Profil Tedros Adhanom Ghebreyesus, Dirjen WHO yang Peringatkan Krisis Kesehatan Gaza
loading...
A
A
A
JENEWA - Direktur Jenderal (Dirjen) Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus, menegaskan jika layanan kesehatan di Gaza di tengah gempuran Israel sangat tidak memadai.
Pasalnya rumah sakit di Gaza saat ini bisa menampung pasien dengan jumlah 3 kali lipat dari kapasitasnya. Sehingga banyak pasien yang tidak tertangani dengan baik akibat banyaknya korban yang berjatuhan.
Tak hanya itu, Tedros juga menyerukan untuk menerapkan gencatan senjata untuk meminimalisir jatuhnya korban. Lantas bagaimana sosok Tedros Adhanom Ghebreyesus? Berikut ulasan profilnya.
Dikutip dari laman resmi World Health Organization (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus lahir di kota Asmara, Eritrea, negara yang terletak di bagian timur laut Afrika.
Dalam riwayat pendidikannya, Tedros Adhanom Ghebreyesus meraih gelar Sarjana Biologi dari Universitas Asmara sebelum melanjutkan studi untuk gelar Master of Science (MSc) di bidang Imunologi Penyakit Menular di University of London.
Setelah itu, dia memperoleh gelar Doktor Filsafat (PhD) dalam Kesehatan Masyarakat dari Universitas Nottingham serta menerima Beasiswa Kehormatan dari London School of Hygiene and Tropical Medicine.
Setelah menyelesaikan studinya dia kembali ke Ethiopia untuk mendukung layanan kesehatan. Awalnya, dia bekerja sebagai ahli malaria di lapangan sebelum mengepalai layanan kesehatan regional.
Kemudian Tedros juga memegang posisi penting di pemerintahan federal Ethiopia selama lebih dari satu dekade sebagai Menteri Kesehatan dan Menteri Urusan Luar Negeri.
Sempat menjabat sebagai Menteri Kesehatan dari tahun 2005 hingga 2012, Tedros memimpin reformasi sistem kesehatan negara dengan fokus pada jaminan kesehatan universal.
Kinerjanya termasuk penyediaan layanan kesehatan di daerah terpencil. Di bawah kepemimpinannya, Ethiopia memperluas infrastruktur kesehatannya, mengembangkan mekanisme pembiayaan kesehatan inovatif, dan meningkatkan jumlah tenaga kesehatan.
Ketika menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dari tahun 2012 hingga 2016, Tedros mendorong isu kesehatan sebagai agenda politik di tingkat nasional, regional, dan global.
Perannya ini memimpin negosiasi Agenda Aksi Addis Ababa, di mana 193 negara berkomitmen pendanaan yang diperlukan demi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Sebelum terpilih sebagai Direktur Jenderal WHO, Tedros mengemban banyak posisi kepemimpinan dalam kesehatan global.
Ia pernah menjadi Ketua Dana Global untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria, Ketua Roll Back Malaria Partnership, dan Ketua Bersama WHO. Kemitraan Dewan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak.
Pada Mei 2017, Tedros Adhanom Ghebreyesus terpilih sebagai Direktur Jenderal WHO untuk masa jabatan lima tahun oleh Negara-negara Anggota WHO di Majelis Kesehatan Dunia Ketujuh Puluh.
Ini menjadikannya Direktur Jenderal pertama yang dipilih dari berbagai kandidat oleh Majelis Kesehatan Dunia serta orang pertama dari WHO Wilayah Afrika yang memimpin badan kesehatan global terkemuka di dunia.
Itulah profil tentang Tedros Adhanom Ghebreyesus yang menjabat sebagai Dirjen WHO. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan para pembaca.
Pasalnya rumah sakit di Gaza saat ini bisa menampung pasien dengan jumlah 3 kali lipat dari kapasitasnya. Sehingga banyak pasien yang tidak tertangani dengan baik akibat banyaknya korban yang berjatuhan.
Tak hanya itu, Tedros juga menyerukan untuk menerapkan gencatan senjata untuk meminimalisir jatuhnya korban. Lantas bagaimana sosok Tedros Adhanom Ghebreyesus? Berikut ulasan profilnya.
Profil Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
Dikutip dari laman resmi World Health Organization (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus lahir di kota Asmara, Eritrea, negara yang terletak di bagian timur laut Afrika.
Dalam riwayat pendidikannya, Tedros Adhanom Ghebreyesus meraih gelar Sarjana Biologi dari Universitas Asmara sebelum melanjutkan studi untuk gelar Master of Science (MSc) di bidang Imunologi Penyakit Menular di University of London.
Setelah itu, dia memperoleh gelar Doktor Filsafat (PhD) dalam Kesehatan Masyarakat dari Universitas Nottingham serta menerima Beasiswa Kehormatan dari London School of Hygiene and Tropical Medicine.
Setelah menyelesaikan studinya dia kembali ke Ethiopia untuk mendukung layanan kesehatan. Awalnya, dia bekerja sebagai ahli malaria di lapangan sebelum mengepalai layanan kesehatan regional.
Kemudian Tedros juga memegang posisi penting di pemerintahan federal Ethiopia selama lebih dari satu dekade sebagai Menteri Kesehatan dan Menteri Urusan Luar Negeri.
Sempat menjabat sebagai Menteri Kesehatan dari tahun 2005 hingga 2012, Tedros memimpin reformasi sistem kesehatan negara dengan fokus pada jaminan kesehatan universal.
Kinerjanya termasuk penyediaan layanan kesehatan di daerah terpencil. Di bawah kepemimpinannya, Ethiopia memperluas infrastruktur kesehatannya, mengembangkan mekanisme pembiayaan kesehatan inovatif, dan meningkatkan jumlah tenaga kesehatan.
Ketika menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dari tahun 2012 hingga 2016, Tedros mendorong isu kesehatan sebagai agenda politik di tingkat nasional, regional, dan global.
Perannya ini memimpin negosiasi Agenda Aksi Addis Ababa, di mana 193 negara berkomitmen pendanaan yang diperlukan demi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Sebelum terpilih sebagai Direktur Jenderal WHO, Tedros mengemban banyak posisi kepemimpinan dalam kesehatan global.
Ia pernah menjadi Ketua Dana Global untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis, dan Malaria, Ketua Roll Back Malaria Partnership, dan Ketua Bersama WHO. Kemitraan Dewan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak.
Pada Mei 2017, Tedros Adhanom Ghebreyesus terpilih sebagai Direktur Jenderal WHO untuk masa jabatan lima tahun oleh Negara-negara Anggota WHO di Majelis Kesehatan Dunia Ketujuh Puluh.
Ini menjadikannya Direktur Jenderal pertama yang dipilih dari berbagai kandidat oleh Majelis Kesehatan Dunia serta orang pertama dari WHO Wilayah Afrika yang memimpin badan kesehatan global terkemuka di dunia.
Itulah profil tentang Tedros Adhanom Ghebreyesus yang menjabat sebagai Dirjen WHO. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan para pembaca.
(sya)