Tak Mampu Kalahkan Hamas, Israel Intensifkan Serangan Udara dan Artileri
loading...
A
A
A
Setiap eskalasi baru membawa risiko perang regional yang lebih besar. Pasukan AS telah diserang oleh kelompok militan yang didukung Iran di Suriah, Irak, dan Lebanon.
Perang Gaza dipicu oleh serangan mendadak Hamas terhadap kota-kota Israel pada 7 Oktober yang menurut Israel menewaskan 1.200 orang. Otoritas kesehatan Palestina di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan serangan Israel di sana telah menewaskan lebih dari 21.978 orang.
“Keinginan saya di tahun 2024 adalah untuk tidak mati… Masa kecil kami telah hilang. Tidak ada kamar mandi, tidak ada makanan dan tidak ada air. Hanya tenda,” kata Layan Harara, 11 tahun, di Rafah Gaza. Di kebun binatang kota, orang-orang berkemah di antara kandang yang menampung hewan-hewan kelaparan.
Hamas menyandera 240 sandera pada 7 Oktober dan Israel yakin 129 sandera masih ditahan di Gaza setelah beberapa dibebaskan dalam gencatan senjata singkat dan lainnya tewas dalam serangan udara dan upaya penyelamatan atau pelarian.
Qatar dan Mesir sedang berusaha untuk menegosiasikan gencatan senjata baru dan kesepakatan penyanderaan.
“Infrastruktur Hamas dihancurkan dan kemampuan pemerintahannya digulingkan, perang tidak akan berakhir,” kata Avi Dichter, anggota kabinet keamanan Israel, kepada Kan Radio.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Sabtu bahwa negaranya harus mengambil kembali kendali atas perbatasan Gaza dengan Mesir, sebuah wilayah yang sekarang dipenuhi warga sipil yang melarikan diri dari pembantaian di wilayah kantong lainnya.
Perebutan kembali perbatasan tersebut juga bisa menjadi sebuah kemunduran de facto dari penarikan Israel dari Gaza pada tahun 2005, sehingga menimbulkan pertanyaan baru mengenai masa depan wilayah tersebut dan prospek terbentuknya negara Palestina.
Washington mengatakan Israel harus mengizinkan pemerintah Palestina mengendalikan Gaza ketika konflik selesai.
Perang Gaza dipicu oleh serangan mendadak Hamas terhadap kota-kota Israel pada 7 Oktober yang menurut Israel menewaskan 1.200 orang. Otoritas kesehatan Palestina di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan serangan Israel di sana telah menewaskan lebih dari 21.978 orang.
“Keinginan saya di tahun 2024 adalah untuk tidak mati… Masa kecil kami telah hilang. Tidak ada kamar mandi, tidak ada makanan dan tidak ada air. Hanya tenda,” kata Layan Harara, 11 tahun, di Rafah Gaza. Di kebun binatang kota, orang-orang berkemah di antara kandang yang menampung hewan-hewan kelaparan.
Hamas menyandera 240 sandera pada 7 Oktober dan Israel yakin 129 sandera masih ditahan di Gaza setelah beberapa dibebaskan dalam gencatan senjata singkat dan lainnya tewas dalam serangan udara dan upaya penyelamatan atau pelarian.
Qatar dan Mesir sedang berusaha untuk menegosiasikan gencatan senjata baru dan kesepakatan penyanderaan.
“Infrastruktur Hamas dihancurkan dan kemampuan pemerintahannya digulingkan, perang tidak akan berakhir,” kata Avi Dichter, anggota kabinet keamanan Israel, kepada Kan Radio.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Sabtu bahwa negaranya harus mengambil kembali kendali atas perbatasan Gaza dengan Mesir, sebuah wilayah yang sekarang dipenuhi warga sipil yang melarikan diri dari pembantaian di wilayah kantong lainnya.
Perebutan kembali perbatasan tersebut juga bisa menjadi sebuah kemunduran de facto dari penarikan Israel dari Gaza pada tahun 2005, sehingga menimbulkan pertanyaan baru mengenai masa depan wilayah tersebut dan prospek terbentuknya negara Palestina.
Washington mengatakan Israel harus mengizinkan pemerintah Palestina mengendalikan Gaza ketika konflik selesai.