Komandan Nuklir: Rudal Jelajah Baru AS Bukan Chip Tawar Rusia
A
A
A
WASHINGTON - Komandan nuklir Pentagon menyatakan Amerika Serikat (AS) memang sedang mengembangkan rudal jelajah rudal baru yang akan diluncurkan dari laut. Namun, senjata masa depan itu diklaim bukan chip tawar-menawar untuk Rusia.
Kendati demikian, bahasa dalam doktrin nuklir pemerintah Trump baru-baru ini jelas menyatakan bahwa AS dapat melepaskan senjata terbarunya jika Rusia berulah.
"Saya tidak suka istilah 'tawar-menawar'. Kemampuan yang kami usulkan dalam Tinjauan Postur Nuklir (Nuclear Posture Review) adalah sebagai tanggapan terhadap ancaman," kata Jenderal John Hyten, komandan Komando Strategis AS yang bertanggung jawab atas persenjataan nuklir Pentagon, kepada anggota Senat pada hari Selasa.
"Jika ancaman itu berubah, maka saran militer saya akan berubah. Tetapi jika ancaman itu tidak berubah, maka saran saya akan mengatakan bahwa kami memerlukan kemampuan tersebut untuk menanggapi ancaman tersebut," ujar Hyten dalam paparannya di depan Komite Angkatan Bersenjata Senat AS.
Dia menggambarkan ancaman tersebut sebagai doktrin Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyatakan bahwa mereka menggunakan senjata nuklir dalam peperangan konvensional untuk menang. Menurutnya, doktrin Putin itu pernah disampaikan pada tahun 2000.
"Jika Rusia kembali mematuhi kewajiban pengendalian senjata, mengurangi arsenal nuklir non-strategisnya, dan memperbaiki perilaku destabilisasi lainnya, Amerika Serikat dapat mempertimbangkan kembali pengejaran SLCM (Sea-Launched Cruise Missile)," bunyi doktrin nuklir AS.
Jenderal Hyten enggan bicara dengan bahasa diplomatik dengan alasan dia bukan politisi.
"Saya bukan diplomat. Saya bukan politisi. Diplomat perlu mengatasi masalah itu dengan lawan-lawan kami," ujar Hyten, seperti dikutip Washington Examiner, Rabu (21/3/2018).
"Saya harap mereka melakukannya, tapi pekerjaan saya sebagai perwira militer adalah melihat ancaman, memahami ancaman tersebut, dan mengusulkan kemampuan kepada badan ini untuk dikirim ke militer sehingga kita dapat menanggapi ancaman yang ada," katanya.
Hyten menolak menentukan kapan rudal jelajah masa depan yang diluncurkan dari laut akan dioperasikan tentara AS.
Kendati demikian, bahasa dalam doktrin nuklir pemerintah Trump baru-baru ini jelas menyatakan bahwa AS dapat melepaskan senjata terbarunya jika Rusia berulah.
"Saya tidak suka istilah 'tawar-menawar'. Kemampuan yang kami usulkan dalam Tinjauan Postur Nuklir (Nuclear Posture Review) adalah sebagai tanggapan terhadap ancaman," kata Jenderal John Hyten, komandan Komando Strategis AS yang bertanggung jawab atas persenjataan nuklir Pentagon, kepada anggota Senat pada hari Selasa.
"Jika ancaman itu berubah, maka saran militer saya akan berubah. Tetapi jika ancaman itu tidak berubah, maka saran saya akan mengatakan bahwa kami memerlukan kemampuan tersebut untuk menanggapi ancaman tersebut," ujar Hyten dalam paparannya di depan Komite Angkatan Bersenjata Senat AS.
Dia menggambarkan ancaman tersebut sebagai doktrin Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyatakan bahwa mereka menggunakan senjata nuklir dalam peperangan konvensional untuk menang. Menurutnya, doktrin Putin itu pernah disampaikan pada tahun 2000.
"Jika Rusia kembali mematuhi kewajiban pengendalian senjata, mengurangi arsenal nuklir non-strategisnya, dan memperbaiki perilaku destabilisasi lainnya, Amerika Serikat dapat mempertimbangkan kembali pengejaran SLCM (Sea-Launched Cruise Missile)," bunyi doktrin nuklir AS.
Jenderal Hyten enggan bicara dengan bahasa diplomatik dengan alasan dia bukan politisi.
"Saya bukan diplomat. Saya bukan politisi. Diplomat perlu mengatasi masalah itu dengan lawan-lawan kami," ujar Hyten, seperti dikutip Washington Examiner, Rabu (21/3/2018).
"Saya harap mereka melakukannya, tapi pekerjaan saya sebagai perwira militer adalah melihat ancaman, memahami ancaman tersebut, dan mengusulkan kemampuan kepada badan ini untuk dikirim ke militer sehingga kita dapat menanggapi ancaman yang ada," katanya.
Hyten menolak menentukan kapan rudal jelajah masa depan yang diluncurkan dari laut akan dioperasikan tentara AS.
(mas)