Mirip Jong-nam, Pengkhianat Rusia Diracun dengan Zat Saraf

Kamis, 08 Maret 2018 - 09:32 WIB
Mirip Jong-nam, Pengkhianat...
Mirip Jong-nam, Pengkhianat Rusia Diracun dengan Zat Saraf
A A A
LONDON - Pihak kepolisian Inggris mengatakan bahwa mantan mata-mata Rusia, Sergei Skripal, diracun dengan menggunakan zat saraf. Skripal dan putrinya ditemukan tidak berdaya di sebuah pusat perbelanjaan di Salisbury beberapa hari lalu.

Kepala Kontra Terorisme Kepolisian Inggris, Mark Rowley mengaku ia tidak dapat mengkonfirmasi zat apa yang digunakan untuk mencoba dan membunuh agen ganda Rusia itu.

"Kasus ini dimasukkan dalam kategori insiden besar yang melibatkan percobaan pembunuhan, dengan menggunakan zat saraf," katanya

"Setelah memastikan zat saraf adalah penyebab gejalannya, saya juga memastikan bahwa kami percaya bahwa kedua orang yang tiba-tiba sakit itu ditargetkan secara khusus," imbuhnya seperti dikutip dari IB Times, Kamis (8/3/2018).

Rowley juga mengungkapkan bahwa seorang perwira polisi yang merupakan orang pertama di lokasi kejadian berada dalam kondisi sangat serius.

"Seorang petugas polisi juga tetap berada di rumah sakit dalam kondisi serius," ujarnya.

Rowley mengatakan bahwa tidak ada bukti adanya risiko kesehatan yang meluas ke masyarakat. Meski begitu, ia meminta masyarakat yang berada di daerah tersebut dan merasa tidak sehat diminta untuk menghubungi dokter.

Polisi juga ingin mendengar keterangan dari siapa saja yang makan di restoran Zizzi atau minum di pub The Bishop's Mill pada malam Skripal dan putrinya ditemukan.

Zat saraf adalah bahan kimia beracun yang dapat digunakan untuk menghentikan sistem saraf yang mematikan fungsi tubuh sehingga menyebabkan kejang yang dapat menyebabkan kematian.

Insiden ini mengingatkan pada kasus tewasnya saudara tiri pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, Kim Jong-nam, di Malaysia tahun lalu. Jong-nam diketahui tewas setelah terpapar zat kimia VX yang dikategorikan sebagai senjata pemusnah massal.

Jauh sebelumnya, mantan mata-mata Rusia Alexander Litvinenko juga meninggal setelah diracun dengan polonium radioaktif di London pada tahun 2006. Sebuah penyelidikan publik menyimpulkan bahwa pembunuhannya mungkin dilakukan dengan persetujuan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Skripal pernah menjadi perwira intelijen militer di Rusia. Namun ia membelot dan memberikan informasi kepada MI6, sebelum dibebaskan dalam pertukaran mata-mata dengan Rusia.

Kremlin telah menyatakan bahwa mereka tidak memiliki informasi mengenai insiden tersebut dan akan bekerja sama dengan polisi Inggris jika diminta.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1160 seconds (0.1#10.140)