hidrogen Non Nuklir Pertama di Dunia
Terungkap! Menhan AS...
Terungkap! Menhan AS Hegseth Bagikan Informasi Rahasia Serang Yaman ke Istri dan Kakak
Rekomendasi
Mana Penulisan yang...
Mana Penulisan yang Benar Menurut KBBI, Kasatmata atau Kasat Mata?
Tiru Prabowo, Wali Kota...
Tiru Prabowo, Wali Kota Jambi Akan Gelar Retreat Ketua RT Hasil Pilkate Serentak
Fantastis, Transaksi...
Fantastis, Transaksi Aliran Dana Kasus Dugaan Korupsi selama 2024 Capai Rp984 Triliun
Berita Terkini
Bos Intel Israel: Netanyahu...
Bos Intel Israel: Netanyahu Perintahkan Dinas Keamanan Memata-matai Demonstran
27 menit yang lalu
Israel Bagikan Ucapan...
Israel Bagikan Ucapan Belasungkawa atas Wafatnya Paus Fransiskus, Lalu Menghapusnya
1 jam yang lalu
Kanada Ingin Gabung...
Kanada Ingin Gabung Uni Eropa, Balas Dendam terhadap Trump?
1 jam yang lalu
Paus Fransiskus akan...
Paus Fransiskus akan Dimakamkan pada Hari Sabtu 26 April
2 jam yang lalu
Kelompok Bersenjata...
Kelompok Bersenjata Tembaki Turis di Kashmir yang Dikelola India, 28 Orang Tewas
3 jam yang lalu
Iran Siap Buat Program...
Iran Siap Buat Program Nuklirnya Lebih Transparan dengan Imbalan Pencabutan Sanksi
12 jam yang lalu
Infografis
Uni Eropa Beri 4 Sanksi...
Uni Eropa Beri 4 Sanksi ke Rusia Terkait Perang di Ukraina
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved