Bos Hamas Desak Negara Islam Bersenjata Nuklir untuk Mengancam Israel
loading...
A
A
A
ISLAMABAD - Pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh mendesak Pakistan, negara Islam yang bersenjata nuklir, untuk mengancam Israel. Menurutnya, sikap tegas Pakistan akan mengakhiri perang di Gaza, Palestina.
Desakan itu disampaikan dalam konferensi cendekiawan Islam yang menghadirkan para petinggi Hamas di Ibu Kota Pakistan, Islamabad, pada pekan lalu.
Menurut laporan Middle East Media Research Institute (MEMRI) yang dikutip AP, Senin (18/12/2023), konferensi yang bertajuk "Kesucian Masjid al-Aqsa dan Tanggung Jawab Umat Islam" tersebut diselenggarakan oleh Majelis Persatuan Umat Pakistan, sebuah jaringan organisasi keagamaan Islam setempat.
Ismail Haniyeh, salah satu bos Hamas yang diburu militer dan intelijen Israel, menjadi salah satu pembicara utama dalam konferensi tersebut.
Dia mendesak Pakistan untuk memainkan peran yang lebih kuat dalam konflik Israel-Hamas.
“Pakistan adalah negara yang kuat. Jika Pakistan mengancam Israel, maka perang bisa berhenti,” kata Haniyeh.
“Kami punya banyak harapan dari Pakistan. Pakistan bisa memaksa Israel mundur," katanya lagi.
“Dalam perang ini, 20.000 anak-anak, perempuan, dan laki-laki kami telah menjadi martir,” ujar Haniyeh, berbeda dengan angka yang dikeluarkan otoritas kesehatan Gaza yang menyebut lebih dari 18.000 warga Palestina tewas akibat invasi brutal Israel sejak 7 Oktober.
“Saat ini kami sedang menghancurkan senjata paling modern Israel. Kami berharap kami akan berhasil.”
Konferensi tersebut juga dihadiri oleh pemimpin Hamas Naji Zuhair, yang telah berada di Pakistan dalam beberapa pekan terakhir.
Para peserta konferensi mengakui Hamas sebagai "kekuatan politik" yang melancarkan "jihad defensif".
Perang pecah di Gaza setelah Hamas meluncurkan serangan besar ke Israel selatan pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan 240 lainnya disandera.
Hamas mengatakan tidak akan ada lagi sandera yang dibebaskan sampai perang berakhir dan sebagai imbalannya mereka akan menuntut pembebasan sejumlah besar tahanan Palestina, termasuk para militan terkemuka.
Desakan itu disampaikan dalam konferensi cendekiawan Islam yang menghadirkan para petinggi Hamas di Ibu Kota Pakistan, Islamabad, pada pekan lalu.
Menurut laporan Middle East Media Research Institute (MEMRI) yang dikutip AP, Senin (18/12/2023), konferensi yang bertajuk "Kesucian Masjid al-Aqsa dan Tanggung Jawab Umat Islam" tersebut diselenggarakan oleh Majelis Persatuan Umat Pakistan, sebuah jaringan organisasi keagamaan Islam setempat.
Ismail Haniyeh, salah satu bos Hamas yang diburu militer dan intelijen Israel, menjadi salah satu pembicara utama dalam konferensi tersebut.
Dia mendesak Pakistan untuk memainkan peran yang lebih kuat dalam konflik Israel-Hamas.
“Pakistan adalah negara yang kuat. Jika Pakistan mengancam Israel, maka perang bisa berhenti,” kata Haniyeh.
“Kami punya banyak harapan dari Pakistan. Pakistan bisa memaksa Israel mundur," katanya lagi.
“Dalam perang ini, 20.000 anak-anak, perempuan, dan laki-laki kami telah menjadi martir,” ujar Haniyeh, berbeda dengan angka yang dikeluarkan otoritas kesehatan Gaza yang menyebut lebih dari 18.000 warga Palestina tewas akibat invasi brutal Israel sejak 7 Oktober.
“Saat ini kami sedang menghancurkan senjata paling modern Israel. Kami berharap kami akan berhasil.”
Konferensi tersebut juga dihadiri oleh pemimpin Hamas Naji Zuhair, yang telah berada di Pakistan dalam beberapa pekan terakhir.
Para peserta konferensi mengakui Hamas sebagai "kekuatan politik" yang melancarkan "jihad defensif".
Perang pecah di Gaza setelah Hamas meluncurkan serangan besar ke Israel selatan pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan 240 lainnya disandera.
Hamas mengatakan tidak akan ada lagi sandera yang dibebaskan sampai perang berakhir dan sebagai imbalannya mereka akan menuntut pembebasan sejumlah besar tahanan Palestina, termasuk para militan terkemuka.
(mas)