Lavrov: Perdamaian di Timur Tengah Hanya Dapat Dicapai dengan Terbentuknya Negara Palestina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Perdamaian berkelanjutan di Timur Tengah hanya dapat dicapai setelah terbentuknya negara Palestina secara penuh. Hal itu dikatakan oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov, seraya menambahkan bahwa Moskow juga mendukung hak keamanan Israel.
Berbicara pada hari Rabu di Dewan Federasi, majelis tinggi parlemen Rusia, Lavrov menekankan bahwa Moskow melakukan segala yang bisa dilakukan untuk menghentikan permusuhan yang telah berkecamuk antara Israel dan gerakan bersenjata Palestina Hamas sejak awal Oktober.
Namun, Lavrov mencatat bahwa Rusia tidak akan menyetujui kesepakatan pemukiman Timur Tengah yang melanggar keamanan Israel dan tidak melibatkan pembentukan negara Palestina.
"Krisis di kawasan ini hanya dapat diselesaikan jika Palestina bersatu dan mandiri tercipta sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB," ujarnya.
"Ini berarti Palestina harus memiliki perbatasan yang serupa dengan perbatasan tahun 1967 dan hidup berdampingan dengan Israel dalam perdamaian, keamanan, dan hubungan bertetangga yang baik,” kata Lavrov seperti dikutip dari RT, Kamis (14/12/2023).
Namun diplomat top Rusia tersebut mengakui bahwa prospek tersebut masih sangat jauh, sambil berargumentasi bahwa Israel dan Barat menentang solusi yang masuk akal. Menurut Lavrov, AS saat ini sedang mempertimbangkan skema untuk menyelesaikan masalah Palestina dengan menciptakan semacam protektorat.
Hal ini bisa dilakukan di bawah kepemimpinan negara-negara Arab yang tidak membutuhkan hal tersebut, atau di bawah naungan PBB yang menurut Lavrov enggan bertindak sementara situasi di lapangan masih belum jelas dan Israel bersikeras untuk menghancurkan Hamas.
"Jelaslah bahwa Washington – sendiri atau bersama sekutunya – tidak dapat secara diam-diam menyusun konsep Negara Palestina yang berkelanjutan dan dapat dijalankan,” tambah Lavrov.
“Bahkan jika mereka berhasil menemukan sesuatu, hal itu tidak akan bertahan lama, dan tidak akan membawa perdamaian dan kemakmuran bagi Palestina atau Israel,” imbuhnya.
Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, dan pertempuran berikutnya mengakibatkan kematian lebih dari 1.200 warga Israel dan 18.000 warga Palestina. Rusia mengecam gerakan militan Palestina, namun juga menyuarakan keprihatinan serius mengenai respons Israel dan dampak buruknya terhadap penduduk sipil di Gaza.
Berbicara pada hari Rabu di Dewan Federasi, majelis tinggi parlemen Rusia, Lavrov menekankan bahwa Moskow melakukan segala yang bisa dilakukan untuk menghentikan permusuhan yang telah berkecamuk antara Israel dan gerakan bersenjata Palestina Hamas sejak awal Oktober.
Namun, Lavrov mencatat bahwa Rusia tidak akan menyetujui kesepakatan pemukiman Timur Tengah yang melanggar keamanan Israel dan tidak melibatkan pembentukan negara Palestina.
"Krisis di kawasan ini hanya dapat diselesaikan jika Palestina bersatu dan mandiri tercipta sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB," ujarnya.
"Ini berarti Palestina harus memiliki perbatasan yang serupa dengan perbatasan tahun 1967 dan hidup berdampingan dengan Israel dalam perdamaian, keamanan, dan hubungan bertetangga yang baik,” kata Lavrov seperti dikutip dari RT, Kamis (14/12/2023).
Namun diplomat top Rusia tersebut mengakui bahwa prospek tersebut masih sangat jauh, sambil berargumentasi bahwa Israel dan Barat menentang solusi yang masuk akal. Menurut Lavrov, AS saat ini sedang mempertimbangkan skema untuk menyelesaikan masalah Palestina dengan menciptakan semacam protektorat.
Hal ini bisa dilakukan di bawah kepemimpinan negara-negara Arab yang tidak membutuhkan hal tersebut, atau di bawah naungan PBB yang menurut Lavrov enggan bertindak sementara situasi di lapangan masih belum jelas dan Israel bersikeras untuk menghancurkan Hamas.
"Jelaslah bahwa Washington – sendiri atau bersama sekutunya – tidak dapat secara diam-diam menyusun konsep Negara Palestina yang berkelanjutan dan dapat dijalankan,” tambah Lavrov.
“Bahkan jika mereka berhasil menemukan sesuatu, hal itu tidak akan bertahan lama, dan tidak akan membawa perdamaian dan kemakmuran bagi Palestina atau Israel,” imbuhnya.
Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober, dan pertempuran berikutnya mengakibatkan kematian lebih dari 1.200 warga Israel dan 18.000 warga Palestina. Rusia mengecam gerakan militan Palestina, namun juga menyuarakan keprihatinan serius mengenai respons Israel dan dampak buruknya terhadap penduduk sipil di Gaza.
(ian)