Monako Kucurkan Rp30,8 Triliun untuk Reklamasi

Sabtu, 06 Januari 2018 - 13:47 WIB
Monako Kucurkan Rp30,8 Triliun untuk Reklamasi
Monako Kucurkan Rp30,8 Triliun untuk Reklamasi
A A A
MONAKO - Monako mungkin menjadi negara terkecil kedua di dunia. Namun Monako juga menjadi salah satu negara terkaya. Hampir 1/3 penduduknya adalah jutawan.

Pajak pendapatan dihapus pada 1869. Sebesar 70% penduduk Monako berasal dari luar negeri, sedangkan 10.000 warganya merupakan suku asli. Negeri dengan total penduduk sebanyak 38.000 itu lebih kecil dari Singapura atau bahkan Central Park New York, Amerika Serikat (AS). Sebanyak 40.000 pekerja dari Prancis dan Italia yang datang tiap hari membuat Monako kian padat.

Dengan bertambahnya jumlah penduduk, Monako melakukan reklamasi. Sejak abad ke- 19 itu, wilayah Monako bertambah sekitar 100 hektare atau 20%. Saat ini Monako menjalankan proyek serupa senilai USD2,3 miliar (Rp30,8 triliun) untuk memperluas garis pantai sepanjang 15 hektare menuju Laut Mediterania. Jika berlangsung mulus dan selesai pada 2025, distrik baru, Portier Cove, dekat Monte Carlo Casino yang pernah tayang dalam tiga film James Bond akan mampu menampung 1.000 penduduk di dalam vila dan apartemen yang mewah.

Ruang publik tambahan akan meliputi bukit, taman pemandangan, seafront, dan marina. Pemerintah Monako akan berperan untuk mengawasi megaproyek itu, sedangkan penyedia layanan keuangan swasta akan membiayai biaya konstruksi dan mengambil keuntungan dari penjualan real estat. "Revenue dari penjualan itu akan lebih dari USD4,1 miliar," ujar Jean-Luc Nguyen, kepala proyek ekstensi urban.

Seperti dilansir CNN, Monako merupakan salah satu negara yang paling banyak diminati untuk dihuni di dunia. Secara konsisten, Monako juga menjadi tempat paling mahal untuk membeli properti. Menurut Knight Frank 2017 Welath Report, dengan uang USD1 juta, kita hanya bisa mendapatkan tanah seluas 17 meter persegi. Padahal, di New York, uang sebesar itu bisa membeli tanah seluas 26 meter persegi, sedangkan di London 30 meter persegi.

Karena itu orang yang membeli rumah di Monako merupakan orang yang benar-benar tajir atau populer seperti pembalap Formula One Lewis Hamilton dan petenis Novak Djokovic. Portier Cove dirancang untuk menampilkan pemandangan pesisir. "Dengan demikian, kami mencoba merancang arsiteknya berbentuk melengkung sehingga tidak menjadi penghalang bagi arus laut yang mengoksidasi laut," kata Denis Valode dari Valode & Pistre, bagian dari tim arsitek yang menggarap Portier Cove.

Meski demikian pembangunan hingga ke laut sangat rumit, sulit, dan berpotensi merusak habitat yang ada di sana. Namun para pemain utama yang terlibat dalam proyek eko-distrik ini langsung menjadikan lingkungan sebagai bagian dari prinsip mereka. "Perlindungan-lingkungan dan sustainable adalah target utama kami," sebutnya.

Sebelum konstruksi dimulai, spesies tumbuhan lindung yang hidup di area proyek konstruksi direlokasi ke tempat suaka laut terdekat. Layar kapal selam khusus juga dipasang untuk memisahkan situs dan meminimalkan dampak buruk. Berdasarkan Bouygues Travaux Publics, proyek ini dipimpin perusahaan asal Prancis. Kualitas air diawasi tim independen pakar ilmu pengetahuan.

Untuk mengompensasi kematian tak terhindarkan habitat alam, Bouygues berencana memasang variasi habitat artifisial dalam koridor ekologi vertikal dan horizontal. Ini yang membedakan eko-distrik Monako dari proyek reklamasi laut lainnya. "Kami tidak pernah melihat proyek lain dengan refleksi lingkungan seperti ini," kata Nguyen.

Saat ini Bouygues sedang mengeruk lumpur dari area sekitar untuk menutup dasar laut yang berbatu. Fondasi kemudian akan diisi batu galian untuk menopang tembok laut yang terdiri dari 18 bilik beton yang disebut caisson. Satu caisson tingginya 26 meter dan beratnya 10.000 ton. Setelah sabuk pelindung diamankan, langkah terakhir yang akan dilakukan ialah menimbun pasir laut dari utara Sicily. Pembangunan infrastruktur dan platformnya direncanakan selesai pada 2020.

Namun keseluruhan Distrik Protier Cove akan dibuka pada 2025. Meski bersifat artifisial, Valode berencana menanam pohon pinus tinggi dan vegetasi asli lainnya untuk memberikan kesan bahwa bangunan itu berada di tengah lingkungan alami. Balkoni yang besar akan menjadi tempat yang teduh selama musim panas dan membantu memulihkan suhu hangat selama musim dingin.

Sebanyak 40% energi yang digunakan bersumber dari tenaga surya dan pendingin atau pemanas bangunan berasal dari air laut. Setiap apartemen akan terbentang hingga 400 meter persegi, sedangkan rumah 1.000 meter persegi. "Proyek ini sangat kontemporer, tapi akarnya ditarik dari konteks sejarah," kata Valode.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3651 seconds (0.1#10.140)