Demonstrasi Meluas di Lebanon, Keterlibatan Asing Diselidiki

Sabtu, 08 Agustus 2020 - 06:35 WIB
loading...
A A A
Analis Lebanon David Daoud mengungkapkan, Israel tidak memiliki kepentingan meningkatkan ketegangan saat ini. “Saya skeptis itu adalah serangan udara. Kita tahu aturan perang Israel dan Hezbollah. Jika Israel yang melakukan serangan itu, pasti ada deklarasi perang dari Hezbollah,” katanya.

Perlu Penyelidikan Internasional

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan penyelidikan internasional saat berkunjung ke Beriut. “Penyelidikan internasional terhadap ledakan itu mesti dilakukan untuk mencegah hal-hal yang tersembunyi dan keraguan yang merayap masuk,” katanya. (Baca juga: Ekonomi Jabar Anjlok, Ridan Kamil Minta Belanja Rutin Dimaksimalkan)

Macron menjadi kepada negara asing pertama yang berkunjung ke Lebanon, negeri eks koloni Prancis, sejak ledakan dahsyat hari Selasa. Macron menggambarkan ledakan itu sebagai "metafora untuk krisis Lebanon saat ini" dan mengatakan bahwa "tatanan politik baru" diperlukan.

Menurutnya, bantuan dana tersedia untuk negara, tetapi para pemimpinnya harus menerapkan reformasi terlebih dahulu. Macron mengatakan dia tidak akan membiarkan bantuan diterima oleh tangan-tangan yang korup. "Kami mendengar kemarahan di jalan-jalan pagi ini. Saat ini terjadi krisis politik, moral, ekonomi, dan finansial yang telah berlangsung selama berbulan-bulan. Bahkan bertahun-tahun,” sebutnya.

Macron juga menyerukan "reformasi total" dari kepemimpinan Lebanon menyusul ledakan dahsyat tersebut. "Desakan ini memerlukan aksi politik yang tegas. Kami telah memulai pembicaraan, saya sudah membahasnya dengan Presiden Michel Aoun dan saya akan berbicara secara jujur, terbuka kepada perdana menteri dan ketua parlemen," kata Macron. Dia juga menyerukan agar dicapai "pakta politik baru" di kalangan para pemimpin Lebanon.

Penyelidikan juga diungkapkan mantan PM Lebanon Saad Hariri. Dia menyerukan investigasi dan mengutip media lokal yang menyamakan ledakan seperti bom atom di Hiroshima, Jepang, pada Perang Dunia II dan menyebutnya sebagai "Beirutshima". (Lihat videonya: Melanggar Protokol Kesehatan, 31 Perkantoran Ditutup Sementara)

"Harus ada investigasi. Kami akan meminta bantuan, kami punya banyak negara sahabat yang siap membantu sehingga kita bisa mengetahui apa yang terjadi, bagaimana ledakan ini terjadi yang oleh media digambarkan sebagai Beirutshima. Lihatklah apa yang terjadi sekarang ini,” katanya.

Gubernur Beirut Marwan Aboud mengungkapkan, ledakan dahsyat menyebabkan sekitar 300.000 orang kehilangan tempat tinggal. Kerugian akibat ledakan diperkirakan sekitar USD3 miliar–5 miliar (Rp43,5 triliun–73,3 triliun) dengan kerusakan setengah dari Kota Beirut. (Andika H Mustaqim)
(ysw)
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1803 seconds (0.1#10.140)