Israel Bunuh 8.800 Anak-anak Palestina dalam 82 Hari
loading...
A
A
A
GAZA - Israel telah membunuh 8.800 anak-anak dan 6.300 wanita Palestina sejak serangan di Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023.
Data terbaru itu diungkap kantor media Gaza pada Rabu, Anadolu Agency melaporkan.
“Jumlah warga Palestina terbunuh yang dibawa ke rumah sakit di Jalur Gaza sejak awal perang telah mencapai 21.110 orang,” ungkap laporan itu.
“Selama 82 hari perang genosida yang komprehensif, tentara Israel melakukan 1.779 pembantaian, mengakibatkan 28.110 orang menjadi martir dan orang hilang,” papar laporan itu.
Sementara itu, wabah penyakit mengancam jutaan pengungsi Palestina di penjuru Jalur Gaza.
Reem Abu Daqqa dan keluarganya telah berlindung di Rumah Sakit Eropa di Gaza selatan selama lebih dari dua bulan untuk menghindari pemboman Israel.
Seperti 85% dari 2,4 juta penduduk Gaza yang terpaksa mengungsi sejak perang Israel di Gaza, Abu Daqqa tidak punya tempat lain untuk pergi.
Pria berusia 45 tahun itu adalah penduduk kota Abasan Al Kabira, sebelah timur Khan Younis, kota di selatan yang menjadi pusat pertempuran perkotaan terbaru antara pasukan Israel dan kelompok pejuang Palestina.
Dengan serangan udara Israel yang sedang berlangsung di daerah permukiman, banyak anggota keluarganya terluka.
Mereka terpaksa terpecah menjadi dua kelompok, ada yang mengungsi di Rumah Sakit Nasser, ada pula yang berakhir di Rumah Sakit Eropa.
Berbicara kepada Middle East Eye, Abu Daqqa menggambarkan akomodasi darurat di dalam lingkungan rumah sakit.
“Kami tidak mempunyai pilihan lain selain mendirikan tenda yang terbuat dari nilon dan penutup tempat tidur pasien,” ujar dia.
Dia menambahkan, tempat yang penuh sesak ini juga dirusak oleh tidak adanya pasokan air yang terus menerus, sehingga menghambat kemampuan mereka menjaga kebersihan, yang berujung pada penyebaran penyakit mematikan.
“Api yang dinyalakan menggunakan kain dan sepatu, memperburuk polusi dan bahaya kesehatan,” ungkap dia.
Abu Daqqa menambahkan, anak-anak sangat rentan, dimana kasus gastroenteritis muncul karena lingkungan yang tercemar.
Air yang tidak mencukupi untuk mandi dan waktu tunggu yang lama untuk mengakses kamar mandi – terkadang hingga satu jam, menambah penderitaan mereka.
Pada Rabu, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan jumlah korban tewas akibat operasi Israel telah melampaui 21.000 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Herzi Halevi, panglima angkatan bersenjata Israel, pada Selasa (26/12/2023) mengatakan permusuhan akan berlanjut selama “berbulan-bulan lagi”.
Lebih dari 1,9 juta warga Palestina telah menjadi pengungsi sejak awal serangan Gaza, menurut perkiraan PBB.
Hanya sejumlah kecil bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza sejak awal perang karena Israel telah memberlakukan blokade total terhadap jalur tersebut, termasuk memutus pasokan air dan listrik, yang menyebabkan kekurangan air, bahan bakar, makanan, dan obat-obatan.
Lihat Juga: Eks Menhan Israel Yoav Gallant akan Pergi ke AS Meski Ada Surat Perintah Penangkapan ICC
Data terbaru itu diungkap kantor media Gaza pada Rabu, Anadolu Agency melaporkan.
“Jumlah warga Palestina terbunuh yang dibawa ke rumah sakit di Jalur Gaza sejak awal perang telah mencapai 21.110 orang,” ungkap laporan itu.
“Selama 82 hari perang genosida yang komprehensif, tentara Israel melakukan 1.779 pembantaian, mengakibatkan 28.110 orang menjadi martir dan orang hilang,” papar laporan itu.
Sementara itu, wabah penyakit mengancam jutaan pengungsi Palestina di penjuru Jalur Gaza.
Reem Abu Daqqa dan keluarganya telah berlindung di Rumah Sakit Eropa di Gaza selatan selama lebih dari dua bulan untuk menghindari pemboman Israel.
Seperti 85% dari 2,4 juta penduduk Gaza yang terpaksa mengungsi sejak perang Israel di Gaza, Abu Daqqa tidak punya tempat lain untuk pergi.
Pria berusia 45 tahun itu adalah penduduk kota Abasan Al Kabira, sebelah timur Khan Younis, kota di selatan yang menjadi pusat pertempuran perkotaan terbaru antara pasukan Israel dan kelompok pejuang Palestina.
Dengan serangan udara Israel yang sedang berlangsung di daerah permukiman, banyak anggota keluarganya terluka.
Mereka terpaksa terpecah menjadi dua kelompok, ada yang mengungsi di Rumah Sakit Nasser, ada pula yang berakhir di Rumah Sakit Eropa.
Berbicara kepada Middle East Eye, Abu Daqqa menggambarkan akomodasi darurat di dalam lingkungan rumah sakit.
“Kami tidak mempunyai pilihan lain selain mendirikan tenda yang terbuat dari nilon dan penutup tempat tidur pasien,” ujar dia.
Dia menambahkan, tempat yang penuh sesak ini juga dirusak oleh tidak adanya pasokan air yang terus menerus, sehingga menghambat kemampuan mereka menjaga kebersihan, yang berujung pada penyebaran penyakit mematikan.
“Api yang dinyalakan menggunakan kain dan sepatu, memperburuk polusi dan bahaya kesehatan,” ungkap dia.
Abu Daqqa menambahkan, anak-anak sangat rentan, dimana kasus gastroenteritis muncul karena lingkungan yang tercemar.
Air yang tidak mencukupi untuk mandi dan waktu tunggu yang lama untuk mengakses kamar mandi – terkadang hingga satu jam, menambah penderitaan mereka.
Pada Rabu, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan jumlah korban tewas akibat operasi Israel telah melampaui 21.000 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Herzi Halevi, panglima angkatan bersenjata Israel, pada Selasa (26/12/2023) mengatakan permusuhan akan berlanjut selama “berbulan-bulan lagi”.
Lebih dari 1,9 juta warga Palestina telah menjadi pengungsi sejak awal serangan Gaza, menurut perkiraan PBB.
Hanya sejumlah kecil bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza sejak awal perang karena Israel telah memberlakukan blokade total terhadap jalur tersebut, termasuk memutus pasokan air dan listrik, yang menyebabkan kekurangan air, bahan bakar, makanan, dan obat-obatan.
Lihat Juga: Eks Menhan Israel Yoav Gallant akan Pergi ke AS Meski Ada Surat Perintah Penangkapan ICC
(sya)